Hanya hitungan beberapa menit saja anak buah Russell berhasil meringkuk gerombolan penyerang Nicko. Pria berkulit kemerahan itu pun menarik rambut salah seorang dari mereka dengan kaki yang menginjak punggung salah satu penyerang.
Apa yang dilakukan oleh pemimpin kelompok jubah hitam itu ditirukan oleh anak buahnya. Mereka berharap orang-orang yang menyerang Tuan Muda ini pun bersedia membuka mulit dan mengatakan siapa sebenarnya yang menyuruh mereka."Hei! Katakan, siapa yang mengirim kalian kemari?" tanya Russell, tapi tak seorang pun dari mereka angkat bicara.Berulang kali mereka mendorong kepala orang-orang suruhan itu, tapi tak ada yang mau membuka mulut. Saking geramnya, pengawal pribadi keluarga Lloyd ini pun mengeluarkan revolvel dari balik jasnya. Tanpa belas kasih ia pun mengetuk kepala penyerang itu kemudian menempelkan ujung revolver pada kepalanya."Kau tahu, aku hanya butuh waktu tiga detik untuk menarik pelatuk danDaisy membulatkan matanya dan mengarahkan pada putri bungsunya. Apa yang baru diucapkan oleh putri cantiknya sungguh di luar dugaan. "Jo, bersikaplah sedikit sopan!" bisiknya mendekat pada Jo. "Untuk apa aku harus bersikap sopan padanya, dia bukan siapa-siapa untukku," protes Josephine sambil melipat tangan di depan dada. "Jagalah sikapmu, Ibu malu dengan teman-teman Ibu!" pinta Daisy memohon. Namun perempuan berkulit putih ini tak peduli, ia justru membalas ucapan Ibunya dengan kalimat yang sinis. "Maaf Bu, tapi aku tak suka dengan matanya yang kurang ajar terhadapku. Aku ini perempuan bersuami, seharusnya aku menjaga kehormatan keluarga kecilku." Perempuan berambut pirang ini pun meraih tas tangannya, kemudian berpamitan dengan sopan. Ia sudah muak dengan kumpulan sosialita Ibunya yang sejak tadi mencela suaminya. "Saya permisi dulu, ada hal yang perlu saya lakukan," pamit Josephine tanpa menunggu
Empat tukang pukul suruhan Armando duduk dalam keadaan tangan terikat ke belakang. Wajah mereka penuh lebam akibat serangan Russell dan anak buahnya."Apa lagi yang akan kita lakukan pada mereka?" tanya salah satu anak buah Russel.Pria berambut kemerahan itu berdiri dengan satu kaki berada di atas kursi. Matanya menatap orang suruhan Armando dengan tajam."Siram mereka dengan air, aku benci melihat mereka terpejam!" seru Russell tanpa belas kasih."Baik!" seru anak buah Russel.Empat orang anak buah Russell mengambil ember berisi air dingin, dan Byur! Tubuh mereka pun mulai basah kuyup, dan mereka membuka mata dengan terkejut.Para pengawal pribadi keluarga Lloyd tampak puas menertawakan mereka."Kita tunggu instruksi dari Tuan Muda," kats Russell apda akhirnya.Keempat tukang pukul itu tampak menggigil dan lemas. Mereka seolah tak ada tenaga lagi untuk bergerak. Mulut mereka ter
Wanita berambut cokelat terang itu pun menoleh pada pemilik suara itu. Tentu saja ia terkejut, tapi Agatha menganggapnya sebagai kejutan yang menyenangkan. Ini saatnya mendapat hadiah dari Bos pemilik toko."Selamat datang Nyonya, aku hanya mencoba melumpuhkan pencuri ini," jawabnya dan menarik pengejut listrik dari punggung Nicko.Sementara pria muda itu pun bersimpuh lemas. Meski beberapa detik saja, tapi sengatan itu cukup menyakiti. Ia pun mendongak dan menatap ke arah Mandy Thompson.Wanita yang pernah ditolongnya itu pun ikut menjatuhkan tubuh ke dekatnya."Maafkan kecerobohan kami Tuan Muda," katanya sambil mencoba membantu Nicko untuk berdiri, lalu menoleh ke arah dua pria berbaju hitam yang mendampinginya."Jangan diam saja, segera bantu Tuan Muda, dan bawa ke ruanganku!" perintahnya dan membuat kedua orangnya langsung membawa Nicko ke ruangan pribadi Nyonya Thompson.Sementara Agatha mengernyitka
Dengan diikuti oleh pengawalnya, Mandy menemui Nicko yang sedang beristirahat di ruang pribadinya."Bagaimana keadaan Anda Tuan Muda?" tanya Mandy yang merasa tidak enak."Aku sudah tak apa-apa. Kejutan listrik yang telah diberikan oleh karyawan Anda tadi cukup mengejutkan dan membuat otot saya sempat merasakan mati rasa. Untung saja tegangannya tak terlalu tinggi jadi tak menimbulkan efek yang berkepanjangan," balas Nicko."Saya benar-benar meminta maaf akan hal ini Tuan Muda. Sebagai sanksi dari saya, saya sudah memecatnya. Namun jika Anda ingin menuntut Agatha Swan, kami menyimpan alamatnya," tambah Mandy."Sudahlah itu tak perl, aku tak ingin identitasku terbongkar jika memperkarakan perbuatan ini," balas Nicko."Baik Tuan Muda."Wanita ini pun meminta karyawannya untuk menyiapkan jamuan khusus pada pemuda ini. Perlakuan yang diterima olehnya benar-benar istimewa."Kunjungan Anda kali ini
Jo berdiri sambil memegangi bagian bawah gaunnya. Semilir angin pantai membuat roknya melambai perlahan-lahan. Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak beberapa laki-laki yang memperhatikannya dengan buas.Ketakutan yang ia alami membuat Jo melirik ke arah mereka sesekali. Namun sepertinya lirikan Jo dianggap lain oleh mereka. Mereka justru mengira perempuan cantik itu mengundang mendekat. Perlahan empat laki-laki itu mendekat ke arahnya. Jo yang sendiri pun semakin takut dan cemas menantikan sang suami.Sementara Nicko yang baru mendapat telepon dari istrinya pun segera berpamitan pada Mandy."Aku harus menjemput istriku, maaf aku tak bisa berlama-lama, terima kasih untuk hadiahnya" pamit Nicko sambil membawa bungkusan hadiah dari Mandy.Wanita paruh baya itu pun semakin kagum pada sosok pemuda ini. Berharap putrinya Jennifer kelak mendapatkan seorang suami sepertinya, bukan pria tak tahu diri seperti Ayahnya.Nic
Pria yang berseru tadi adalah petugas keamanan dari Lyodi. Kyle Brenan baru saja memberikan isntruksi pada mereka untuk menolong Istri Tuan Muda."Kalian berada di area Lyodi yang merupakan area pribadi milik kami!""Hei, tempat ini kan memang dibuka untuk umum, tentu kami bebas datang kapan saja!" seru salah satu dari mereka tak terima."Lepaskan! Atau kalian tanggung akibatnya!" seru petugas keamanan itu."Kau mau menantang kami? Hmm baiklah, kami akan meladenimu sebelum menikmati daging cantik ini berempat!" seru si rambut warna-warni.Temannya yang beranting pun menanggapi, "Kami sudah berbaik hati padamu untuk membaginya, tapi kau menolaknya. Hmm dasar bodoh!""Kau kira kami takut denganmu?" tantang petugas keamanan itu kemudian menepuk tangan.Saat itu beberapa petugas keamanan pun muncul dari arah belakang mereka dan mulai mengepung. Kontan saja mereka kelabakan dengan kehadiran petugas
Sengaja Nicko mengajak Josephine berkeliling hingga langit menjadi gelap. Ia bahkan mengabaikan panggilan telepon dari mertuanya.Apa yang menjadi fokus utamanya saat ini adalah untuk membuat istrinya tenang. Ia tahu kalau istrinya telah melalui hari yang berat kali ini.Sesekali Nicko mencengkeram kemudi kuat-kuat. Ia merasa geram akan ulah Daisy yang telah menipu putrinya. Bagaimana mungkin seorang Ibu bersikap seolah-olah menjual putrinya."Terima kasih Sayang," kata Jo sambil memegang tangan Nicko sejenak."Terima kasih untuk apa Jo. Aku ini suamimu, sudah seharusnya aku melindungimu."Pemuda 25 tahun ini menghembuskan napas panjang. Mengingat segala pesan yang disampaikan oleh mendiang Gilbert Windsor.Dirinya yang pengangguran seringkali mendapat tugas untuk merawat Gilbert. Di hari-hari terakhirnya, pria tua itu berkali-kali mengingatkan Nicko agar tak meninggalkan Josephine."Nick, aku
Sekali lagi Jo merasa tak nyaman saat tiba di rumahnya sendiri. Kehadiran mobil mewah yang terparkir rapi membuatnya malas untuk masuk."Kenapa Sayang?" tanya Nicko."Itu mobil keluarga Brighton," jawab Jo.Mendengar nama Brighton membuat darah Nicko mendidih karena teringat akan cerita Jo. Ia ingin tahu seperti apa wajah Nate Brighton yang kurang ajar itu. Nicko semakin mempererat genggaman tangannya pada sang Istri dan membimbingnya untuk masuk ke dalam rumah.***"Hei menantu tak tahu diri! Dari mana kau, beraninya menolak panggilan teleponku. Untung saja ada Nate Brighton yang menawari untuk mengantarku pulang dengan mobil mewahnya!" seru Daisy begitu melihat Nicko dan Josephine melewati ruang duduk.Ibu mertuanya sepertinya sengaja untuk mempermalukannya di depan kedua tamu yang datang. Sekilas Nicko melirik laki-laki berambut hitam yang ada di sana kemudian memicingkan mata."Jadi