Share

4. Pertemuan Keluarga Almero Wijaya

Clarissa melenggang masuk ke kamar mandi dengan gembira, ia sangat bahagia karena sekarang ia mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kini tidak ada lagi pukulan dari sang Ayah, tidak ada lagi bekerja,tetapi tidak menerima gaji karena dipalak sang Ayah. Clarissa sangat bersyukur karena Kevin telah membeli dirinya.

Kamar mandi yang sangat jauh berbeda dengan di rumahnya membuat ia bingung. Bagaimana caranya ia bisa mandi, sedangkan tidak ada bak mandi dan juga gayung di sana. Clarissa mendongakkan kepalanya, ia melihat ada pancuran diatas sana. Tiba tiba ia teringat saat menonton film drakor kesukaannya, mereka mandi dengan cara memutar kran yang nanti akan keluar air dari pancuran tersebut. Clarissa langsung mencari cari kran air, setelah menemukannya ia langsung memutar kran air tersebut. Clarissa bersorak kegirangan saat melihat air yang mulai turun bagaikan hujan, Clarissa bernyanyi dan terus menari nari bagaikan artis india. Suaranya yang nyaring dan memekikkan telinga, membuat Kevin memerintahkan Jordan untuk menegur Clarissa.

Tok...Tok...Tok…

"Siapa ?" tanya Clarissa dari dalam kamarnya.

"Maaf mengganggu Nona, ini saya Jordan. Tuan muda meminta anda untuk berhenti bernyanyi, suara anda yang nyaring mengganggu pendengaran beliau," ujar Jordan. Spontan saja Clarissa menutup mulut dengan kedua telapak tangannya, sangking senangnya aku sampai lupa kalau sedang berada di rumah orang.

"Pergilah, aku tidak akan bernyanyi lagi" jawab Clarissa malu malu.

"Terimakasih Nona atas pengertian anda. Suara anda memang bagus, tetapi lebih bagus lagi jika anda diam" cibir Jordan yang langsung melarikan diri.

"Sakitnya hatiku, setelah dipuji langsung di banting lagi," ujar Clarissa yang terus melanjutkan aktivitasnya.

Tidak lama kemudian Clarissa pun selesai mandi. Ia keluar dari kamar mandi sembari menari nari, dan tiba tiba saja kakinya tersangkut oleh handuk yang ia kenakan, Clarissa pun tersungkur di lantai dan handuknya terbuka begitu saja "Ah, lutut cantikku jadi lecet" rengek Clarissa sembari mengelus lututnya. Baru saja ia hendak meraih handuk yang terlepas dari tubuhnya, tiba tiba ia dikejutkan dengan kaki seorang pria yang telah berdiri di hadapannya. Clarissa mendongakkan kepalanya, ia terperanjat saat melihat wajah Kevin. Sontak saja ia langsung berteriak histeris dan dengan cepat Clarissa meraih handuk tersebut untuk membalut tubuh polosnya.

"Kalau ingin menggodaku, gak perlu seperti itu caranya" celetuk Kevin dengan santai.

"Tuan, kenapa tiba tiba ada di kamarku?" tanya Clarissa ketakutan.

"Ini rumahku, semua kamar di sini adalah kamarku. Jadi terserah aku mau dimana!" ucap Kevin menegaskan.

"Maaf, aku lupa tuan," sahut Clarissa.

"Baru berapa menit kamu menginjakkan kakimu di rumah ini, kau sudah lupa siapa tuan rumah di sini! Dasar kurang ajar!" seru Kevin sembari menusuk nusuk dahi Clarissa.

"Aw, sakit" lirih Clarissa sembari mengusap dahinya.

"Baru seperti itu saja sudah kesakitan. Sudah lah cepat bersiap siap, kita akan segera berangkat," ujar Kevin yang langsung melenggang pergi.

"Untung ganteng, kalau jelek uda habis aku pukul!" gerutu Clarissa mengepalkan tangannya.

Clarissa pun menarik pintu lemari dengan segera. Mata Clarissa berbinar saat ia melihat banyak sekali dress bermerek disana, warna dan juga model nya pun beragam. Clarissa meraih sebuah dress polos berwarna hitam dan langsung mengenakannya. Dress itu terlihat sangat serasi di tubuh mungil Clarissa, warnanya yang gelap membuat kulit putih Clarissa terlihat lebih terang dan bercahaya. Clarissa berputar putar didepan cermin, ia tertawa cekikikan karena baru kali ini ia mengenakan baju mahal. Clarissa pun lanjut menyisir rambut panjangnya, dan tiba tiba sepasang mata Clarissa melirik ke sebuah etalase yang penuh dengan alat alat makeup. Sepertinya itu juga sudah dipersiapkan untuk Clarissa, tetapi sayangnya Clarissa tidak tahu caranya berdandan. Clarissa hanya terbiasa menggunakan bedak dan lipstik seadanya saja.

Kruk...Kruk...Kruk...

Terdengar suara perut Clarissa yang kelaparan, sepertinya cacing cacing di perut Clarissa sudah meronta ronta minta di beri makan. Clarissa bergegas keluar menuju ke dapur, ia berharap disana ada makanan yang bisa mengisi perutnya. Tiba tiba langkahnya terhenti saat sepasang mata Clarissa melihat Kevin dan Jordan yang sudah menunggunya.

"Tidak dandan, tetapi lama sekali. Ayo cepat, kita sudah ditunggu!" cetus Kevin yang langsung melenggang pergi. Clarissa pun hanya bisa menuruti perkataan Kevin, ia tidak berani membantah sepatah kata pun ucapan Kevin, padahal perutnya sudah sangat keroncongan.

Bisa mati aku kalau begini, sudah dari tadi pagi gak makan. Sabar lah cacing cacingku, aku akan memberi kalian makan, siapa tahu nanti di sana banyak makanan enak.

Clarissa melangkahkan kakinya dengan gontai, tetapi baru saja ia sampai di ambang pintu, langkah Clarissa terhenti, ia melirik kesana kemari mencari cari sesuatu yang hilang.

"Anda mencari apa Nona?" tanya Jordan.

"Sandalku dimana ya," sahut Clarissa kebingungan. Ia menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Sandal jelek anda sudah dibuang, sekarang anda bisa menggunakan yang ini," ujar Jordan sembari menyerahkan sepasang high heels di tangannya.

"Aku mana bisa menggunakan yang seperti itu. Apa tidak ada sandal yang tipis saja?" tanya Clarissa.

Prok...Prok…

Jordan menepukkan tangannya, dengan sigap seorang pelayan langsung menghampirinya membawa sepasang sandal teplek yang ringan. Clarissa mengulas senyuman di bibirnya, dengan segera ia mengenakan sandal tersebut. Lalu ia langsung berlari menuju mobil dengan girang. Jordan menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir melihat tingkah Clarissa yang suka berlari lari seperti anak kecil. Sebenarnya apa yang dipikirkan gadis itu? Apakah ia mengira tuan menikahinya dengan cuma cuma? Em, dia memang terlalu bodoh dan polos.

Sesampainya mereka di sana, lagi lagi Clarissa dibuat terkagum kagum, dengan kemewahan rumah yang besarnya dua kali lipat dari rumah Kevin. "Beraktinglah layaknya sepasang kekasih" bisik Kevin di telinga Clarissa. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan, seperti nya Clarissa tahu bagaimana caranya ia harus berperan. Clarissa langsung mendekap lengan Kevin dengan mesra, ia melempar senyuman manis di bibirnya.

Kapan lagi bisa mendapat keuntungan seperti ini, jarang jarang bisa menggandeng lengan pria tampan. Tidak bisa di sia siakan begitu saja, hihihi.

Kedatangan mereka disambut oleh kedua orang tua Kevin dan juga seorang wanita cantik. Dengan sopan Clarissa langsung menyalami mereka semua, tetapi tampaknya hanya tuan Almero Wijaya yang senang dengan sikap sopan Clarissa. Sementara Nyonya Fransiska istri dari tuan Almero merasa jijik saat bersentuhan dengan Clarissa.

"Ini Pacarmu Kevin?" tanya Fransiska dengan tatapan jijik.

"Iya sesuai permintaan Mama, dia masih perawan!" seru Kevin secara gamblang.

"Bagaimana Mama dapat mempercayai ucapanmu?" tanya Fransiska.

"Mama bisa membawanya ke dokter untuk diperiksa, kalau memang Mama tidak percaya," kata Kevin menjelaskan.

"Tapi Kevin, lihatlah, dia gak sebanding dengan Agnes!" seru Fransiska menunjuk wanita cantik di sampingnya.

Dia adalah Agnes monica seorang pianis terkenal di seluruh dunia, wanita cantik berambut coklat, dengan mata biru dan bibir tipis itu adalah anak dari sahabat Fransiska. Anges adalah sahabat kecil Kevin, yang memang dijodohkan olehnya sejak dulu, tetapi Kevin tidak mencintai Agnes maka dari itu ia menolak perjodohan tersebut.

"Kevin, kenapa kamu lebih memilih dia dibandingkan aku," lirih Agnes, tetapi Kevin tidak menanggapi perkataan Agnes sedikit pun. Ia hanya menganggapnya angin lalu saja.

"Kevin! Kamu jangan coba coba mencoreng nama baik keluarga Almero, kenapa kamu sangat menyukai gadis udik seperti ini. Pokoknya mama gak mau tau kamu harus tinggalin dia sekarang juga!" ucap Fransiska dengan tegas.

"Sudah lah Mama, biarkan Kevin memilih jalannya sendiri. Jangan selalu memaksakan kehendak Mama" sela Almero.

"Papa itu tidak bisa tegas dengan Kevin, makanya ia menjadi anak yang pembangkang seperti ini!" bentak Fransiska.

"Terserah Mama, yang jelas sampai matipun aku tidak akan pernah menikahi Agnes, dan sesuai perjanjian kita hotel yang di bogor menjadi milikku!" Kevin pun langsung menarik lengan Clarissa pergi dari sana. Ia sudah muak berdebat dengan Mamanya yang tidak akan mau mengalah. Terlihat dari kejauhan Agnes mengejar Kevin sembari terus menangis dan meneriaki nama Kevin, ia terlihat sangat mencintai Kevin, tetapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status