Home / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 6: Bisikan Bayangan dan Keputusan

Share

Bab 6: Bisikan Bayangan dan Keputusan

Author: ACANKUN
last update Last Updated: 2024-10-15 15:36:28

Setelah menempuh perjalanan melelahkan melalui jalur berbatu dan hutan lebat, akhirnya Xiao Feng dan kelompoknya tiba di kaki Gunung Hitam. Kabut tebal menyelimuti puncak gunung, menciptakan suasana yang mencekam. Suara gemuruh dari kejauhan memberi tanda bahwa bahaya semakin dekat.

“Mari kita bersiap,” bisik Ling Yu kepada Xiao Feng. “Kita tidak tahu apa yang menanti kita di dalam sana.”

Xiao Feng mengangguk, matanya menyapu sekeliling. “Kita harus tetap bersatu dan hati-hati. Jika kita terpisah, kita akan menghadapi risiko yang lebih besar.”

Mereka mulai merangkak naik, menelusuri jalur sempit yang menuju markas kelompok aliran sesat. Saat mereka mendekati puncak, suara gaduh dan teriakan bisa terdengar dari kejauhan. Suasana yang biasanya tenang kini berubah menjadi hiruk-pikuk, menciptakan ketegangan di dalam hati setiap orang yang ikut serta.

Ketika mereka sampai di puncak, pemandangan yang menakutkan menyambut mereka. Di depan, sebuah bangunan besar terbuat dari batu gelap menjulang, dikelilingi oleh pagar tinggi dan dijaga oleh banyak anggota kelompok tersebut. Di tengah pekarangan, mereka melihat seorang lelaki tua terikat di tiang, dengan kepala desa Shui Lin yang mereka cari.

“Lihat! Itu kepala desa!” seru Xiao Feng. “Kita harus menyelamatkannya!”

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, tampak sekelompok anggota musuh mendatangi mereka, wajah mereka dipenuhi dengan kebencian dan kegelapan, bersiap membunuh para penyusup yang datang.

“Siapa yang berani masuk ke markas kami?” tanya salah satu pemimpin mereka, pria berbadan kekar yang mengenakan jubah hitam. Suaranya menggema di udara, menimbulkan rasa takut di antara penduduk desa.

“Aku Xiao Feng!” teriak Xiao Feng, keberaniannya mendorongnya untuk maju. “Kami datang untuk menyelamatkan kepala desa dan tidak akan mundur tanpa perjuangan!”

Pria itu membuka matanya dengan lebar dengan senyum tipis di wajahnya, “Tahukah kau apa yang kau hadapi?” pria itu menjawab, menyeringai. “Kau tidak akan pernah bisa melawan kami. Kami memiliki kekuatan yang jauh melebihi yang bisa kau bayangkan.”

Sebelum Xiao Feng bisa menjawab semua itu, serangan dimulai tanpa aba-aba. Beberapa anggota musuh melesat ke arah mereka, menyerang dengan gerakan sangat cepat. Xiao Feng langsung melawan, mengangkat tangan dengan pedangnya, yang bersinar dalam cahaya matahari yang redup.

Shing...!!

Dia menghindari serangan pertama, kemudian melakukan serangan balasan yang cepat, membunuh satu orang yang baru saja berusaha menyerangnya. Tenaga dalam mengalir ditubuhnya, membuat setiap gerakan terasa lebih kuat dan akurat.

“Jangan biarkan mereka mendekat!” teriak Ling Yu, memimpin kelompoknya untuk membagi kekuatan dan menyerang secara bersamaan.

Pertarungan berkecamuk. Xiao Feng dan penduduk desa bersatu, berjuang melawan gelombang serangan dari anggota musuh. Suara pedang yang berbenturan, teriakan, dan rasa sakit saling bercampur, menciptakan suasana yang menegangkan, serta bau amis darah yang mulai menyebar di udara.

Mereka berhasil mengalahkan beberapa anggota sekte, tetapi jumlah musuh tampak tak ada habisnya. Meskipun mereka telah berlatih dan berjuang dengan semangat, Xiao Feng bisa merasakan bahwa mereka tidak cukup kuat untuk menghadapi semua ini.

“Bergabunglah dan fokus pada satu titik!” teriak Xiao Feng, berusaha mengoordinasikan serangan mereka. Dia memimpin mereka untuk menyerang pemimpin anggota sekte tersebut, berharap untuk mematahkan semangat musuh.

Di tengah pertarungan, Xiao Feng melihat bahwa kepala desa masih terikat di tiang. “Kita harus membebaskannya!” teriaknya kepada Ling Yu.

Ling Yu mengangguk dan berlari ke arah tiang tempat kepala desa diikat, berusaha memotong tali yang mengikatnya. Namun, anggota dari kelompok musuh tersebut segera menyadari niatnya dan mencoba menghentikan wanita itu.

Dengan segenap tenaga, Xiao Feng menerjang ke depan, menghalangi musuh yang berusaha mendekat. Dia melawan dengan sekuat tenaga, merasakan adrenalin memompa. Setiap gerakan yang dilakukannya dipenuhi dengan tekad untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.

Sesaat kemudian dengan usaha yang tidak sedikit, Ling Yu berhasil memotong tali yang mengikat kepala desa. “Aku sudah bebas!” teriak kepala desa, segera berdiri dan mengambil pedangnya, berniat untuk ikut serta dalam pertarungan yang sedang berkecamuk.

Bersama-sama, mereka melawan kembali. Kepala desa yang berpengalaman memberikan instruksi kepada penduduk desa, memimpin mereka dalam pertempuran. Meskipun jumlah mereka lebih sedikit, kombinasi kekuatan dan strategi mulai mengubah jalannya pertempuran.

Namun, saat pertempuran berlanjut, situasi semakin memburuk. Xiao Feng merasakan kelelahan mulai merayap, dan sepertinya mereka tidak dapat bertahan lebih lama lagi.

“Feng! Kita perlu mundur!” teriak Ling Yu, menyadari bahwa mereka mungkin tidak akan bisa menang.

Xiao Feng menarik nafas beberapa kali sebelum ia menjawab perkataan wanita itu, “Aku tidak akan mundur! Kita tidak bisa kalah di sini!” jawab Xiao Feng, keberanian menyala di dalam hatinya. “Kita harus menemukan cara untuk mengalahkan mereka!”

Dia teringat kata-kata guru tuanya tentang Kitab Dewa Naga. Saat itu, dia merasa ada sesuatu yang membara di dalam dirinya, sebuah kekuatan yang belum sepenuhnya dia sadari.

Di tengah pertempuran, Xiao Feng menghentikan langkahnya sejenak dan menutup matanya. Dia mengingat semua latihan dan bimbingan yang dia terima dari guru tua, dan bagaimana mengendalikan KI dalam tubuhnya. Dia membayangkan energi naga yang mengalir melalui dirinya, menyatu dengan kekuatan alam.

Ketika dia membuka mata, sebuah cahaya bersinar dari telapak tangannya. Energi KI meluap, dan dia merasakan kekuatan luar biasa mengalir ke seluruh tubuhnya. Xiao Feng berteriak, “Kita bisa mengalahkan mereka! Bersiaplah!”

Kali ini, Xiao Feng memimpin serangan terakhir, berharap mereka dapat memberikan serangan yang cukup berarti. Dia menggunakan teknik yang baru saja dia pelajari, mengalirkan energi KI ke dalam pedangnya. Serangan itu menghantam musuh dengan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Salah satu anggota sekte yang berada di depannya terjatuh, dan Xiao Feng merasakan tekadnya membara lebih dalam. “Sekarang, semua bersatu! Kita serang bersama-sama!” ucapnya kembali, berusaha memberikan semangat pada kelompoknya.

Mendengar seruannya, penduduk desa bersatu, melakukan serangan terakhir yang menggabungkan kekuatan dan keberanian mereka. Dalam momen yang dramatis, mereka berhasil memukul mundur beberapa anggota musuh.

Beberapa saat berlalu, setelah perjuangan yang cukup panjang, mereka berhasil memaksa anggota sekte mundur. Keberanian dan semangat kelompok itu berhasil mengalahkan musuh yang tampaknya tak terhentikan. Walaupun kelelahan Xiao Fengmerasa bangga dengan apa yang telah mereka capai saat ini.

“Apakah kita berhasil?” tanya Ling Yu, napasnya terengah-engah.

“Ya, kita berhasil, tetapi kita harus tetap waspada. Mereka mungkin akan kembali,” jawab Xiao Feng, sambil menatap ke arah markas Yin Mo Sect yang kini tampak sepi.

Ketika mereka membantu kepala desa dan penduduk desa yang terluka, Xiao Feng merasa ada yang baru bangkit dalam dirinya. Dia telah mengatasi rasa takut dan menemukan keberanian sejatinya. Dia tahu bahwa perjalanan ini adalah langkah awal menuju takdirnya di bawah langit naga.

“Mari kita pulang,” kata kepala desa. “Kita harus bersiap untuk apa pun yang akan datang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ACANKUN
Gas terus bang
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Makin mantap
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 237: Kebangkitan Bayangan Laut

    Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 236: Kedatangan Long Yu, Sang Naga Hitam

    Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 235: Gugurnya Para Pendekar

    Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 234: Dalam Kepungan Tak Berujung

    Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 233: Bayangan di Tengah Kepungan

    Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 232: Pertarungan Tanpa Akhir

    Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 231: Pengorbanan Seorang Pendekar

    Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 230: Kepungan Pasukan Bendera Merah

    Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 229: Penjaga Besar dari Pasar Gelap

    Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status