Spin Off dari novel PENGANTIN TUAN HAIDAR "Sebelum taruhan itu, aku udah mencintaimu dalam diam. Bahkan Andin pun nggak tahu kalau aku menyukai kakaknya," jelas Sisil pada laki-laki yang baru saja menikahinya. Dia adalah Aldin Putra Pradipta, seorang pria yang dingin terhadap wanita, tapi berhasil diluluhkan oleh gadis mungil sahabat adiknya sendiri. Tapi, ia sangat kecewa dengan istri yang baru dinikahinya setelah tahu bahwa cintanya dijadikan sebuah taruhan oleh gadis mungil yang menjadi cinta pertamanya. Kekecewaannya terhadap sang istri membuat ia dingin dan mengabaikan istri yang sangat ia cintai. Dialah Sisilia Sandra, seorang gadis yang mencintai Aldin dalam diam yang menerima taruhan adik dari laki-laki yang dicintainya untuk lebih dekat lagi dengan sang pujaan hati. Akankah Aldin membuka hatinya kembali untuk sang istri? Atau ia mencari cinta yang lain? Ikutin terus kisah keluarga gesrek. Spin off dari novel Pengantin Tuan Haidar.
View More“Saya terima nikah dan kawinnya Sisilia Sandra binti Ahmad Munawar dengan mas kawin uang tunai seratus juta rupiah dibayar tunai.” Aldin mengucapkannya dengan satu kali tarikan napas.
“Bagaimana para saksi? Sah?” tanya Pak penghulu ke pada orang yang menghadiri acara ijab kabul dari pernikahan Aldin dan Sisil.
“SAH!”
Seketika ruangan itu menjadi riuh, sorak sorai kebahagiaan dari pihak keluarga dan para tamu undangan yang menghadiri acara pernikahan itu.
Kini Sisil sudah sah menjadi istri dari laki-laki yang sudah lama ia cintai dalam diam. Aura kebahagiaan terpancar dari wajah kedua mempelai. Akhirnya cinta mereka berlabuh di pelaminan.
Setelah acara selesai yang diadakan di kediaman keluarga Pradipta, para tamu dan kerabat yang menghadiri pernikahan itu satu persatu meninggalkan tempat resepsi. Sisil dan Aldin pun sudah masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
“Al, tolong bantu aku membuka siger ini.” Sisil telah berdiri di depan sang suami yang jangkung dan gagah, sehingga ia semakin terlihat mungil di depan sang suami.
“Kita sudah menikah, jangan panggil aku dengan sebutan nama saja!” bisik Aldin di telinga sang istri.
Sisil merasakan embusan napas dari sang suami yang membuat ia berdebar-debar. Detak jantungnya terasa berhenti sejenak saat bibir sang suami menempel pada kulit telinganya.
“Hubby, tolong bukain dulu sigernya! Aku udah pegel nih.” Sisil sedikit menggeser tubuhnya. “Baru begini aja, jantung gue serasa mau copot, apalagi dijilat-jilat kayak si Andin,” batin Sisil.
“Baiklah, My lovely.” Dengan telaten Aldin membuka siger dan riasan rambut istrinya. "Sudah selsai."
“Makasih, Hubby. Aku mandi dulu ya.” Sisil berbalik badan menghadap suaminya. kemudian ia berjinjit dan mencium pipi suaminya sekilas, lalu berlari masuk kamar mandi dan mengunci pintunya.
“Nakal kamu ya!” Aldin mengejar sang istri, tapi Sisil sudah lebiih dulu mengunci pintu kamar mandi. “My lovely, buka dong pintunya!” panggil Aldin dengan mesra sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Aldin terus saja membujuk sang istri agar istrinya mau membuka pintu untuknya. “Buka dong! Aku juga gerah nih, mau mandi.”
“Kalau gue bukain pintu, yang ada nggak jadi mandi, malah main raba-rabaan kayak si Andin dan Bang Ar,” gumam Sisil sambil membayangkan malam pertamanya dengan sang suami. “Jual mahal sedikit, Sil, walaupun dia itu suami lo. Jangan main sosor aja,” gumamnya sambil terkekeh.
Beberapa menit kemudian Sisil keluar dari kamar mandi. Ia celingukkan ke kanan dan ke kiri mencari suaminya. “Kemana dia?” Sisil pun segera masuk ke ruang ganti untuk segera berpakaian.
“Sil! Lo di mana sih?” teriak Andin di dalam kamar Sisil.
“Ngapain tuh si gesrek masuk kamar pengantin. Mau gangguin gue kayaknya nih anak,” gumam Sisil dari ruang ganti. Sisil pun segera keluar dari ruang ganti setelah selesai berpakaian.
“Ada apa sih?” tanya Sisil pada sahabat yang kini menjadi adik iparnya. “Mau gangguin malam pertama gue, lo ya,” tuduh Sisil pada Andin.
“Yeh si kupret! Gue mau ngasih ini buat lo.” Andin memberikan paper bag kepada kakak iparnya.
“Apa ini?” Sisil menerima paper bag itu lalu melihat isi yang ada di dalamnya. “Busyet dah! Lo kira badan gue buah apel cuma dibungkus pake ginian. Kalau gue masuk angin gimana.” Sisil membentangkan isi dalam paper bag itu, yang tak lain adalah sebuah lingerie berwarna hitam.
“Udah pake aja! Biar abang gue klepek-klepek,” kata Andin sambil terkekeh.
“Ayan dong laki gue,” sahut Sisil yang juga ikut tertawa. “Oke deh ntar gue pake.”
“Ini tantangan terakhir dari taruhan kita. Gue tantang lo buat merayu Abang gue lebih dulu.”
“Siap!” sahut Sisil. “Ternyata taruhan itu bisa membuat gue jadi lebih dekat sama Abang lo.”
Tanpa mereka tahu ternyata Aldin sedang menguping pembicaraan kedua sahabat itu dari balik pintu.
“Lo emang keren!” Andin mengacungkan jempolnya pada Sisil. “Lo bisa menaklukkan beruang kutub itu,” imbuhnya sambil terkekeh.
“Iya, akhirnya dia jatuh cinta juga sama si mungil yang cantik jelita ini,” ucap Sisil dengan percaya diri.
“Narsis banget lo!” Andin menoyor kepala Sisil hingga kakak iparnya itu hampir terjengkang.
“Gue udah jadi kakak ipar lo, bego!” Sisil kembali menoyor kepala sahabatnya itu.
“Maaf Kakak ipar,” ucap Andin dengan lembut. Kemudian Andin dan Sisil tertawa terbahak-bahak. Kedua wanita cantik itu tidak tahu kalau ada hati yang terluka mendengar obrolan mereka berdua.
“Udah lo sana! Gue mau jualan serabi anget dulu.” Sisil mendorong Andin supaya segera keluar dari kamarnya.
“Selamat menikmati kenikmatan dan kepedihan,” ucap Andin asal ceplos.
“Kok kepedihan?” protes Sisil.
“Iya, nanti lubang lo pasti perih karena gesekan yang gede panjang,” jelas Andin sambil terkekeh.
“Bego, lo!” umpat Sisil.
Andin pun keluar sambil tertawa terbahak-bahak, ia tidak melihat kalau ada kakaknya di samping kiri pintu kamar.
Setelah Andin keluar, Aldin masuk, lalu mengunci pintu kamarnya.
“Hebat kamu!” puji Aldin sambil tepuk tangan. Ia bukan memuji kecantikan atau apa pun, tapi ia menyindir sang istri yang telah membohonginya.
Sisil menoleh ke belakang saat mendengar suara sang suami ketika ia sedang bercermin sambil menempelkan lingerie di tubuh mungilnya.
“Hubby kamu dari mana?” Sisil mendekati suaminya sambil menunjukan lingerie yang diberi oleh adik iparnya. “Apa aku harus memakai ini?” tanyanya sambil membentangkan baju yang menerawang itu.
Aldin menyunggingkan satu sudut bibirnya. “Aktingmu bagus juga.”
“Akting?” Alis Sisil bertaut. Ia tidak mengerti dengan ucapan suaminya. “Maksudnya apa?” Sisil hendak menyentuh tangan sang suami, tapi Aldin dengan cepat menepisnya.
“Nggak usah pura-pura lagi! Aku udah tahu semuanya,” kata Aldin dengan ketus.
“Hubby, kamu marah gara-gara nggak aku ajak mandi bareng.” Sisil memeluk Aldin yang sedang marah. Sisil pikir, Aldin marah karena ia tidak mau mandi bareng dengannya. Ia tidak tahu kalau dari tadi Aldin menguping pembicaraannya dengan Andin.
Aldin melepas pelukan wanita yang baru saja sah menjadi istrinya dengan kasar, hingga Sisil terpental ke tempat tidur.
“Hubby, kamu kenapa?” tanya Sisil dengan suara yang bergetar karena ketakutan. Suami yang baru beberapa menit lalu berkata dengan lembut dan mesra tiba-tiba saja menjadi kasar dan tidak berperasaan.
Tak terasa air mata Sisil sudah menganak sungai di pelupuk matanya. “Kamu kenapa? Jangan bikin aku takut?” Sisil berusaha mendekati suaminya lagi, tapi Aldin mendorong Sisil hingga istrinya jatuh terlentang di kasur.
“Jangan pernah menyentuhku!” tegas Aldin dengan sangat emosi. Ia berubah menjadi kasar dan tidak berperasaan karena hatinya telah dilukai.
Jangankan binatang, manusia pun akan berubah menjadi kasar jika ada yang menyakitinya.
****
Hai semuanya salam gesrek dari Nyi Ratu. Selamat datang di novel terbaruku. Ini merupakan spin off dari novel Pengantin Tuan Haidar. Dukung terus karyaku ya!
Kemudian membenamkan wajahnya di antara kedua pada sang istri. Lalu pria itu mengeluarkan jurus lidah membelah semak-semak."Mas ...." Amy menggelinjang sambil mencengkram rambut sang suami. "Ampun, Mas!"Walaupun sang istri meminta ampun, ia tidak mendengarkan ucapan istrinya. Rudi terus melanjutkan aksinya.Sentuhan lidah dan tangannya berhasil membuat Amy menjerit merasakan kenikmatan yang bergejolak di dalam tubuhnya. Kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.Ia meninggalkan jejak-jejak cinta di tubuh sang istri. Amy menjerit saat Rudi menyesapi pusat intinya dengan rakus."Mas ... awas, aku pengin pipis."Amy mendorong wajah suaminya, berusaha menyingkirkan kepala sang suami dari daerah keramatnya."Namun, Rudi tidak mau menuruti keinginan sang istri, ia malah melakukan aksinya lebih dan lebih lagi."Mas ... aahhh...!"Napas wanita itu sudah tersengal-sengal. Ia menjerit merasakan kenikmatan yang lua
"Mas, aku tidur duluan ya." Setelah mandi dan berpakaian Amy naik ke tempat tidur.Wanita itu menyingkirkan kelopak mawar merah yang sudah kembali ditata berbentuk hati. Ia malah membersihkannya tanpa sisa. Kelopak bunga itu berserakan di lantai.Rudi hanya melongo melihat itu semua. 'Kenapa? Apa dia marah atau efek kelelahan?'"Sayang, kok bunganya dibuang?" tanya Rudi setelah naik ke tempat tidur."Memangnya kenapa? Nggak boleh ya? Emangnya itu buat apaan?"Amy malah balik bertanya kepada suaminya."Boleh," jawab Rudi cepat. "Sekarang kamu istirahat ya." Rudi mencium kening istrinya dengan mesra. Ia tidak mau membahas hal sepele yang akan memancing keributan.Amy meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu membalikkan badannya membelakangi sang suami.Terdengar bunyi ketika Amy meregangkan otot-ototnya.'Kelihatannya dia sangat lelah.' Rudi memijat bahu sang istri dengan lembut. "Kamu capek ya?"
Pasangan pengantin baru itu menunggu di depan ruang bersalin."Dari dulu sampai sekarang lo selalu merepotkan gue, Sil," gumam Rudi sambil menatap pintu ruang bersalin."Mas, nggak boleh ngomong kayak gitu! Kalau nolong tuh harus ikhlas.""Kamu tahu?" Rudi memegang bahu Amy sembari menatap wajah sang istri.Amy menggeleng pelan. "Nggak!""Oh iya, aku belum ngomong," kata Rudi sembari menyeringai. "Sejak dia nikah, yang ngurusin Sisil kalau lagi berantem sama Aldin itu aku, dari dulu sampai sekarang tuh anak dua merepotkan banget.""Kalau nggak ikhlas nolongnya nanti kamu nggak bakal dapat pahala loh, Mas. Lagian Tuan Aldin dan Mbak Sisil udah baik banget sama aku.""Iya, Sayang, maafkan aku." Rudi memeluk mesra wanita yang dinikahinya beberapa jam lalu. "Aku hanya heran aja, kenapa Aldin tidak pernah ada di saat Sisil butuh."Amy melepas pelukannya karena ia merasa malu berpelukan di tempat umum."Tadi 'kan Tuan Al
Andin mengetuk-ngetuk pintu dengan keras sembari berteriak memanggil nama sahabatnya.Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi terbuka. "Lo kebelet juga?" tanya Sisil sembari meringis."Gue khawatir sama lo," sahut Andin. "Sil, lo baik-baik aja 'kan?"Ibu dua anak itu merasa khawatir dengan kakak iparnya yang terlihat sangat pucat."Gue mules, Din," jawab Sisil. "Tapi, dari tadi nggak keluar-keluar.""Jangan-jangan kamu mau ngelahirin." Andin segera memapah Sisil menuju ranjang pengantin."Tiduran dulu, Mbak. Aku panggil Tuan Aldin dulu." Setelah membantu Sisil berbaring di tempat tidur pengantin. Ia berlari keluar memanggil suami Sisil.Tempat tidur yang sudah dirancang untuk pengantin baru, dengan taburan kelopak bunga mawar merah yang membentuk hati, kini berantakan oleh Sisil yang sedang merasakan kontraksi."Perut lo sering kontraksi nggak?" tanya Andin pada Sisil setelah memberikan air minum kepada sahabatnya itu.
Di kediaman Amy sedang disibukkan dengan persiapan acara akad nikah yang akan dilaksanakan siang hari dan langsung dilanjut dengan resepsi.Hari ini adalah hari kebahagiaan Amy dan Rudi setelah beberapa bulan lalu Rudi melakukan lamaran dadakan.Amy menginginkan pesta yang sederhana. Mereka hanya mengundang keluarga, kerabat dekat, dan beberapa rekan kerja Rudi."Amy, kamu cantik sekali," puji Sisil saat gadis manis itu selesai dirias.Amy mengenakan kebaya pengantin berwarna putih dengan bordiran bunga dan aksen-aksen mutiara melengkapi penampilannya sebagai pengantin sunda.Siger berwarna silver bertengker indah di kepalanya. Dan beberapa hiasan lainnya, seperti untaian melati yang semerbak.Hiasan daun sirih berbentuk wajik di tengah keningnya semakin mempercantik riasan wanita itu.Akad nikah berlangsung di lantai bawah, di mana resepsinya dilakukan. Sedangkan Amy berada di dalam kamar pengantin ditemani oleh Sisil.'
Hai semuanya, terima kasih terima kasih terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti cerita recehku. Maaf, atas semua hal yang mengecewakan kalian, entah dari alur, typo atau kesalahan penulisan nama tokoh. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Untuk kedepaannya aku akan belajar menulis dengan baik lagi. Maaf, kalau selama ini slow update karena kemarin aku lagi kurang sehat, tapi alhamdulilah sekarang udah sembuh dan bisa menamatkan cerita ini. Jika ada keluhan, silakan komen di bawah ini. Aku menerima kritik dan saran dari kalian semua untuk membangun aku menjadi lebih baik lagi. Love sekebon untuk kalian yang sudah mendukung aku dan cerita-cerita recehku. Sampai jumpa di cerita yang baru. Eh, Pengantin Tuan Haidar masih lanjut. Insyaallah aku akan rajin update lagi. I LOVE YOU ALL MY READERS.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments