hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di salah satu jalan di kota dataran tinggi, tampak seorang pemuda dengan badan tegap berjalan ke satu arah. “Uhhhh hari ini sangat capek sekali,” keluh pemuda itu. Pemuda itu adalah Surya, dia hari ini telah melakukan banyak kegiatan. Dia hampir tidak bisa mencerna segala macam apa yang dilakukannya hari ini. Dengan berjalan ringan sosok itu meninggalkan kota dan mulai berjalan menuju gua tempat tinggalnya. ... Sementara itu, di sisi jalan yang berbeda. Tampak dua wanita cantik sedang berjalan linglung di kota dataran tinggi. “Melati, kemana kita sekarang?” tanya Salsa. “Tidak tau, lebih baik kita jalan saja dulu,” balasnya tidak bersemangat. Salsa melihat temannya, dia entah mengapa menjadi sedikit berbeda hari ini. tidak seperti biasanya, Melati tidak bersemangat seperti sebelumnya. Meskipun Salsa sangat kerepotan dengan tingkah lucu sebelumnya, namun tetap saja dia menjadi khawatir atas perubahan sikap pihak lain yang terlalu tiba tiba. Sementara Salsa sedang berpikir tent
Di salah satu area luar kota dataran tinggi. Suara besar terdengar berantakan di tempat itu. Kedua Wanita cantik yang mendengar hal itu pun hanya bisa melihat satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. “Melati ayo kita segera pulang, area ini tidak aman.” Namun setelah Salsa mengatakan itu, dia mulai menjadi pasrah. Dia bisa dengan jelas melihat ekspresi berapi api dari pihak lain. “Salsa, kita lihat saja sebentar. Mungkin kita mendapat petunjuk tentang bandit yang telah menyerang kita,” Katanya dengan bertekad. Melihat permintaan Melati, Salsa hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Ahhh tidak lagi.” Sesalnya dalam hati. Sebelum Salsa bisa mengatakan sesuatu, Melati sudah berlari mengendap-endap ke sumber suara. Salsa yang melihat hal ini hanya bisa mengikuti dengan sabar. “Aku harus Menyeret bocah ini pulang jika sesuatu sudah tampak tidak baik.” Katanya bertekad. Salsa sudah menentukan garis bawahnya sebelum mereka sampai di area yang bising itu. ... Sementara di sisi lain
Rumah gadang keluarga bareh. “Ada apa?” tanya sosok tampan ke salah satu sudut kosong. Tanpa peringatan, tiba-tiba terkuak sosok yang entah datang dari mana. “Sumando, kami telah menemukan orang yang telah membantu Melati terakhir kali.” Sosok itu menjelaskan. “Bagus sekali,” balas paruh baya tampan itu gembira. “Tapi sumando...” kata sosok itu sedikit ragu. “Ada apa?” tanya paruh baya tampan itu penasaran. “Tampaknya dia sedang kesusahan, sebenarnya kami menemukan orang itu ketika sedang menjaga Melati dan Salsa. Saat itu mereka pergi keluar kota, kebetulan orang itu sedang bertarung. Saya sudah menempatkan orang di sana untuk berjaga jaga.” “Melati ini masih tidak belajar dari kesalahan.” Kata paruh baya itu kesal. Dia tidak habis pikir, baru beberapa hari, anak gadisnya bahkan sudah berani berkeliaran keluar dari kota. untung saja ada beberapa orang yang ditempatkan untuk menjaganya dalam bayang agar terhindar dari insiden seperti terakhir kali. “Tok tok... Ayah cepat bu
Di bengkel datuk merah. Surya sedang melakukan gerakan set yang telah dia hafal. Kini tubuhnya bisa melakuakn set lebih banyak dari hari sebelumnya. Tampaknya pertarungannya dengan mata mata sebelumnya benar benar membantu pelatihannya. “Tampaknya ini benar benar bukan ilusi, semoga aku bisa bertemu orang orang itu lagi dan memeras mereka sampai kering.” Surya berkata tanpa berpikir. Saat Surya hendak berdiri, indranya terusik Ketika merasakan ada orang yang menghampiri dirinya. Meskipun terlihat tenang dan tidak menunjukan fluktuasi bermusuhan, Surya tetap siap untuk menyerang. Namun kekhawatiran Surya itu tampaknya tidak perlu, sosok itu dengan ramah berakta. “Apakah ini bengkel datuk merah?” kata sosok yang tampak tua dengan ramah. “Iya ini bengkel datuk merah.” Sebenarnya tidak perlu untuk bertanya apakah ini bengkel datuk merah atau bukan. karena setiap orang di kota pasti tau tentang kakek eksentrik ini. namun tampaknya pihak lain hanya bertujuan untuk basa basi dan menca
Aulah besar keluarga bareh tampak ramai dengan beberapa orang yang sedang berkumpul. “Selamat datang di kediamanku, saya Aiya bareh, kepala keluarga bareh.” “Iya, saya Surya.” balas pemuda tegap. “Saya sangat berterimakasih kepada Surya, karena telah membantu anak saya keluar dari bencana.” “Hahahha tidak apa, itu hanya sebuah kebetulan saja bahwa saya sedang berjalan di area itu.” Kemudian kedua orang itu terus berbicara satu sama lain mempertahankan suasana yang canggung. Tiba tiba setelah beberapa saat, sosok pemimpin keluarga bareh yang tampan itu mulai berbicara tentang sesuatu yang membuat Surya tergerak. “Apakah kamu memiliki masalah dengan keluarga lado?” “Keluarga lado?” spontan bertanya dengan bingung. Tanggapan Surya yang sangat polos membuat kepala keluarga bareh bertanya. “Orang-orang yang kau lawan semalam adalah orang dari keluarga lado.” Jelasnya. Mendengar penjelasan pihak lain, Surya mau tidak mau berpikir dalam hati. “Orang keluarga Bareh memang sesuatu,
Di bengkel datuk merah. “Surya apakah kau mengerti rute ini?” tanya datuk merah sembari menunjuk arah di peta. “Baik tuk, Surya paham.” Surya berkata dengan percaya diri. “Baiklah bawa benda benda ini selamat ke tujuannya.” Datuk merah memerintah. “Siap datuk.” Kemudian, Surya mulai mengambil sebuah kain yang cukup lebar. Dia mulai Menyusun mangkuk mangkuk logam berwarna emas yang terdapat punuk tepat di tengahnya. Benda itu sangat mengkilap. Surya samar samar bisa melihat cerminan dirinya di mangkuk logam itu. Setelah menata rapi semua yang akan dibawanya, Surya mulai berpamitan ke datuk merah. Surya melangkah dengan pasti sebelum akhirnya keluar dari kota Dataran tinggi. ... Di rumah gadang keluarga lado. “Sumando, kami memiliki laporan yang cukup baik kali ini.” Mendengar kepercayaan diri pihak lain, Rian lado mau tak mau mengangkat alisnya dengan tatapan tidak percaya. “Semalam kami telah mengikuti Surya dari jarak yang sangat jauh. Pada awalnya kami tidak mendapati s
“Huhhh tampaknya kini aku benar benar harus lebih mengingat kata kakek tua itu,” kata sosok pemuda yang berjalan tenang di hutan bambu. Pemuda itu adalah Surya, dia baru saja mengantarkan pesanan yang telah di kerjakan oleh datuk merah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa perjalannya kali ini mengubah sudut pandangnya terhadap dunia dengan cukup banyak. “Kira kira kakek tua itu sedang apa ya sekarang,” Surya bertanya spontan. Tampak di wajah pemuda itu sedikit penyesalan. Dia sangat rindu dengan pihak lain, seorang yang telah merawat Surya Ketika merasakan bahwa dunianya akan runtuh. Inyiak putiah kakek itu adalah cahaya hangat yang kadang tidak ingin di akui Surya, namun jelas kakek itu sangat berarti baginya. Surya entah mengapa semakin lama semakin merasakan sesak di dadanya. Dia sangat sedih. Surya bahkan tanpa sadar mengeluarkan air mata. Dia mulai teringat Kembali tentang masa lalunya yang ceria. Melihat senyum kedua orang tuanya. Dan juga dia mulai mengingat hari hari ya
Di jalan menuju kota dataran tinggi, Surya memiliki perasaan campur aduk. Sebenarnya dia masih belum bisa mempercayai apa yang telah dialaminya baru baru ini. Tidak sampai satu hari dia meninggalkan dataran tinggi untuk mengirim pesanan penempaan. Tapi pikirannya sudah terakumulasi menjadi berabad abad lamanya. Dia kini merasa layaknya seorang kakek tua yang terjebak di dalam tubuh anak muda. “Huft biarlah, lagipula tidak ada yang bisa aku lakukan.” Surya terus berjalan hingga sampai ke kota dataran tinggi. Di perjalanan, dia merasakan perasaan hangat. Tampak sudah lama sekali dia merindukan suasana jalan ini. Meskipun Surya tidak menginginkannya, otaknya terus memutar kejadian kejadian aneh hari ini. Dia tiba tiba teringat akan perkataan pihak lain sebelumnya. “Sudah lama aku tidak melihat benih yang begitu bagus.” Kata paruh baya misterius tanpa ekspresi Ketika memukul kepala Surya. Surya bertanya tanya apa maksud pihak lain mengatakan itu. Dengan konsentrasi tinggi untuk men