Share

Bab 13

"Butuh berapa potong agar kamu berhenti beregenerasi?" tanya Xavie sinis, pandangannya mengarah sebentar ke arah Winda sebelum kembali ke monster itu. 

Ejekan-ejekan yang diberikan Xavie kelihatannya berhasil menyebabkan monster itu marah. Sekarang monster itu telah terfokus kepada Xavie, melupakan Winda yang sudah mendapatkan kendali tubuhnya. 

Setelah melewati sedikit keheningan, monster itu menerjang ke arah Xavie yang diam menantangnya. Di sisi lain, Winda langsung melangkahkan kakinya terbirit-birit meninggalkan Xavie bersama dengan monster itu. Bagi Winda saat ini, nyawanya adalah yang paling utama. Setelah keluar dan berlari cukup jauh dari gudang itu, ia bisa melaporkan kejadian itu kepada atasannya. Itulah yang Winda rencanakan pada waktu itu. 

Kembali kepada Xavie. Baik tatapan mata atau pun raut wajahnya, tidak ada yang berubah ketika melihat Winda meninggalkannya. Ia fokus memindai seluruh tubuh monster yang dengan cepatnya bergerak menuju ke arahnya. Ketika monster itu sudah berada lima meter di depan tubuhnya, Xavie akhirnya bergerak maju ke depan. 

Melihat Xavie berlari ke hadapannya, monster itu segera membuka mulutnya lalu menyiapkan tangan kanannya untuk mencakar Xavie. Tangan besar itu lekas melayang, pantulan bayangan dari serangan itu tercermin sempurna di bola mata ungu milik Xavie. 

Tanpa monster itu tahu, Xavie lenyap dari hadapan matanya. Di detik-detik terakhir ketika serangan monster itu hampir mengenai Xavie, ia melompat ke samping tubuh monster itu sembari memutar tombaknya. Mata tombaknya yang seperti bilah pedang itu, berputar dan menebas kedua tangan monster itu sebelum monster itu menyadarinya. 

Kedua tangan monster itu mendadak terlepas dari pergelangan tangannya. Monster itu meraung lalu menoleh ke belakang, Xavie telah melompat sembari memutar tombaknya tepat ke arah leher monster itu. Dengan menggunakan mata tombaknya yang seperti bilah pedang itu, rhongomyniad berhasil memenggal kepala monster itu. 

Bagai air mancur, darah mengucur keluar melalui leher monster yang telah terputus itu. Segera, tubuh besarnya ambruk, membuat debu di lantai beterbangan. Xavie dengan waspada berjalan memutari tubuh monster itu. Dua detik kemudian, kepala monster itu tumbuh diikuti kedua tangannya sedangkan kepala serta kedua tangannya yang telah terpisah dari tubuhnya dibiarkan teronggok di lantai retak. 

Xavie mundur lalu menghela napas, mengurus monster seperti ini pasti menghabiskan banyak waktu dan tenaganya. Melihat Xavie mundur, monster itu mendesis sembari menatap Xavie dengan kedelapan mata menyeramkan miliknya. Tak lama, Monster itu kembali menyerang Xavie dan Xavie balas menyerangnya dengan tubuh gesitnya. 

Lima menit berlalu, entah sudah berapa banyak bagian tubuh monster itu yang telah terpotong. Monster itu sekarang telah kembali tumbang untuk yang kesekian kalinya, Xavie tidak ingin  repot menghitungnya. Debu tidak lagi beterbangan di area robohnya monster itu, darah hampir menodai setiap senti lantai yang ada di gudang tua tersebut. 

Berbagai bentuk daging dan tulang teronggok berantakan di lantai. Suara napas terengah-engah terdengar setelah keheningan menyelimuti gudang tersebut dengan cepat. Keringat telah membanjiri tubuhnya, Xavie menelan ludah untuk sedikit menyejukkan tenggorokannya yang kering. Kakinya perlahan berjalan memutari tubuh monster itu seraya waspada, monster itu bisa saja bangkit kembali. 

"Night creature ini hanya night creature biasa tanpa kekuatan regenerasinya. Tipe seperti ini hanya berguna sebagai tameng di medan perang," komentar Anaemia, satu menit telah berlalu semenjak monster itu tumbang dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk bangkit kembali. 

"Tapi daripada tipe lainnya, tipe seperti inilah yang sangat tidak cocok dengan kondisimu saat ini," lanjut Anaemia dalam hati. 

"Sudah berakhir!" Xavie membatin seraya menghela napas panjang. Saat ini, Xavie sudah sepenuhnya yakin bahwa monster itu sudah mati dan tak akan menumbuhkan kepala seperti sebelumnya. 

Jika saja saat ini monster itu masih bisa hidup setelah Xavie memenggal kepalanya, entah yang kesekian kalinya kala itu. Xavie tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan dalam kondisinya sekarang. Tenaganya benar-benar sudah terkuras habis sedangkan tubuhnya dipenuhi dengan luka memar. Jujur saja, Xavie menyesal menghiraukan firasat roh busuk itu. 

Ketika Xavie melihat tubuhnya yang terbasuh oleh darah, ditambah lagi dengan pakaiannya yang robek dan tak layak pakai. Pikirannya tanpa sadar mengingat istri kontraknya yang menyebalkan itu. Awalnya, ia hanya ingin membeli bahan makanan tetapi berbagai musibah satu demi satu datang menghampirinya. Apa alasan yang harus dibuat oleh Xavie ketika Anna melihat dirinya dalam kondisi seperti ini? Xavie merasa dirinya sangat menyedihkan.

Dua menit telah berlalu dan monster itu belum bergerak sama sekali, Xavie akhirnya yakin bahwa monster itu sudah sepenuhnya mati. Rhongomyniad di tangan kanannya telah berubah menjadi butiran cahaya keemasan lalu menghilang seakan tidak pernah ada. Xavie berjalan membelakangi monster itu. Tapi tiba-tiba, setengah kepala monster itu beregenerasi kembali. 

Langkah kaki Xavie berhenti lalu menoleh ke belakang, tatapan matanya terlihat menyeramkan. Monster itu tidak lagi beregenasi, ia sekarang mengaung atau mungkin mendesis, Xavie tidak yakin. Itu adalah suara yang terbuat dari angin yang keluar begitu saja dari tenggorokan serak monster itu. Xavie tahu, raungan yang keluar dari tenggorokan monster itu menggunakan seluruh energinya yang tersisa. Setelah beberapa detik, monster itu ambruk dan kembali menjadi diam layaknya sebuah mayat. 

Hal itu menyebabkan Xavie waspada, ia tahu apa artinya raungan terakhir monster itu. Kakinya berjalan keluar dari gudang itu lalu berhenti setelah berada sepuluh meter jauhnya dari gudang itu. Xavie mendongak, langit tampak gelap. Sesuatu mendadak menerjang turun dengan cepat, menyebabkan Xavie melompat mundur. Matanya menyipit makhluk itu, makhluk yang sama dengan makhluk yang barusan ia bunuh. 

"Sial!" Xavie mengelus tulang-tulang yang ada di bagian kiri dadanya, kelihatannya beberapa tulangnya telah patah. 

Monster yang berada di hadapannya saat ini lebih terlihat seperti manusia daripada monster sebelumnya. Tubuhnya kurus dan berkulit biru, kedua tangannya masing-masing dilengkapi dengan kelima kuku tajam yang panjang serta kuat, kepalanya berbentuk manusia tetapi dengan mulut lebar yang dipenuhi gigi-gigi tajam dan besar. Sebuah sayap yang sangat besar terpasang di punggungnya. 

Dalam sekali lihat, Xavie tahu tipe monster ini jauh lebih kuat daripada monster yang barusan ia bunuh. Meski begitu, Xavie sedikit merasa lega. Jika monster ini berfokus pada serangan berarti kekuatan regenerasinya jauh lebih lemah monster sebelumnya. 

"Rhongomyniad!" 

Tombak berwarna keemasan muncul dan tergenggam di tangan Xavie. Monster itu meraung, sangat serak dan nyaring. Xavie memajukan kaki kirinya lalu melempar tombaknya. Tombak itu melaju sangat cepat ke arah kepala monster itu tetapi dengan refleksnya, monster itu menunduk, menghindari tembakan tombak Xavie.

Segera sayap besar milik monster itu menguncup ke punggungnya. Sembari merendahkan tubuhnya, ia berlari kencang menuju Xavie. Hanya dalam sekejap monster itu sudah berada tepat di depan Xavie lalu melompat menyerangnya menggunakan kesepuluh cakar miliknya. Di sisi lain, rhongomyniad telah kembali ke tangan kanan Xavie dan terjadilah bentrokan antara masing-masing senjata milik mereka. 

Monster itu dengan gesit dan lincang menyerang Xavie, membuat Xavie terpaksa bertahan seraya menunggu kesempatan untuk menyerang balik. Monster itu semakin agresif, menyebabkan kecepatan geraknya meningkat. Xavie terus-terusan mundur, menggunakan tombaknya untuk menghalau segala serangan monster itu. 

Ketika Xavie melihat pertahanan monster itu terbuka. Xavie akhirnya menyerang, menebas dada monster itu cukup dalam. Monster itu mundur sebentar lalu kembali menerjang dengan sangat kencang, seolah luka di dadanya tidak berdampak baginya. Kedua tangannya menyakar dada Xavie namun sebelum mengenainya sangat dalam, Xavie melompat ke belakang lalu mundur cukup jauh. Xavie menggertak giginya, dadanya berhasil tercakar. Darah mengalir keluar lewat luka-luka itu.

Bertepatan dengan mundurnya Xavie, monster itu membuka mulut. Sebuah semburan api yang sangat besar dan panjang keluar dari mulutnya. Xavie tidak menduga monster itu bisa melakukan itu. Karena hal itu, Xavie pasrah menerima semburan api sekalian mempercepat langkah mundurnya.

Semburan api monster itu berhenti setelah Xavie keluar dari area semburannya. Dengan napas tersenggal-senggal, Xavie melirik monster itu sembari memikirkan sebuah rencana untuk membunuhnya. Rasa perih di tangannya akibat menahan semburan api monster itu Xavie abaikan. Bahkan ia tidak peduli pada seluruh pakaiannya yang sudah terbakar habis, tanpa menyisakan seutas benang pun untuk menutupi tubuhnya. 

Angin malam berembus, menerpa tubuh Xavie yang telanjang. Xavie mendongak, bola matanya menatap hal yang janggal di atas sana. Sebuah sapu terbang beserta seseorang yang menaikinya terlihat sedang menonton pertarungan antara Xavie dan monster itu. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kiriman penyihir?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status