Share

5. Makan di Pinggiran

Sepanjang perjalanan pulang suasana di mobil terasa hening sama seperti biasanya, hanya saja yang berbeda kali ini adalah posisi duduk Kevin yang sejajar dengan Clarissa. Padahal biasanya ia memilih untuk duduk di depan, tetapi entah mengapa hari itu ia duduk di belakang menemani Clarissa. Sementara Clarissa sendiri yang merasa canggung dengan Kevin pun memilih untuk duduk menjauh. Tidak lama kemudian suara perut Clarissa kembali terdengar.

Kruk...Kruk...Kruk…

Mengapa ia berbunyi di saat yang tidak tepat sih! Clarissa merutuki dirinya sendiri yang terlihat sangat memalukan di depan dua pria tampan. Langsung saja Kevin mengalihkan pandangannya menatap Clarissa, Sementara Clarissa sendiri hanya cengengesan.

"Maaf, aku lupa memberimu makan," ujar Kevin.

Memberi makan? Memangnya dia kira aku ini binatang apa. Cara ngomongnya itu loh, seperti aku ini hewan peliharaannya saja!

"Eh, gapapa kok," sahut Clarissa.

"Kamu mau makan apa? Biar kita singgah ke restoran!" seru Kevin dengan tatapannya yang dingin.

"Gak usah repot-repot ke restoran, kita berhenti di depan sana saja," ujar Clarissa sembari menunjuk ke salah satu pedagang bakso di pinggir jalan.

Clarissa sangat menyukai bakso, bisa di bilang bakso adalah makanan kesukaannya. Bahkan kalau bisa ia ingin setiap hari makan bakso, tetapi sayangnya ia adalah orang miskin. Jangankan untuk makan bakso, bisa makan sehari hari dengan lauk kerupuk dan kecap saja ia sudah merasa beruntung.

"Berhenti Jordan!" perintah Clarissa.

"Siapa kau? Berani sekali memerintahku!" cetus Jordan.

"Jaga ucapanmu Jordan, mulai sekarang Clarissa adalah majikanmu. Patuhi ucapannya!" bentak Kevin. Seketika bibir Jordan terkunci, ia pun langsung menghentikan laju mobilnya. "Mundur!" perintah Kevin, dengan segera Jordan pun langsung memundurkan mobilnya dan berhenti tepat di depan tukang bakso yang sudah terlewat tadi.

Clarissa keluar dari mobil dengan girangnya, ia berlari ke arah tukang bakso tersebut dan memesan tiga mangkuk bakso. Melihat Kevin dan Jordan yang tidak kunjung turun dari mobil, Clarissa pun mencoba menghampiri mereka.

"Ayo turun, aku sudah pesankan untuk kalian juga" ajak Clarissa.

"Kau makan saja sendiri, aku sudah kenyang. Bila kau butuh teman ajak saja Jordan," ujar Kevin.

Mata Jordan membulat, saat mendengar Kevin menyuruhnya untuk menemani Clarissa makan di pinggir jalan. Yang benar saja aku makan di tempat seperti ini, walaupun aku sekarang hanya seorang asisten, tetapi tetap saja aku bergelar profesor. Mana pantas makan makanan pinggir jalan.

"Tidak usah repot-repot, aku juga sudah kenyang," ucap Jordan mengelus perutnya.

Clarissa pun kembali ke tempat duduk nya. Ia membatalkan pesanan dua mangkuk bakso, karena Kevin dan Jordan tidak mau ikut makan bersamanya. Clarissa bertopang dagu, ia terlihat sangat bosan karena harus makan sendirian. Kevin yang peka melihat Clarissa bosan pun, langsung memerintahkan Jordan untuk menemaninya.

"Temani gadis itu makan!" perintah Kevin menatap Jordan dengan tajam.

"Jangan keterlaluan. Aku memang hanya asistenmu sekarang, tapi aku ini seorang profesor, aku juga dari kalangan kaya sepertimu" bantah Jordan.

"Profesor tidak terpakai, ingat dulu aku memungutmu bagaikan sampah! Jangan kau banggakan gelarmu yang tidak berguna!" hardik Kevin dengan lantang.

Jordan yang geram mendengar perkataan Kevin pun turun dari mobil. Ia duduk menghampiri Clarissa dan menyerobot bakso yang sedang Clarissa nikmati.

"Loh, kok diambil?" tanya Clarissa kebingungan.

"Pesan lagi! Pesan yang banyak, sampai tuan mu bangkrut dan jatuh miskin. Agar dia tahu rasanya jadi orang kecil yang selalu direndahkan" celetuk Jordan dengan kesal.

"Kamu ini kenapa sih? Aneh sekali!" gerutu Clarisa heran, "Pak, satu mangkuk lagi ya!" Clarissa pun memesan bakso lagi, karena bakso miliknya sudah habis dimakan oleh Jordan.

"Kenapa hanya satu? Pesan saja semua nya, bila perlu sekalian gerobaknya kita beli. Biar saja tuan mu yang bayar, kita habiskan saja uangnya," ujar Jordan yang sudah mulai ngelantur.

"Hei, kamu ini sudah tidak waras ya!" cetus Clarissa.

Kevin hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Jordan dan juga Clarissa, mereka terlihat sangat akrab padahal belum lama saling mengenal. Apalagi Jordan adalah orang yang sangat dingin dan juga cuek, tetapi jika sudah bersama Clarissa ia bisa berubah menjadi orang yang sangat cerewet. Malam itu Jordan banyak sekali menghabiskan bakso, sampai-sampai Mamang tukang bakso nya pulang karena habis di borong mereka berdua. Jordan baru merasakan makanan pinggiran ternyata seenak itu, jika ia tahu sejak awal mungkin ia tidak akan menolak ajakan Clarissa.

"Sudah kenyang?" tanya Kevin.

"Sudah," sahut Clarissa.

"Habis uang berapa makan di situ? Kok lama banget?" tanya Kevin penasaran.

"tujuh ratus ribu" jawab Clarissa.

"Kalian makan di pinggir Jalan kok mahal banget, itu bakso apa yang kalian makan?" tanya Kevin heran.

"Bakso biasa, hanya saja Jordan tadi makannya banyak banget. Padahal tadi bilangnya sudah kenyang, katanya dia mau bikin kamu bangkrut" bisik Clarissa.

Kevin hanya menyunggingkan senyuman di bibirnya, ia tahu Jordan pasti sangat kesal dengan perkataannya tadi, dan ia melampiaskan kemarahannya ke makanan tersebut.

Sesampainya dirumah mereka langsung menuju kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Clarissa merebahkan tubuhnya ke ranjang, ia menatap langit-langit rumah sembari tersenyum senyum sendiri. Kini aku mendapatkan kehidupan yang lebih layak, aku bisa tidur dengan nyenyak dan makan sampai kenyang. Hmm, aku benar-benar merasa sangat bersyukur karena Ayah telah menjualku. Dulu aku berfikir hidup ku akan terus menderita, ternyata Allah masih menyayangiku dan memberikan kehidupan yang enak. Clarissa pun memejamkan matanya, tidak butuh waktu lama ia langsung terlelap.

Keesokan paginya Clarissa bangun dari tidurnya tepat pukul 05.00 wib. Dengan segera ia mandi dan melaksanakan sholat subuh, Clarissa selalu rutin melaksanakan sholat dimanapun ia berada, Clarissa tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim. Setelah selesai menunaikan sholat Clarissa keluar dari kamar, sepasang matanya melihat begitu banyak para pelayan yang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Clarissa menghampiri seorang kepala pelayan yang bernama Lioni.

"Maaf bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Clarissa menepuk bahu Lioni dengan pelan.

"Eh, Nona muda. Tidak perlu Nona, Nona tidak perlu membantu pekerjaan kami," tutur pelayan Lioni membungkukkan badan.

"Aku bosan jika hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Ayolah, berikan aku sedikit pekerjaan bu" rengek Clarissa.

"Maaf Nona, tetapi jika Tuan muda tahu saya memberi Nona pekerjaan, saya pasti akan dimarahi olehnya," ujar Lioni.

"Ibu tidak akan dimarahi olehnya, aku yang akan bicara pada tuan muda kalau ini adalah murni keinginanku," kata Clarissa meyakinkan.

"Biarkan saja kalau dia ingin melakukan pekerjaan, itu memang sudah tugasnya" celetuk Kevin yang tiba tiba saja datang. "Lioni, jangan perlakukan dia seperti nyonya dirumah ini. Anggap saja dia sama seperti kalian!" imbuh Kevin dengan tegas.

"Baik tuan." Clarissa pun diberi banyak pekerjaan hari ini, dari mulai menyapu, mengepel hingga menyiram tanaman di halaman. Clarissa melakukan semua pekerjaannya dengan baik dan sepenuh hati, tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya sedikitpun. Bahkan ia merasa gembira melakukan pekerjaannya.

Kevin memandang Clarissa yang sedang menyiram tanaman dari balik hordeng jendela. Ia terperanjat saat melihat Clarissa yang masih bisa mengembangkan senyuman di bibirnya, padahal Kevin sudah memperlakukannya seperti seorang pembantu.

Bukankah seharusnya ia protes, sebagai calon istri ku tidak seharusnya ia melakukan pekerjaan serendah itu, tetapi ia masih bisa tersenyum dan bahkan bernyanyi seperti orang bodoh.

"Dasar gadis aneh!" decak Kevin yang masih memperhatikan Clarissa.

"Maaf tuan, ini dokumen yang anda minta," ujar Jordan yang tiba tiba datang.

Sontak saja kehadiran Jordan membuat Kevin terkejut, ia langsung melangkahkan kakinya pergi dari jendela tersebut dan duduk di kursi kebesarannya. Jordan yang penasaran dengan apa yang sedang diperhatikan oleh tuan nya pun langsung berjalan mendekati jendela, ia melongok keluar dan mendapati Clarissa yang sedang menyiram tanaman. Sudah kuduga, tuan pasti sedang memperhatikan gadis bodoh itu!

"Lihat apa kamu!" bentak Kevin melototkan matanya.

"Hehe, lihat kucing tuan," sahut Jordan cengengesan. Aduh, sepertinya aku ketahuan oleh tuan kalau sedang kepo.

"Ngapain masih di ruanganku, sana keluar!"  bentak Kevin mengusir Jordan. Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Kevin. Jordan sangat kesal dengan perkataan Kevin yang selalu menyakiti hatinya.

Kalau saja aku tidak berhutang budi padamu, pasti sudah habis aku cakar-cakar mulut pedas mu itu.

Baru saja Jordan sampai di ambang pintu, lagi-lagi Kevin sudah memanggilnya. "Jordan!" Panggilan Kevin seketika menghentikan langkah kaki Jordan, ia langsung berbalik badan menghadap Kevin lagi.

"Kalau kamu tidak ada kerjaan, kamu bantu pekerjaan kucing yang kamu lihat tadi!" cetus Kevin.

"APA?" jawab Jordan terkejut.

"Kenapa? Mau membantah!" sentak Kevin meninggikan intonasi bicaranya. Tanpa menjawab perkataan Kevin, Jordan langsung menghampiri Clarissa. Dengan kesal ia menyerobot selang air yang sedang Clarissa genggam.

"Hei, kamu ini hobinya merebut milik orang ya!" sungut Clarissa berkacak pinggang.

"Diam! Atau aku siram kamu!" seru Jordan melotot.

"Dasar orang aneh!" hardik Clarissa menurunkan tangan nya.

Jordan tidak menggubris perkataan Clarissa, ia masih merasa sangat kesal dengan Kevin. Baginya Kevin selalu memberinya pekerjaan yang tidak masuk akal semenjak kedatangan Clarissa.

Semenjak gadis ini datang, aku selalu diberi pekerjaan yang merendahkan harga diriku. Aku ini profesor, tidak pantas menyiram tanaman seperti ini. Ahhh!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Engku Nor Asilah
mau sambungan nya please..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status