Share

Chapter 6 : New Classmates

Felix dihujani berbagai pertanyaan oleh teman-temannya sesampainya di kelas. Mulai dari di mana tempat tinggal Felix saat di Australia, bagaimana Felix bisa pindah ke Indonesia serta ada yang bertanya apakah Felix sudah memiliki kekasih atau belum. Haris yang merasa risih mendengar ocehan teman-temannya kepada Felix pun geram dan segera mengajak Felix ke luar dari kelas.

“Kita mau ke mana?” tanya Felix ketika Haris menarik tangannya keluar dari kelas.

“Duduk-duduk aja di sini. Gue pusing denger mereka nanya macem-macem ke lo. Lo nggak pusing apa?” jawab Haris. Ia kemudian menduduki bangku panjang yang ada di depan kelas dan diikuti oleh Felix yang duduk di sebelahnya.

“Enggak, sih. Gue pura-pura nggak bisa bahasa Indonesia aja makanya dari tadi gue diem,” ucap Felix. Ia kemudian menawarkan sepuntung rokok kepada Haris dan membuat teman barunya itu kaget.

“Gila lo!?” pekik Haris kepada Felix. Haris segera memasukkan kembali rokok yang Felix tawarkan kepadanya ke dalam kantong seragam milik Felix.

“Kalau ada guru yang sampai lihat, kita bisa kena poin tau nggak,” ujarnya. Sedangkan Felix hanya menatap Haris bingung. Saat berada di sekolahnya di Australia ia bisa dengan bebas merokok dengan temannya ketika sedang jam istirahat. Namun, ternyata saat di Indonesia berbeda.

“Gue nggak tau kalau di sini dilarang merokok,” ucap Felix.

“Ya iya lah, mana boleh di sekolah ngerokok. Di sekolah ini tuh kita dilarang ngelakuin hal yang merugikan. Nyontek waktu ulangan aja dilarang keras di sini, Lix,” jelas Haris kepada Felix. Ia hanya menganggukkan kepalanya.

Haris dan Felix bercerita tentang banyak hal di depan kelas. Mulai dari Felix yang menceritakan tentang kehidupannya saat di Australia dan Haris yang menceritakan tentang hubungannya dengan Marsha, sang kekasih. Semua cerita itu mengalir begitu saja dari mulut Haris dan secara tidak langsung Felix sudah mengetahui bahwa teman kelasnya itu memiliki hubungan spesial dengan perempuan pertama yang berbicara dengannya di hari pertama sekolah.

Haris dan Felix terlalu asik mengobrol sehingga tidak sadar jika Pak Adi sudah berada di ambang pintu kelas sedang menatap mereka berdua. Haris dan Felix yang sadar sedang ditatap oleh Pak Adi segera masuk ke dalam kelas sedangkan beliau hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Haris dan si murid pindahan itu. Pak Adi kemudian ikut masuk ke dalam kelas mengikuti Haris dan Felix di belakangnya.

Setelah masuk ke dalam kelas, Pak Adi memberikan salam kepada siswa kelas 11 IPA 1 sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, Pak Adi meminta Felix untuk memperkenalkan diri di depan semua murid. Felix beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju depan kelas. Teman-teman satu kelasnya fokus menatap murid pindahan itu terutama para murid perempuan.

“Perkenalkan nama saya Felix Anderson, saya murid pindahan dari Australia, mohon bantuannya teman-teman,” ucap Felix sambil tersenyum dan menunduk kepada teman-teman kelasnya.

“Felix katanya nggak bisa bahasa Indonesia, bohong, ya,” teriak salah satu murid di kelasnya bernama Sofia.

Kemudian Putra ikut menanggapi perkataan Sofia, “Lo kebanyakan tanya sih, Sof. Felix kan jadinya males ngomong sama lo.”

Sedangkan Sofia dan murid perempuan lain menyoraki Putra karena terlalu cerewet, “Kan Felix ganteng, Put. Makanya banyak perempuan yang deketin dia, emangnya lo. Hahaha.”

Pak Adi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah murid di kelasnya. Ia kemudian mempersilahkan Felix untuk kembali duduk di bangkunya. Namun, sebelum Felix kembali ke tempat duduknya, Hema, salah satu murid yang tingkahnya hampir sama seperti Putra melontarkan pertanyaan kepada Felix.

“Felix ganteng udah punya pacar belum?” Pertanyaan yang dilontarkan oleh Hema membuat seisi kelas tertawa termasuk Pak Adi.

Felix hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, “Belum, gue masih single.” Jawabannya membuat seisi kelas menjerit, lebih tepatnya para murid perempuan. Ternyata murid pindahan dari Australia ini masih belum memiliki kekasih.

“Lix, jangan lupa, ya, nanti pulang sekolah,” sahut Sofia dan membuat para murid kembali menyorakinya.

“Udah-udah semuanya, kasihan Felix dari tadi diledekin sama kalian, Felix kamu boleh kembali ke tempat duduk,” tukas Pak Adi dan Felix segera kembali ke tempat duduknya.

Pak Adi kemudian memulai pelajaran Bahasa Indonesia dan diawali dengan menyuruh murid untuk mencari novel fiksi di internet. Setelah itu para murid diperintahkan untuk merangkum ide pokok dari fiksi yang telah mereka baca. Mereka diberikan waktu selama sepuluh menit untuk membaca dan merangkum ide pokok. Selama para murid sedang mengerjakan, Pak Adi pamit untuk keluar sebentar karena ada keperluan dengan guru lain. Beliau juga merupakan salah satu anggota dari guru kesiswaan sehingga beliau harus ikut mengurus kegiatan study tour yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

“Eh, Lix, lo ikut study tour ke Bali nggak?” tanya Putra kepada Felix dan membuat Haris serta Hugo menengok ke arahnya. Posisi tempat duduk mereka yaitu Haris duduk satu meja dengan Hugo sedangkan di depannya terdapat Felix yang duduk satu meja dengan Putra.

“Nggak tau, nih. Gue kan juga baru aja pindah, emangnya boleh, ya?” tanya Felix.

“Boleh lah, masa mau ikut study tour nggak boleh. Agen wisatanya malah seneng karena cuan-nya nambah,” tukas Putra.

Hugo ikut bersuara, “Iya, Lix. Siapa tau nanti lo dapet cewek waktu di Bali, biar ada gandengannya tuh. Masa ke Bali nggak punya gandengan, jangan kaya Putra hari gini masih jomlo.”

Sedangkan Putra yang diejek oleh Hugo hanya memutar bola matanya malas. “Emangnya lo udah pacar, Go? Lo juga masih jomlo kan sama kayak gue.”

“Udah diem semua lo, kerjain dulu tuh tugasnya. Bentar lagi Pak Adi dateng mampus lo semua,” sahut Haris yang sedari tadi hanya fokus mengerjakan tugas dari Pak Adi.

“Gue nyontek punya lo aja boleh nggak, Ris? Hehehe,” ujar Putra. Haris tidak menjawab ucapan Putra dan tetap fokus mengerjakan tugas. Putra pun sudah maklum dengan temannya yang gila akan tugas ini.

Mereka berempat kemudian melanjutkan untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh Pak Adi sebelum beliau datang. Dan benar saja apa yang diucapkan oleh Haris, beberapa menit kemudian Pak Adi datang dan menyuruh para murid untuk segera mengumpulkan hasil tugasnya. Putra yang masih belum menyelesaikan tugasnya panik dan segera menyontek tugas milik Haris. Putra tidak peduli jika jawabannya salah atau dianggap menyontek oleh Pak Adi karena ia sudah sering mendapat hukuman dari beliau bahkan dari guru lainnya.

Setelah jam pelajaran selesai, para murid segera keluar dari kelas untuk pergi ke kantin serta ada yang menuju ke masjid karena jam sudah menunjukkan pukul dua belas yang artinya sudah masuk waktu salat zuhur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status