“Astaga!” Mbak Tati menutup matanya dengan telapak tangan“Kalau mau bermesraan yo ditutup dulu kaca mobilnya,” sindir Mbak Tati yang kebetuan lewat samping mobil Aldin setelah membuang sampah.
Ia melihat adik sepupu suaminya sedang berciuman dengan sang suami di dalam mobil. Ia tidak sengaja melihatnya. Niatnya ingin menyapa Sisil dan suaminya sebelum mereka pulang.
Aldin langsung melepas ciumannya, lalu mengusap bibir sang istri dengan ibu jarinya, mengabaikan Mbak Tati yang sedang berdiri di samping mobil.
“Kalian mau pulang ya?” tanya Mbak Tati tanpa membuka tangannya yang menutupi mata.
“Maaf, Mbak,” ucap Aldin sembari tersenyum malu. “Sisil suka marah kalau pagi nggak dikasih vitamin,” imbuhnya sembari tertawa geli.
Sisil langsung memukul lengan suaminya dengan keras. “Fitnah aja!”
“Ya sudah, Mbak masuk dulu, kalian hati-hati di jalan!” ucap
Maaf ya, slow update dulu karena lagi urus persiapan untuk hari raya. Mohon maaf ya semuanya.
“My lovely kita sudah sampai,” ujar Aldin setelah mobilnya berhenti di pekarangan rumah mereka tanpa menoleh pada sang istri. “Sayang!” Aldin menoleh pada istrinya yang duduk di kursi samping kemudi, ternyata Sisil tertidur lelap.Aldin membuka sabuk pengamannya, lalu ia keluar dari mobil dan berjalan memutar mendekati Sisil. Ia membuka pintu mobil dengan hati-hati, khawatir sang istri terbangun. Aldin membopong istrinya dengan sangat hati-hati.“Aku tahu, kesalahanku begitu besar karena sudah menyakitimu dan meragukan cintamu, tapi aku akan tetap berusaha mendapatkan cinta itu kembali,” gumam Aldin. Ia membopong Sisil sembari menatap wajah cantik istrinya. Aldin membawa Sisil ke kamar utama, dan merebahkan tubuh mungil itu di tempat tidurnya. Sementara ia langsung masuk kamar mandi untk membersihkan diri. Tubuhnya terasa sangat lengket karena ia tidak terbiasa tidur tanpa
Aldin keluar dari kamar dan bergegas menghampiri istrinya. Ia duduk di depan Sisil yang sedang sarapan nasi goreng buatannya.Sisil menatap laki-laki yang duduk di hadapannya. “Kamu udah makan?” tanya Sisil pada sang suami yang sedang memperhatikannya makan.“Udah, tadi aku sarapan duluan karena mau bersih-bersih rumah biar kuat,” ucapnya sembari tersenyum. Aldin merasa senang kalau istrinya mau menyapa lebih dulu. Itu artinya Sisil sudah memaafkannya.Sisil mengabsen setiap sudut ruangan yang terlihat lebih rapi. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apa pun. Kemudian melanjutkan makannya. Sisil menyapa suaminya hanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah membuatkannya sarapan. Tapi, bagi Aldin itu merupakan sebuah harapan untuknya mendapat kembali cinta sang istri.“My lovely!” panggil Aldin pada sang istri setelah istrinya itu selesai makan.
Sisil bangun dari duduknya. “Kita nggak akan bercerai sampai enam bulan ke depan. Selama itu pun aku nggak tahu bisa memaafkanmu atau nggak? Anggap aja itu kesempatan terakhir untuk kamu.”‘Sekarang aku merasakan apa yang dia rasakan dulu sebelum aku tahu kalau dia mencintaiku. Ternyata hati ini sangat sakit saat mendengar orang yang kita cintai berkata kasar dan mendiamkan kita,’ gumam Aldin dalam hatinya.Dulu waktu Aldin belum mengetahui kalau Sisil mencintainya, ia selalu bersikap kasar pada Sisil, tidak pernah berbicara ramah dengan gadis mungil itu. Bahkan ia pernah mengatai Sisil sebagai gadis sinting. Sekarang justru dia yang mengejar-ngejar gadis sinting itu.Setelah mengatakan itu Sisil bergegas keluar dari kamar dan masuk ke kamar pribadinya. Walau semua barang-barangnya sudah dipindahkan ke kamar utama, ia lebih nyaman tidur di kamar yang sudah beberapa hari ia tinggali itu.&nb
Sisil berlalu dari hadapan suaminya, ia menutup pintu kamar dengan sangat kencang sehingga menimbulkan dentuman suara yang memekakkan telinga. Sehingga Aldin terlonjak karenanya.“Astaga!” Aldin mengusap dadanya. “Ternyata kalau istri sedang marah lebih mengerikan dari pada kalah tender,” gumamnya sembari menggelengkan kepalanya.Ia segera bangun dari duduknya dan menyusul istri mungilnya. “Sil, maafkan aku! Maksudku bukan seperti itu,” ucap Aldin saat langkahnya sudah sejajar dengan Sisil. Kaki panjangya dengan mudah menyusul langkah sang istri yang mungil.Sisil menghentikan langkah kakinya begitu pun dengan Aldin. Lalu memiringkan tubuh menghadap suaminya. “Minta maaf lagi, nanti diulang lagi kesalahan yang sama, begitu aja seterusnya. Kamu pikir semua masalah bisa selesai hanya dengan minta maaf.”Sisil sudah sangat geram dengan suaminya. Sela
Aldin dan Sisil hanyut dalam kemesraan. Mereka baru melepas ciuman panasnya setelah Sisil mulai kehabisan napas. Aldin mengelap bibir istrinya dengan ibu jari. "Jangan cemberut lagi kalau nggak mau aku sosor mendadak!" Sisil menundukkan kepala menutupi rona wajahnya yang mungkin sudah seperti kepiting rebus. Sejujurnya ia ingin memulai kembali hubungannya dengan sang suami, tapi Sisil tidak mau sakit hati lagi. 'Aku yakin jauh di lubuk hatimu, masih ada cinta untuk suamimu ini,' ucap Aldin dalam hati sembari melirik istrinya. Aldin segera memutar balik kendaraannya karena rumah saudara kembarnya sudah terlewat. Tidak lama kemudian mereka memasuki pekarangan rumah mewah sang adik. Bara dan Gara sudah menyambutnya dengan suka cita. Mereka langsung berhampur ke pelukan sang Tante setelah wanita mungil itu keluar dari mobil. "Tante cantik, kok lama banget sih? Tadi katanya sebentar lagi sampai. Aku nungguin lama tahu!" protes Bara p
“Lo ngomong apa sih?” Andin malah bingung dengan ucapan Sisil yang terlihat serius. “Nggak usah sok imut deh lo!”Sisil menoyor kepala sahabatnya itu. “Bego lo!” umpat Sisil. “Tadi lo yang nanya serius.”Andin tertawa terbahak-bahak. Mereka merasa aneh sendiri kalau berbicara formal. “Ya udah sekarang lo cerita dari awal,” titah Andin sembari duduk dikursi santai yang ada di balkon kamarnya.“Semalam gue nginep di rumah ibu.” Ada jeda sebentar sebelum Sisil melanjutkan ucapannya. Ia bingung harus memulainya dari mana“Terus!” Andin sudah tidak sabar ingin mendengar kisah malam pertama Sisil dan saudara kembarnya.“Ntar! Gue harus menyiapkan hati gue dulu. Sakit rasanya kalau dipaksa-paksa tuh,” ucap Sisil sembari menark napas dalam-dalam.Sejujurnya ia sangat kecew
“Gue mau kalian tetap bersama membina rumah tangga bahagia. Cobalah saling mengerti satu sama lain,” ucap Andin dengan serius sambil menggenggam tangan sahabatnya. “Lo juga tahu, di awal pernikahan gue nggak berjalan dengan mulus, tapi sejak kita saling mengerti dan saling percaya, sekarang gue merasa tenang dan bahagia. Nggak ada manusia yang sempurna, menerima kekurangan dan kelebihan pasangan supaya kita lebih santai menjalani kehidupan dalam berumah tangga.”Sisil menempelkan telapak tangannya di kening adik iparnya. “Ini beneran si Andin yang ngomong?”“Si bego!” umpat Andin sembari menoyor kepala sang sahabat yang sudah menjadi kakak iparnya. “Susah payah gue mikir dua hari dua malam buat ngomong serius sama lo, malah diledekin.”Sisil tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan sahabatnya. “Ngeri ngedenger lo begini. Gue kira lo ketempelan jin islam, om
Sisil menghabiskan waktu di rumah sang sahabat dengan putra kembar sahabatnya itu. Kedua anak itu sangat lucu dan menggemaskan. Mereka anak-anak yang baik dan cerdas. "Tante, Nancy udah tua ya? Dia sering sakit-sakitan," tanya Gara saat melihat kelincinya di dalam kandang saja, sementara yang lain sedang bermain di luar kandang. "Dia lebih tua dari kalian," jawab Sisil sembari tersenyum. "Nancy mengalami kembung, dia sedang nggak nafsu makan, tapi tadi udah diperiksa ke dokter. Nanti juga baikan," ujar Nabil dari arah belakang Sisil. "Kamu masih sempet ngurusin kelinci ini?" tanya Sisil pada sahabat laki-lakinya. Nabil menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Aku udah jatuh cinta sama kelinci-kelinci ini," jawab Nabil sembari mengelus bulu halus kelinci kecil berwarna putih yang merupakan anak Nancy dan Joy. Sisil dan Nabil mengobrol sambil bercanda, mereka sangat akrab. Sehingga, seseorang yang melihatnya dari kejauhan