Tubuh Sonya terhuyung hingga mundur beberapa langkah, dan lebih sial lagi sudut bibirnya mengenai ujung meja. Melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu, Adam pun melayangkan pukulan keras ke wajah Adi.“Dasar banci lo, Di! Beraninya main tangan sama perempuan,” ucap Adam dengan geram setelah mendaratkan pukulan di wajah Adi.“Lo itu laki-laki yang tidak punya harga diri! Wanita itu adalah bekas gue,” ucap Adi sambil menatap tajam ke arah Adam.“Hahahaha… bekas lo? Nggak salah, nih? Coba deh, lo pikir-pikir lagi,” ujar Adam dengan santainya sambil melipat kedua tangannya di dada.“Dasar wanita murahan! Aku sudah melakukan banyak hal untukmu, tapi apa yang kamu lakukan padaku?” teriak Adi seraya mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan yang dilayangkan Adam.“Kamu itu pecundang, Adi. Aku muak dengan sikap kamu yang terus mengabaikanku! Apa sekarang kamu sudah mulai mencintai istri kamu yang kampungan itu?” pekik Sonya sambil memegang perutnya yang terasa sa
BRAKK! Suara tabrakan yang tak terelakkan terdengar dari arah kiri jalan. Mobil Adi menghantam trotoar karena menghindari seseorang yang ada di depannya.“Aaaaa!” Adi juga berteriak saat mobilnya tak bisa dikendalikan dan menabrak trotoar.Orang yang tadi nyaris ditabrak oleh Adi langsung menoleh ke arah sumber suara yang terdengar begitu keras, orang itu pun kaget saat melihat mobil Adi sampai mengeluarkan asap. Ia berlari ke arah mobil sambil berteriak minta tolong.“Ya Tuhan, semoga orangnya tidak apa-apa,” gumam orang itu. “Tolong … siapa pun tolong saya!” teriaknya..Para pengendara lain yang lewat di sana akhirnya berhenti dan membantu mengeluarkan Adi dari dalam mobil. Mereka kaget setelah melihat siapa yang sedang mengalami kecelakaan itu.“Pak Adi! Astaga … ini Pak Adi Chandra Winata,” ucap seseorang yang menolong Adi.“Bapak mengenalnya?” tanya yang lain lagi.“Iya, saya mengenalnya. Dia adalah partner kerja saya,” sahut orang itu yang ternyata adalah Andre Kusuma.“Syukurl
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Adi akhirnya siuman dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Ibu Airin sangat cemas melihat keadaan putranya saat ini, ia tidak tega melihat begitu banyak luka di tubuh anak semata wayangnya.“Tuan Arya, Nyonya Airin. Saya pamit ya,” ucap Andre setelah melihat Adi sudah sadar.“Terima kasih, ya, Nak Andre. Kamu sudah membantu Adi,” ujar Ibu Airin sambil mengelus lengan Andre.“Sama-sama, Nyonya. Pak Adi, semoga lekas sembuh,” ucap Andre.“Terima kasih, Pak Andre,” kata Adi dengan suara lemah. Andre mengangguk sembari tersenyum. “Mari, saya antar ke depan!” seru Pak Arya seraya melangkah mengikuti Andre.“Saya permisi, Tuan. Selamat malam,” ucap Andre setelah sampai di luar ruangan Adi.“Iya, hati-hati.” Pak Arya menepuk pelan pundak Andre.Setelah Andre tak terlihat lagi, Pak Arya kembali ke kamar Adi untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah setelah seharian mengurus masalah di kantor, ditambah lagi sekarang Adi malah terbaring
“Lebih baik aku siap-siap,” ucap Anita sambil berlari kecil menuju kamarnya, ia tidak ingin membuat dokter Reyhan menunggu lama.Setelah siap dengan dandanannya, Anita keluar dari kamar dengan perasaan berbunga-bunga. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan dokter Reyhan padanya.Mobil Anita melaju dengan santai menuju sebuah coffee shop yang tidak jauh dari rumah sakit. Reyhan telah mengirimkan alamat tempat mereka berdua ingin bertemu. Anita tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia benar-benar tidak menyangka bisa berbicara berdua dengan dokter Reyhan.Sementara Reyhan telah sampai di tempat ia dan Anita janjian untuk bertemu, Reyhan masuk ke dalam coffee shop dengan santai sembari mengulas senyum kepada para pekerja di sana. Semua pegawai kedai kopi itu adalah laki-laki, dan tempat itu adalah milik Reyhan sendiri. Hanya saja tidak banyak yang tahu jika dia adalah pemilik kedai kopi itu.“Selamat datang, Pak Dokter!” ucap salah satu pegawai yang bertangg
“Siapa yang datang, ya, Neng?” tanya Bu Sukma.“Nggak tahu, Bu. Ayo, kita lihat!” seru Risa seraya melangkah menuju pintu depan.Sesampainya di teras depan, Bu Sukma melihat ada dua mobil yang telah terparkir di halaman panti. Namun, ia sama sekali tidak mengenali siapa pemilik mobil itu karena ternyata itu bukan mobil Reyhan ataupun mobil donatur lain yang biasanya datang ke sana.Dua pengawal berdiri di setiap sisi mobil, lalu membukakan pintu untuk kedua majikannya. Saat pintu mobil terbuka, terlihat seorang ibu-ibu paruh baya keluar dari mobil dengan anggunnya. Meskipun sudah berumur, kecantikannya masih terlihat jelas di wajahnya. Sementara di sebelahnya berdiri seorang laki-laki yang juga masih terlihat lebih muda dari usianya.“Siapa mereka, ya?” gumam Bu Sukma sambil memperhatikan dua orang yang sedang menatap ke arahnya.Risa pun terbelalak saat melihat siapa orang yang baru saja keluar dari mobil itu dan berjalan ke arahnya.“Mama, Papa!” ucap Risa yang kaget saat melihat ay
“Maafin Risa, Ma, Pa. Untuk saat ini Risa belum bisa memberitahu kalian,” gumam Risa seraya melambaikan tangannya pada Ibu Airin.Setelah mobil Ibu Airin dan Pak Arya tidak terlihat lagi, Risa dan Bu Sukma masuk ke dalam. Bu Sukma senang melihat mertua Risa begitu menyayanginya, meskipun tidak mendapatkan cinta dari suaminya, tetapi Risa bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari ibu dan ayah mertuanya.“Neng … apa tidak sebaiknya, Neng Risa memberitahu mereka tentang kehamilannya Neng? Ibu lihat, mereka sangat menyayangi Neng Risa,” ujar Bu Sukma.“Saya belum bisa memberitahu mereka untuk saat ini, Bu. Saya takut akan membahayakan keselamatan bayi yang ada di dalam kandungan saya ini, akan lebih baik tidak banyak yang tahu soal ini. Ibu tahu sendiri kalau suami saya dan orang tuanya punya banyak musuh di dunia bisnis, itu yang saya takutkan.” Risa menatap Bu Sukma, lalu memeluknya dengan erat.“Ya sudah, Ibu akan selalu mendukung apapun keputusannya Neng. Sekarang Neng R
Andre masuk ke ruangan asisten pribadinya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sang asisten yang melihat Andre masuk ke ruangannya pun segera berdiri menyambut kedatangan atasannya itu. “Pak, apa Bapak butuh sesuatu?” tanya asisten Andre yang bernama Bayu. “Saya butuh teman untuk bercerita,” sahut Andre seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. “Maksud Bapak?” tanya Bayu lagi. “Saya bingung harus bercerita dari mana,” kata Andre sambil memijit pelipisnya. “Jika Bapak tidak keberatan, saya bisa jadi pendengar yang baik untuk Bapak,” ujar asisten Andre. Andre menarik napas panjang sebelum bercerita pada asisten pribadinya, ia tidak punya pilihan lain selain menceritakan pada orang kepercayaannya itu. Ia juga sudah menganggap asisten pribadi seperti saudaranya sendiri. Andre tidak punya banyak teman. Karena sejak ia menikah dengan mamanya Indri, pria itu menjadi sangat tertutup dan gila kerja. “Saya jatuh hati pada seorang perempuan yang sudah bersuami. Saya tahu ini salah, t
Tiga bulan sudah berlalu, usia kandungan Risa juga sudah memasuki trimester kedua, yaitu 14 minggu. Kaki Adi juga sudah sembuh dan ia sudah bisa berjalan seperti biasa. Namun, ia masih perlu kontrol ke rumah sakit minimal satu bulan sekali untuk memastikan kakinya sudah benar-benar pulih.Hari ini Risa telah membuat janji untuk bertemu dengan dokter Anita, ia ingin memeriksa kandungannya di rumah sakit. Risa berharap dia tidak akan bertemu dengan Reyhan ataupun orang-orang yang dikenalnya selain dokter Anita.“Neng, Ibu temenin, ya. Ibu khawatir jika Neng pergi sendiri,” ujar Bu Sukma.“Boleh, Bu. Risa juga pengen ditemani Ibu,” kata Risa sambil tersenyum menatap Bu Sukma.“Ya sudah, Ibu siap-siap dulu. Neng Risa tunggu di sini sebentar,” ujar Bu Sukma seraya melangkah menuju kamarnya.“Iya, Bu. Risa manasin mobil, ya,” ucap Risa, lalu berjalan menuju garasi di samping panti asuhan.Setelah siap, Bu Sukma keluar dari kamarnya. Ia juga sudah menitipkan anak-anak panti kepada dua orang