Laki-laki berambut pirang turun dari mobil sport hitamnya yang berhenti tepat di depan SMA Antariksa Jakarta. Laki-laki itu menarik perhatian para murid yang sedang berjalan kaki menuju sekolah terutama para murid perempuan karena parasnya yang tampak asing seperti orang luar negeri. Ia segera menuju ke dalam sekolah tepatnya ruang guru untuk mengurus kepindahannya dari Australia. Yap, ia adalah murid pindahan yang akhir-akhir ini jadi perbincangan warga sekolah.
Namanya adalah Felix. Laki-laki berdarah Australia-Indonesia yang sudah tinggal di Australia sejak usia lima tahun. Ayahnya adalah seorang Australia sedangkan ibunya seorang Indonesia. Namun, hampir sebagian DNA yang diturunkan kepada Felix berasal dari ayahnya. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa Felix adalah orang asli Australia, padahal ia juga masih memiliki darah Indonesia dari ibunya. Felix pun fasih berbahasa Indonesia layaknya orang Indonesia kebanyakan karena ibunya selalu menyuruh Felix untuk menggunakan bahasa Indonesia saat berada di rumah.
Felix sudah berada di depan ruang guru selama lima menit. Ia tidak masuk ke dalam karena ia melihat dari jendela para guru sedang melakukan rapat pagi. Felix kemudian duduk di depan kantin yang jaraknya tidak jauh dari ruang guru sembari menunggu rapatnya selesai. Ia lalu melihat murid perempuan yang sedang membeli minuman di kantin. Felix berniat untuk menanyakan kepada perempuan itu di mana letak meja milik wali kelas barunya karena ia bingung. Ia pun segera mendekati perempuan itu.
“Excuse me, can you help me to find where is Mr. Adi’s table in teacher’s office?” tanyanya kepada murid perempuan itu.
“Murid pindahan, ya?” tanya murid perempuan itu yang tidak lain adalah Marsha. Felix mengangguk menjawab pertanyaan Marsha.
“Hello, I’m Felix,” sapa Felix lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Marsha.
“Marsha,” jawab Marsha tersenyum kepada Felix.
Marsha kemudian mengajak Felix menuju ke ruang guru. Terdapat beberapa guru yang sudah keluar dari ruangan dan akan menuju ke kelas mengajar masing-masing. Marsha terlihat sedang mencari di mana keberadaan meja milik Pak Adi. Felix pun hanya mengekor di belakang Marsha karena ia tidak tahu di mana letak meja Pak Adi.
“Tuh, ada Pak Adi. Yuk masuk gue anter,” ucap Marsha lalu menarik tangan Felix. Mereka berdua menuju ke meja Pak Adi dan terlihat di sana Pak Adi sedang sibuk dengan tumpukan kertas di meja.
“Permisi, Pak. Ini ada siswa pindahan nyariin Bapak,” ujar Marsha kepada Pak Adi. Felix segera menunduk kepada Pak Adi.
“Felix, ya? berkasnya dibawa?” tanya beliau dan Felix mengangguk kemudian menyerahkan berkas yang sudah ia siapkan di map.
“Bentar, ya, Bapak cek dulu. Kamu duduk dulu sini,” ucap Pak Adi dan memberikan kursi di sebelahnya kepada Felix.
“Kamu boleh kembali ke kelas, Marsha. Terima kasih, ya, sudah mengantarkan Felix ke sini.” Marsha kemudian mengangguk dan berpamitan kepada Pak Adi.
“Thanks, ya,” ucap Felix kepada Marsha yang akan meninggalkan ruang guru. Marsha membalas dengan mengacungkan jempol kepada Felix.
Seluruh murid kelas 11 SMA Antariksa segera berkumpul menuju aula sekolah setelah mendengar pengumuman dari guru kesiswaan lewat pengeras suara. Para murid berbondong-bondong untuk menempati tribun di bagian paling atas, apalagi para murid laki-laki. Hari ini guru kesiswaan akan mengumumkan berbagai informasi untuk kegiatan study tour ke Bali yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.
Felix, si murid pindahan, berjalan bersama teman-teman barunya menuju tribun bagian tengah karena tribun atas sudah dipenuhi oleh anak-anak dari kelas IPS. Ia berada di kelas barunya, 11 IPA 1, yang merupakan kelas Haris juga. Banyak murid perempuan yang diam-diam melihat ke arah Felix karena parasnya yang tampan. Terdapat juga beberapa murid yang berebut ingin duduk di sebelah Felix hanya sekadar untuk melihat wajahnya.
“Sha, itu anak pindahannya duduk di sebelah Hugo. Lihat deh, ganteng banget kaya bule,” bisik Lia ke telinga Marsha. Padahal Felix memang bule. Lia tidak tahu saja jika sebelumnya Marsha sudah mengobrol sebentar dengan Felix si murid pindahan.
Marsha mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Felix, ternyata ia duduk tidak jauh dari bangku Marsha. Beberapa detik kemudian Felix ikut berbalik menatap ke arah Marsha, ia pun tersenyum sedangkan Marsha gugup dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Lo udah tau nama siswa barunya belum, Sha?” tanya Lia kepada Marsha dan ia pun mengangguk. Hal itu otomatis membuat Lia menjerit dan seisi aula menatap ke arahnya.
Lia tersenyum kikuk dan menutupi wajahnya karena malu, ia kemudian berbisik kepada Marsha, “Kok bisa tau, sih? Buruan kasih tau gue namanya siapa.”
“Namanya Felix, Li. Tadi gue ketemu sama dia di ruang guru,” jawab Marsha. Lia hanya ber-oh ria dan mengangguk.
Guru kesiswaan yang sedari tadi ditunggu oleh para murid akhirnya muncul juga. Beliau memberikan salam dan pembukaan untuk memulai pengenalan kegiatan study tour yang dilaksanakan setiap tahun bagi murid kelas 11. Setelah itu dilanjut dengan presentasi dari agen wisata yang akan memfasilitasi para murid mulai dari transportasi hingga penginapan. Agen wisata mulai menampilkan tempat wisata yang akan dikunjungi oleh para murid saat di Bali. Nantinya mereka akan berada di Bali selama tiga hari, sedangkan di perjalanan untuk pulang dan pergi selama tiga hari. Jadi, total seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan adalah enam hari. Selama tiga hari di Bali, para murid akan mengunjungi total enam tempat wisata dan di hari terakhir mereka akan mengunjungi pusat belanja oleh-oleh dari Bali.
Di layar presentasi terdapat beberapa pilihan wisata yang akan dikunjungi. Para murid diminta mengisi kuesioner untuk memilih tempat wisata apa saja yang ingin mereka kunjungi. Akan ada total enam tempat wisata dengan suara terbanyak yang dipilih oleh para murid. Terdapat beberapa pilihan wisata seperti Pura Tanah Lot, Pantai Pandawa, Pantai Kuta, Pantai Tanjung Benoa, Pura Luhur Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana, Bali Zoo, Danau Beratan Bedugul, Nusa Penida dan masih banyak lagi.
Para murid diberi waktu selama dua hari untuk mengisi kuesioner dan setelah itu kertas tersebut akan diserahkan kembali kepada pengurus OSIS untuk dihitung hasilnya. Agen wisata juga mengatakan bahwa para murid akan menggunakan transportasi bus yang akan dibagi menjadi sepuluh bus untuk mencapai pelabuhan Ketapang di Banyuwangi.
Para murid sontak bersorak gembira ketika guru kesiswaan mengatakan bahwa bus akan dibagi berdasarkan kelas. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Haris. Ia sedih karena tidak bisa satu bus dengan kekasihnya, Marsha. Begitu pun dengan Marsha, justru yang ditunggu-tunggu oleh para murid adalah saat berada di perjalanannya. Mereka bisa menghabiskan perjalanan selama satu hari di bus dengan teman kelasnya. Mulai dari karaoke bersama, berjoget bersama, dan tidak lupa dengan siswa laki-laki yang jahil untuk mengambil gambar ketika temannya sedang tidur. Hal itu adalah momen yang paling ditunggu-tunggu ketika study tour.
Selain itu, para murid juga dibebaskan untuk memilih teman satu kamar saat di hotel Bali. Satu kamar hotel bisa diisi hingga tiga orang. Namun, para murid dilarang keras untuk berbagi kamar dengan lawan jenis. Mendengar hal itu membuat para murid bersorak kecewa, terutama murid laki-laki yang ingin modus dengan murid perempuan. Lain halnya murid perempuan yang justru bersorak gembira karena mereka senang tidak akan diganggu oleh para murid laki-laki.
Selanjutnya, agen wisata dan guru kesiswaan menjelaskan rincian tentang study tour, para murid kemudian diberikan kertas kuesioner oleh pengurus OSIS. Setelah semuanya selesai, para murid dibubarkan dan dibolehkan untuk kembali ke kelas masing-masing. Sebelum masuk ke dalam kelas, Lia meminta Marsha menemaninya ke kantin untuk membeli minum. Mereka berdua segera menuju ke kantin yang cukup ramai karena para murid yang baru saja kembali dari aula juga pergi menuju ke kantin.
“Eh, Sha, lihat tuh. Si anak pindahan lagi dikerubungin sama adik kelas ganjen, cari muka banget mereka,” tukas Lia menunjuk ke arah meja di mana Felix berada. Di sebelah Felix ternyata juga ada Haris yang sedang mengobrol dengan Putra dan Hugo.
“Loh, si Haris udah kenal sama Felix?” tanya Lia. Marsha hanya mengangguk.
“Mereka kan satu kelas, Li. Jadi maklum lah si Felix gabung sama Haris,” jawabnya. Lia pun hanya ber-oh ria.
Setelah itu, Lia pamit kepada Marsha untuk membeli air mineral sebentar. Marsha hanya duduk dan memainkan ponselnya sembari menunggu Lia kembali. Namun, tiba-tiba saja sudah ada Haris dan teman-temannya termasuk Felix berdiri di depan Marsha.
“Ngapain?” tanya Marsha kepada Haris. Haris tidak menjawab melainkan memberikan air mineral kepada Marsha. Marsha hanya menatap Haris bingung.
“Dikasih minum sama akang kok malah bingung, Neng,” ejek Putra dan Hugo. Dua teman Haris ini memang suka meledek Marsha ketika sedang berduaan dengan Haris.
“Nih, ada anak baru, Sha, dari Australia. Namanya Felix, kenalan dulu, gih,” ucap Putra.
“Udah kenal gue, ya nggak, Lix?” jawab Marsha dan dibalas anggukan oleh Felix. Hal tersebut membuat Haris bingung, kenapa kekasihnya bisa lebih dahulu mengenal anak pindahan ini?
Namun, sebelum Haris berbicara, Lia tiba-tiba datang dan mengajak Marsha untuk kembali ke kelas. Marsha dan Lia kemudian berpamitan kepada Haris dan teman-temannya. Sebelum Marsha pergi Haris memberikan kode kepada Marsha untuk mengajaknya pulang bersama dan Marsha membalas dengan anggukan. Tanpa Marsha sadari, ketika Haris dan teman-temannya sedang mengobrol dengan Marsha, ada Felix yang terus menatap ke arahnya. Dan ternyata ada seseorang juga yang menyadari gerak-gerik Felix ketika sedang menatap kekasih sahabatnya itu. Hugo, sahabat Haris melihat bagaimana ketika Felix menatap ke arah Marsha.
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y