Share

6. Bersyukur dan Belajar Al-Qur'an

Sementara Fatimah saat itu tengah duduk santai menonton acara televisi, ia hanya menyimak perbincangan Inayah dengan Erni.

Inayah tidak pernah memperlakukan mereka sebagai bawahan, menurutnya mereka adalah saudara dan bagian dari keluarga.

Kehadiran mereka sebagai penawar dari kesedihan yang ia rasakan semenjak meninggalnya Tommy dan Celly. Mereka memberikan warna baru dalam kehidupan Inayah, menjadi penyemangat hidup dan teman baik di kediaman megah tersebut.

Malam semakin larut, rasa ngantuk pun sudah menyelimut. "Teh Fatimah!" panggil Inayah lirih.

"Iya, Neng," jawab Fatimah menghampiri.

"Tolong beritahu Pak Andri, mobilnya masukan saja ke dalam garasi semua ya, Teh!"

"Iya, Neng," jawab Fatimah.

"Aku mau istirahat dulu," pungkas Inayah.

Ia langsung melangkah bergegas masuk ke dalam kamar.

Sebelum beranjak keperaduan, Inayah melaksanakan Salat Isya terlebih dahulu, di akhir Salat ia selipkan doa-doa yang terbaik, berharap ayah dan bundanya tenang di Surga.

"Limpahkanlah doa dan amalan ibadahku ini untuk menebus dosa kedua orang tuaku, dan semoga mereka mendapatkan tempat yang layak di sisi-Mu ya, Allah!" ucap Inayah di sela-sela doanya.

Usai salat, ia bangkit dan merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya. Tanpa terasa bulir bening mengalir membasahi pipi, dipandanginya foto kedua orang tuanya yang terpajang di dinding kamar, pedih terasa bagai ditusuk sembilu.

Namun, Inayah tetap berusaha tegar dan ikhlas menghadapinya, Inayah percaya semua itu adalah takdir dari Allah.

"Ya, Allah! Semoga ayah dan bundaku tenang di Surga," ucap Inayah penuh harap.

Setelah itu, ia langsung membenamkan tubuh di sebuah selimut besar dan mulai memejamkan mata hingga pada akhirnya ia tertidur lelap dengan sentuhan udara segar dari AC yang ada di ruangan kamarnya itu.

Pukul 04:20, Inayah sudah terbangun untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah, Salat Subuh di awal waktu di lanjut dengan belajar mengaji bersama Erni dan juga Fatimah.

Mereka berdua jauh lebih baik dari Inayah dalam hal agama, oleh sebab itu Inayah menjadikan Erni dan Fatimah sebagai pembimbing dalam hal pengetahuan agama.

Selesai belajar mengaji, Inayah dan Erni berkeliling komplek untuk berolahraga lari pagi. Sementara Fatimah hanya di rumah saja, mengerjakan kewajibannya sebagai assisten rumah tangga.

Berkat bimbingan dari Erni, Inayah sudah bisa membaca Al-Qur'an dan sebagai penyempurnaan, ia banyak mengikuti kegiatan-kegiatan mengaji di berbagai tempat. Ia pun mengikuti belajar bersama di kediaman salah satu Ustadzah yang ada di sekitar komplek tidak jauh dari kediamannya.

Dalam kitab shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”

Sebuah hadits yang menjadi motivasi untuk Inayah lebih giat dan semangat belajar tentang Alqur'an, belajar membaca dan memahami isi dan maknanya, serta berusaha mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Sore harinya, Inayah mengajak Erni untuk menemui rekan bisnisnya di salah satu restoran yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ada pembahasan penting terkait bisnis yang harus Inayah bicarakan dengan rekan bisnisnya itu.

“Teh! Teh Erni cantik!" panggil Inayah, suaranya terdengar lembut. Ia berdiri di depan pintu kamar Erni sambil mengetuk pintu kamar tersebut.

“Sebentar, Nay!" sahut Erni dari dalam kamar.

Kemudian, Erni bangkit dan langsung membuka pintu kamarnya. “Ada apa, Nay?” tanya Erni menatap wajah Inayah. 

“Antar aku, Teh! Hari ini aku lagi malas nyetir mobil sendiri!” jawab Inayah dengan memegang tangan Erni.

"Kenapa tidak minta antar Pak Andri saja!" jawab Erni lirih.

"Pak Andri sedang mengantarkan berkas kerja ke kantor Bu Lisna."

Erni diam sejenak, kemudian berkata lagi, “Tapi Teteh belum mandi, Nay.”

“Tidak usah mandi, Teh! Teteh masih tetap cantik, kok!" puji Inayah tersenyum-senyum menatap wajah Erni. "Teteh, hanya mengantarkan aku saja. Setelah itu, Teteh kembali lagi ke rumah!" sambung Inayah sedikit menarik tangan Erni.

“Terus kamu pulangnya dengan siapa?” tanya Erni meluruskan dua bola matanya ke wajah Inayah.

“Ya, Teteh jemput lagi!” jawab Inayah sedikit mencubit pipi Erni yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. "Nanti aku telepon Teteh kalau sudah selesai," sambungnya.

"Maunya!" hardik Erni mendelik. “Tunggu sebentar. Teteh mau cuci muka dulu!” sambung Erni berlalu dari hadapan Inayah.

“Ya, sudah. Aku tunggu di depan ya, Teh. Jangan lama!” kata Inayah langsung melangkah menuju ke beranda rumah.

"Iya," sahut Erni sedikit berteriak.

Beberapa menit kemudian, Erni sudah keluar dan langsung menghampiri Inayah yang sedari tadi menunggunya di beranda rumah.

“Ayo, Nay!” ajak Erni sembari melangkah menuju ke arah mobil miliknya yang terparkir di halaman depan rumah tersebut.

"Iya, Teh." Inayah bangkit dari duduknya dan langsung berjalan mengikuti Erni.

Mobil tersebut adalah milik Erni, yang ia beli tiga bulan lalu, hasil dari kerja kerasnya dari hasil mengelola bisnis fashion bersama Inayah. Ia merasa bangga dan bersyukur dengan kehidupannya sekarang.

Berkat kejujuran dan ketekunan dalam mengelola fashion milik Inayah, Allah sudah membuka jalan kesuksesan baginya.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Erni dengan menginjak gas, mobil pun melaju perlahan keluar dari halaman rumah megah tersebut.

Tidak butuh waktu lama untuk tiba di tempat tujuan. Perjalanan dari rumah ke restoran hanya ditempuh dalam waktu sepuluh menit saja, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh dari kediaman Inayah.

“Di sini saja, Teh. Tidak usah masuk parkiran!” pinta Inayah lirih.

“Teteh nanti jemput kamu jam berapa, Nay?” tanya Erni, menepikan mobilnya dan berhenti tepat di bahu jalan tidak jauh dari restoran tempat yang Inayah tuju.

“Nanti aku telepon kalau sudah selesai!” jawab Inayah langsung turun dari mobil.

"Ya, sudah. Teteh langsung pulang saja ya, Nay."

"Iya, Teh. Hati-hati, jangan ngebut!"

Inayah langsung melangkah masuk ke dalam restoran, untuk menemui rekan bisnisnya yang sudah menunggu sedari tadi.

Dalam pertemuan tersebut Inayah hanya membahas kerja sama tentang rancangan produk terbaru kepada pihak klien dan desainer tersebut.

Pertemuan dengan klien itu, hanya berlangsung satu jam saja. Setelah itu Inayah langsung pamit kepada kliennya dan segera melangkah keluar dari restoran tersebut.

Inayah langsung menelepon Erni, ia meminta Erni untuk segera menjemputnya. Inayah hanya berdiri di bahu jalan di depan halaman parkir restoran itu, menunggu kedatangan Erni.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status