Nyawa lima orang berada di tangannya. Meta harus bangun jika ingin orang-orang yang tengah berusaha mengobati lukanya. Sungguh, Meta dibuat bimbang antara harus bertahan atau membiarkan hidupnya berakhir. Dia membuka matanya, kembali ke tempat yang sama saat di bertemu dengan Xadira.Gadis itu memilih berdiam diri, tidak siap jika harus bertemu dengan mimpi buruknya lagi. Suara langkah kaki yang mendekat membuatnya was-was.“Maafkan aku, Ta. Harusnya aku tidak pernah melibatkanmu,” mohon suara itu. Meta masih kukuh mempertahankan posisinya, tidak ingin melihat sosok itu. Dari suaranya dia bisa menebak bahwa itu adalah Xadira.“Tapi aku benar-benar butuh bantuan kamu saat itu, Ta. Edward sakit, dan aku sungguh ingin menyembuhkannya,” lirih Xadira. Masih sama, gadis lemah itu selalu menyusahkan Meta, bahkan hingga saat ini.Meta mengangkat kepalanya, menatap mata Xadira yang berkaca-kaca. Seandainya gadis itu lebih berani, semua ini tidak akan terjadi. Seandainya Xadira bisa lebih jujur
Belum juga bisa mengetahu keberadaan rumah yang lama, kini suasana baru menyambutnya. Serangan beberapa waktu lalu sepertinya menghaancurkan banyak hal, membuat Edward terpaksa memindahkan mereka ke markas baru. Meta melangkah begitu hati-hati, lukanya masih terasa sangat perih. Rasa ingin tahu, membawanya keluar kamar. Sepi, kesan pertama yang Meta temukan. “Nona Meta, apa yang anda lakukan?” tanya Ren menghampiri gadis itu. Ren terlihat cemas, memeriksa luka Meta yang belum juga mengering. “Non sebaiknya kembali ke kamar, atau Tuan Edward bisa marah,” pintanya, Meta mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Regano dan Edward. Terbesit rasa khawatir, Edward akan melakukan hal buruk pada Regano. “Aku udah dengar semua. Terima kasih sudah menolong sahabatku,” ungkap Ren tiba-tiba, Meta menautkan alisnya. Wanita itu tersenyum begitu tulus. Meta mengangguk kecil, toh akhirnya Regano akan menerima hukuman dari Edward, jadi sama saja. “Regano adalah sahabat sekaligus tangan kanan Tu
Status sebagai babu benar-benar terlihat semakin jelas, dari gadis yang tengah memotong sayur-sayuran tersebut. Meta terkejut saat tangannya ditarik oleh seseorang, dan baru menyadari tangannya terluka.Regano mencuci cairan kental sampai bersih, lalu dengan telaten membalut luka tersebut. Meta hanya diam memperhatikan semua yang dilakukan pria itu.“Edward bisa marah kalau melihatmu melukai diri seperti ini,”Meta tersadar saat pria itu mengajaknya berbicara. Pikiran Meta masih dipenuhi oleh Edward yang tiba-tiba minta dipeluk olehnya. Malam itu, Edward berkali-kali mengubah posisi dalam pelukan Meta demi mendapatkan kenyamanan, sesekali Meta merasakan napas pria itu yang memburu, seperti mengalami mimpi buruk.“Apa yang kamu pikirkan?”“Entahlah, aku juga tidak paham isi pikiranku, terlalu rancu,”Dia hanya mengikuti nalurinya untuk mengelus punggung pria yang tengah tertidur tersebut, sampai pria itu bisa tidur dengan nyaman. Dulu, Yoona sering mengelus punggungnya agar dia bisa ti
Mobil mewah dengan berbagai jenis dan perusahaan produksi kini, telah berkumpul untuk aksi balapan. Masing-masing pendukung mulai berkumpul di sisi jalan, sementara mereka yang akan bersaing menakhlukkan jalanan mulai bersiap.Terhitung ada tujuh orang yang akan saling bersaing, masing-masing dengan mobil mewah terbaik dan kecepatannya tidak bisa diragukan.“Kamu hanya perlu menutup mata selama pertandingan,” ucap Regano memakaikan jaket yang cukup tebal pada gadis itu, tidak lupa penutup kepala agar Meta tidak kedinginan.“Apa aku bisa?” lirih Meta.Baru ikut latihan saja dia sudah muntah, bagaimana dengan pertandingan aslinya. Baru membayangkan saja sudah membuat perutnya terasa bergejolak. Meta meneguk air yang Regano berikan, mengatur napas untuk menenangkan diri.“Mereka pasti bukan orang biasa,” tebaknya menatap tujuh ooraang yang tengah berdiskusi tersebut. Edward bukan orang biasa, tentu tidak akan menghabiskan waktu untuk auto racing jika tidak ada yang sedang diincar pria
Edward menang dan mendapatkan keinginannya. Namun, seorang wanita kini tengah bertaruh nyawa akibat perbuatan pria itu. Dia adalah sosok pemimpin yang akan melakukan apa pun agar semua orang tundu padanya.Keenam pria yang mengalami kekalahan kini harus tunduk pada peraturan yang psikopat itu buat.“Minum dulu,” bujuk Regano, Meta menggeleng. Tubuhnya menolak semua yang Regano coba berikan, berakhir dengan dia yang memuntahkan isi perutnya. Sungguh, sangat menyiksa.“Wanita itu, apa dia baik-baik saja?” tanyanya, Regano menghela napas, mencoba berbohong pun tidak akan berguna. Meta terlalu cerdas untuk menebaknya.“Kecepatan mobil tesla beda dari mobil biasa, meski kecepatannya diturunkan tetap saja akan membuat orang yang ditabrak tidak baik-baik saja,” jelas Regano. Meta menutup wajahnya dengan tangan, masih tidak menyangka bahwa dia terlibat dalam kejahatan tabrak lari.Edward terlihat tenang, mulai mendiskusikan banyak hal dan menerima selamat dari orang-orang.“Dia benar-benar ti
Mata hitam pekat tanpa kehangatan itu menatapnya penuh peringatan. Pertama kalinya, Meta merasakan kelegaan yang luar biasa saat melihat mata menakutkan itu. Gadis itu mengmabil jarak beberapa meter, memberi ruang untuk Edward menghadapi mereka.Hanya butuh lima menit, pria itu sudah kembali masih dengan raut tenangnya.“Mau mencoba kabur, heum?”Bukannya menjawab, Meta malah tenggelam pada tatapan tanpa kehangatan itu. Bagaimana dia bisa kabur, jalan untuk pulang saja dia tidak tahu. Jika Edward tidak datang, mungkin riwayatnya sudah tamat di tangan preman jalanan tadi, meski sama saja jika dia jatuh lagi ke tangan Edward.“Sudah kubilang, ke mana pun kamu pergi, aku pasti menemukanmu, jadi jangan pernah bermimpi untuk lari dariku, heum!” pungkas Edward. Meta masih bergeming.Mata coklatnya membulat saat melihat salah serang dari lawan mereka bangkit dan hendak memukul Edward dengan balok.Meta spontan berdiri. Dia juga tidak mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, sampai menyelama
Meta pikir setelah pengorbanan yang dia buat untuk Edward, pria itu akan memperlakukannya sedikit lebih baik. Nyatanya sama saja, Edward tetap kasar dan tidak punya hati. Belum juga benar-benar pulih, dia sudah dipaksa ikut berburu. Yang benar saja. Selain memburu manusia, Edward juga menjadikan hewan di hutan sebagai sasaran. Benar-benar psikopat gila!“Xadira pasti kesulitaan selama ini,” gumam Meta menghela napas berat.Keluarga Xadira memiliki kedudukan tinggi, pasti memiliki banyak musuh di mana-mana. Mungkin itulah sebabnya Edward menjadi psikopaat yang tidak memiliki hati seperti sekarang.“Tapi kenapa Dira gak survive seperti saudaranya aja sih,” dumel gadis itu menghentakkan kaki ke tanah yang penuh tanaman menjalar. Dia tidak akan terhjebak di sisni, jika Xadira memiliki karakter sekuat Edward. Sungguh, hidup dengan keluarga berada memang tidak mudah. Masalahnya, kenapa Edward dan Xadira berbeda begitu jauh. Xadira terlalu lemah, sementara karekter Edward terlalu mendomina
Dia tersenyum miring, melihat gadis yang terus saja mengoceh tidak jelas. Awalnya, dia ingin memberi sedikit hukuman, dengan membiarkan Meta pergi sendirian. Namun, kakinya malah melangkah, mengikuti langkah mungil gadis itu. Meta terus mengoceh, bahkan sempat membayangkan hal fiksi, yang tidak mungkin menjadi nyata.Edward berbalik arah, saat merasa Meta sudah mendapatkan yang dia harapkan. Namun, baru juga berjalaan beberapa langkah, teriakan Meta terdengar. Seekor singa terlihat mengejar gadis, yang malah fokus melindungi kelinci hasil buruannya.Pria itu berdecak, mengambil senapan sebelum menolong gadis itu. Dia bergerak begitu saja, tanpa pikir panjang. Tepat saat namanya disebut, dia hadir sebagai penyelamat. Sungguh dramatis dan Edward sedikit menyesalinya.“Bodoh!” decak pria itu menatap gadis yang sudah tidak sadarkan diri, bahkan dengan bangganya menunjukkan hasil buruannya, meski kondisinya sudah sekarat.Dia mengangkat tubuh gadis itu. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran