Varen mengernyitkan alisnya, dan dia langsung memasukkan lagi satu suapan, terlihat sangat cocok dengan seleranya.Alexa juga sudah kelaparan, menundukkan kepala dan memakan sarapannya. Sesekali juga dia melirik ke arah Aerin, takut kalau-kalau Aerin membutuhkan bantuannya.Bahkan kakaknya pun makan tanpa suara, namun tidak ada kebencian yang terpendam di ruang makan. Tidak seperti kehidupan di rumah mamanya, semua mata menatap penuh dendam. Sedangkan di ruang makan ini semua seperti orang asing yang baru saja berkenalan namun suasananya sangat harmonis.Setelah sarapan, Alexa membereskan semua piring kotor dan sendok yang tadi mereka gunakan. Tidak lupa juga dia langsung mencucinya dan membereskan kekacauan yang tadi dia lakukan di dapur.Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.30, Alexa membersihkan tangan dan berjalan keluar. Melihat Aerin sedang bermain lego bersama papanya di ruang tamu, sedangkan kakaknya masih duduk tak bergeming di ruang makan.Alexa lantas menghampiri k
Alexa sontak kaget mendengar ucapan kakaknya yang mengatakan bahwa papa dan mamanya dibunuh, sedangkan mamanya masih hidup dan sudah menikah lagi.“Ah, mungkin kakak sedang berhalusinasi,” bathin Alexi.Alexa mendorong kakaknya ke kamar mandi agar mandi, lalu dia membuka lemari yang ada di kamar kakaknya. Alexa kaget melihat ada begitu banyak pakaian yang tertata rapi utuh dengan labelnya di lemari, baju-baju itu juga baju pria yang ukurannya sangat pas di badan Alexi. Semua seperti sudah ada yang mempersiapkan.“Alexa, aku sudah selesai mandi.”Alexa terhenyak dari lamunanya dan melihat Alexi keluar dari kamar mandi. Seluruh badannya hanya tertutup dengan handuk. Alexa baru tersadar kalau tubuh kakaknya begitu sempurna.Alexa langsung dengan cepat memberikan baju di tangannya kepada Alexi, “Kakak ganti baju dulu di dalam baru keluar lagi.”Alexi menuruti perintah adiknya, saat dia keluar lagi dia sudah mengenakan pakaian yang bersih. Alexa baru menyadari kalau kakaknya adalah pria ya
Itu kakak! Benar itu adalah kakak!Alexa takut kakaknya akan berbuat yang aneh-aneh, dia langsung memperbesar suaranya dan berteriak, “Kakak, aku di sini!”Alexa berlari menghampirinya. Dia sudah berkali-kali jatuh karena jalan yang sangat licin oleh air hujan, tapi dia tidak peduli sesakit apapun dan jatuh lalu bangkit lagi.“Sudah dekat, sudah dekat!!” Dengan nafas terengah-engah Alexa terus berlari dan akhirnya dia bisa melihat bayangan Alexi dengan jelas.Alexi yang berdiri di tepi sungai membalikkan badan dan melihat Alexa yang sempoyongan. Wajahnya yang tampan itu langsung bersorak, “Alexa?”Alexa menghampirinya sambil menangis, dia langsung memeluk badan Alexi dengan erat. Kesedihannya semua keluar dan dia menangis tanpa suara. Alexi juga memeluk Alexa, setelah beberapa saat dia baru berkata, “Alexa, kamu sudah kembali?”Alexa memeluk pinggang Alexi, dia menggelengkan kepalanya tanpa bersuara. “Kak ... kamu!”Alexa sudah menangis hebat. Alexi berkata dengan senang, “Alexa, kamu
Dia mengangkat telpon sambil membaringkan Aerin di atas ranjang.Seseorang diseberang sana kembali bersuara, “Kakak bodoh kamu itu tiba-tiba lari, aku juga tidak tahu lari kemana.” Suara Aurel terdengar sangat datar, tanpa ada rasa sedih sedikitpun padahal itu juga adalah kakaknya.Alexa merasa suhu tubuhnya mendadak menjadi dingin. Hujan sebesar ini, kakak bisa-bisanya hilang. Apa yang sebenarnya mereka lakukan terhadap kakaknya? Dari dulu kakaknya tidak akan keluar dari rumah tanpa sebab.Dia mengidap autis, bagaimana kalau kakaknya bertemu orang jahat. Alexa tidak berani memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi terhadap kakaknya.“Aku harus pergi, Ren!”“Kamu mau kemana? Hari masih gelap, bertemu orang juga tidak mungkin di jam-jam begini”Namun Alexa tidak mendengarkan ucapan Varen, bahkan dia juga tidak berniat untuk menjelaskan. Saat ini yang ada di otaknya adalah kakak dan kakak.Alexa langsung keluar dari apartemen Varen, dia berlari di tengah hujan seperti orang gila. Unt
Alexa masih berjongkok sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan, hatinya bergetar hebat dan dia tidak merespon ucapan Varen.Varen merasa ada banyak luka yang wanita ini sembunyikan, bahkan luka 4 tahun terakhir tidak sebanding dengan tekanan psikis yang Alexa alami. Varen masih jauh lebih beruntung karena ada keluarga dan sahabat yang mensuportnya. Sedangkan Alexa, dia harus berjuang sendiri dari kecil.Varen mengulurkan tangan dan memapahnya untuk berdiri, mata Alexa sembab karena menangis. Menambah kesan iba dari diri Varen terhadap wanita dihadapannya.“Kita pergi dari sini?” tanya Varen.“Tolong antarkan aku pulang!”“Kamu mau pulang kemana? Sebaiknya kamu ikut ke apartemenku, apalagi jika kamu sudah memiliki jawaban atas tawaranku kemarin. Besok kita bisa langsung mencari apartemen yang cocok buatmu dan segera menjemput kakakmu.”Alexa terdiam beberapa saat, sebenarnya ada keraguan yang mengganjal dihatinya namun dia tidak bisa membohongi hatinya kalau dia sangat menya
“Ada urusan.” Nada suara Varen yang rendah dan jernih terdengar sedikit berat. Alexa mengedipkan matanya dan merasa kantuknya menghilang.Aku ingin meminta jawaban yang kemarin.” Nada suaranya masih terlihat dingin seperti biasanya.Alexa menggeserkan selimutnya dan bangun dari tempat tidurnya dengan satu tangan memegang handphone. Pria ini menelepon larut malam begini hanya untuk menanyakan jawaban atas tawarannya kemarin, sungguh pria yang pemaksa.“Aku ingin bertemu denganmu.” Varen berkata lagi.Alexa, “……….”Mengajak bertemu pada larut malam, permintaan ini agak kelewatan.“Bagaimana kalau aku tidak mau dan kita tidak perlu bertemu?”Varen mengangkat kepalanya dan menatap ke lampu jalan yang bercahaya, ekspresi dingin di wajahnya semakin terlihat karena disorot oleh lampu jalan yang terang.“Tunggu aku di luar, aku akan menjemputmu!” Selesai berkata dengan nada memerintah dan memaksa, Varen langsung menutup teleponnya tanpa aba-aba.“Apakah dia tidak perlu menanyakan di mana diri