Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling.
"Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar.
"Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu untuk dikenakan... Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang di zaman ini membutuhkan maid untuk membantu mereka. Bahkan dalam hal berpakaian, itu karena pakaian yang mereka kenakan sangat menyulitkan untuk dikenakan kalau sendiri begini." Carla terus menggerutu. Ia berusaha mengikat tali pada bagian belakang gaunnya. Namun terlalu sulit karena dia tidak bisa menariknya dengan benar. Kalau dibiarkan seperti sekarang, Carla benar-benar merasa tidak nyaman karena gaunnya jadi terasa longgar.
Di sisi lain, dia sama sekali tidak sadar kalau Cruz terus melangkah menghampirinya dari arah belakang. Carla juga bahkan sama sekali tidak sadar kalau Cruz kian mendekat ke arahnya. Pria itu berhenti tepat di belakangnya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Carla, dan berbicara hingga membuat Carla terkejut setelah mati. "Jika kau kesulitan, seharusnya kau meminta bantuan."
Carla tersentak kaget, wanita itu membatu untuk sesaat sebelum akhirnya menoleh dengan mata terbelalak. Kemudian tanpa aba-aba, Cruz langsung menarik tali gaun miliknya hingga posisi gaun yang tadinya longgar terasa lebih nyaman. "Apakah ini cukup?" tanya Cruz dengan santainya. Carla masih bungkam. Dia sangat kaget karena lelaki itu mendadak muncul dari arah belakang. Beruntung dia tidak sampai berteriak atau memukul wajah Cruz karena terkejut. Namun, meski demikian, walaupun terkejut karena Cruz datang secara tiba-tiba, tapi dia sangat menghargai bantuannya.
"I-iya. Terima kasih..." gumamnya. Cruz lantas membuat ikat simpul agar posisinya tidak lepas.
"Aku selalu suka aroma tubuhmu," gumam Cruz. Fokus pria itu tanpa sadar malah tertuju pada aroma yang keluar dari tubuhnya. Aroma tubuh Carla yang khas yang selalu bisa membuatnya merasa nyaman setiap kali berada di dekatnya. Carla berbalik dengan segera. "Tunggu dulu, aku sudah memintamu untuk pergi kan? Tapi kenapa kau datang lagi?"
"Ada yang masih harus aku bicarakan denganmu."
"Memangnya hal apa lagi yang ingin kau bicarakan denganku? Apakah belum cukup bagimu menanyaiku tadi?"
"Aku sudah membakar gaun yang tadi kau kenakan, dan aku kemari karena aku masih ingin memastikan sesuatu. Kau benar-benar tidak di sentuh olehnya kan?" Wajah Cruz mendadak berubah ekspresi. Air mukanya jadi lebih serius dibandingkan sebelumnya. Carla yang mendengar itu hanya bisa menghela napas dengan raut wajah jengkel, dia sudah sangat malas sebenarnya harus menjelaskan hal itu berulang kali pada Cruz. "Sudah aku katakan kalau aku berhasil melarikan diri darinya! Kalau tidak, mana mungkin aku ada di sini?"
"Apa kau yakin? Coba kau ingat-ingat lagi!"
"Berapa kali aku harus bilang kalau aku—" Carla mendadak diam ketika otaknya tiba-tiba saja mengingat kejadian di dalam kamar tadi, kejadian dimana dirinya sempat dicium secara paksa oleh Enrique.
"Kenapa kau tiba-tiba diam, apakah ada yang coba kau sembunyikan?" Cruz menatapnya lekat. Ia masih menunggu kelanjutan cerita dari Carla. "Tidak. Sepertinya lebih baik kau tidak tahu."
"Apa yang kau coba sembunyikan dariku? Sudah aku katakan padamu kalau aku benci dengan kebohongan, jadi katakan padaku apa yang kau sembunyikan." Cruz masih berbicara padanya dengan nada bicara dan ekspresi yang sama. Carla bahkan nyaris tak bisa melihat perubahan pada ekspresinya.
Ugh.. memang sebaiknya dia tidak tahu mengenai kejadian itu. Karena aku tidak yakin bagaimana reaksinya kalau dia sampai tau. Sekarang saja ekspresinya sudah cukup menyeramkan, apalagi kalau dia tahu. Tapi kalau aku tidak bicara, dia pasti tidak akan menyerah begitu saja. Carla membatin, wanita itu diam dalam seribu lamunan. Carla sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Cruz tahu mengenai apa yang terjadi. Dia pasti akan marah besar padanya.
"Katakan, jangan hanya diam saja!" Cruz menekan kalimatnya, berusaha membuat wanita itu buka suara dan menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Carla masih tak bersua, sebelum akhirnya Cruz mendejat dan memegangi kedua pundaknya. "Jangan membuatku kecewa padamu. Katakan padaku apa yang kau sembunyikan, apakah dia sudah melakukan sesuatu padamu?"
Semakin lama, dengan Cruz yang terus menatapnya seperti ini membuat Carla semakin merasa tertekan, terlebih lelaki itu kini mencengkram erat pundaknya. Carla mau tidak mau jadi tidak memiliki pilihan lain selain mengatakannya. "Dia sempat menciumku."
"APA?!" Cruz tersentak kaget. Tangannya langsung terkepal begitu mendengar pengakuan tunangannya. Carla diam membatu. Ekspresi Cruz barusan benar-benar di luar dugaan. Wajahnya lebih menyeramkan saat ia mendengar kalimatnya. Bodoh! Seharusnya aku diam saja dan jangan mengatakan hal itu! pikir Carla. Menyesali kalimatnya.
"Berani sekali si berengsek itu melakukannya. Aku tidak bisa membiarkannya. Dia telah menodai bibir tunanganku." Cruz tampak marah besar, Carla bisa merasakannya dengan sangat jelas. Bahkan dia juga bisa melihat kalau kepalan tangannya semakin kuat. Tapi mendadak, tanpa aba-aba lebih dulu Cruz mendekat dan langsung mencium bibirnya. Carla membelalakkan mata, ia tersentak kaget saat mendapati Cruz yang tiba-tiba menciumnya. A-apa yang dia lakukan...?
***
"Hmph—!" Carla membelalakkan matanya begitu Cruz tanpa aba-aba mencium dan melumat bibirnya dengan begitu intens. Apa yang dia lakukan? Berengsek! Ternyata dia tidak ada bedanya dengan pria tadi. Carla membatin. Ia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong dada bidang Cruz supaya menjauh darinya. Namun sial, tubuh pria itu terlalu kokoh. Bahkan tenaganya tidak terlalu kuat untuk melawannya. Sementara itu, Cruz yang menyadari adanya perlawanan dari Carla lalu mencengkram tangan wanita itu dan secara perlahan mendorong tubuhnya hingga berbenturan dengan tembok. Cruz mengurung tubuh mungilnya di antara kedua tangan kokohnya. Sementara bibirnya terus bergerak, bermain dengan mulut Carla yang mulai kewalahan menghadapi serangannya. Menyingkir dariku! batin Carla. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya terkurung sementara lelaki itu terus menyerang bibirnya. Brakk! Suara pintu yang di buka mendadak membuyarkan perhatian mereka. Bersamaan dengan terbukanya pintu, Carla bisa
Hélie dan Susan yang menyadari hal itu mendadak bangkit dari posisinya, mereka menghampiri Carla kini sedang memegangi pelipisnya. “Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya mereka yang ikut khawatir dengan kondisinya.“Carla?” Cruz memanggil wanita itu sekali lagi, menatapnya sembari berusaha memastikan keadaannya baik-baik saja. Carla mendongak, beradu tatap dengan mereka yang tampak sangat mencemaskan dirinya. “Aku baik-baik saja, tapi bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk merenung.”“Apa?”“Jangan ganggu aku untuk sementara waktu, aku sungguh ingin sendiri dulu.” Carla berusaha mengusir mereka secara halus.“Tapi&hell
“Jelaskan padaku, aku ini orang yang seperti apa,” ucap Carla sambil memperhatikan wajah Susan lewat cermin. Wanita itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Anda adalah orang yang sangat baik hati, lembut, dan juga ramah. Banyak orang yang menyukai tuan putri, dan banyak orang pula yang ingin dekat dengan anda.”“Sungguh?”Susan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kali ini Carla yang termangu memikirkan kalimat Susan barusan. Kalau sifat dari pemilik tubuh itu memang seperti apa yang dia katakan, maka akan lebih mudah bagiku untuk berpura-pura menjadinya. Namun setelah mengetahui hal ini bukan berarti aku hanya harus diam saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, dan siapa tahu saja kan ada orang yang membenci pemilik tubuh ini, atau b
“Memangnya kapan kita akan menikah?”“Dalam waktu dekat, setelah semua persiapannya selesai, kita akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi tunggu, kenapa kau terkejut begitu seolah-olah kau baru tahu mengenai hal ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apakah kau tidak ingat apa-apa mengenai rencana pernikahan kita?” Cruz semakin merasa aneh dengan wanita yang kini duduk tepat berhadapan dengannya. Wanita itu sungguh bersikap seolah dia baru tahu semuanya.“A-aku baik-baik saja…” balas Carla.Ini gawat. Kalau sampai aku tidak kembali ke tempat asalku sebelum acara pernikahannya di gelar, maka bisa-bisa aku terjebak selamanya di sini. Aku harus mencari cara untuk kembali secepatnya! Kalau begitu hari ini aku harus mencari petu
Ini gawat. Kalau memang tidak ada buku yang bisa menjelaskan mengenai perjalanan waktu, lalu bagaimana aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi denganku? Carla berpikir keras.“Tunggu, kalian bilang di sini ada banyak mengenai buku tentang sihir kan? Kalau begitu cari semua buku yang berhubungan dengan sihir dan kumpulkan di meja. Mungkin saja di salah satu buku itu ada yang menjelaskan mengenai teleportasi atau semacamnya..”“Baik, akan kami lakukan.” Hélie dan Susan menganggukkan kepalanya dan bergegas mencari segala buku yang berhubungan dengan sihir, begitu juga dengan Carla. Wanita itu tidak tinggal diam dan membantu mereka untuk mencari. Mungkin saja kedatangannya ke masa ini juga ada kaitannya dengan sihir, mungkin semacam teleportasi atau se
Hari berganti. Seperti yang sudah Carla rencanakan, hari ini dia akan pergi ke kota untuk mencari buku yang mungkin bisa membantunya. Setelah semalaman dirinya merenung, Carla lantas berniat untuk menelusuri kembali jejaknya lagi. Mungkin dengan datang ke tempat dimana wanita itu sempat berpisah dengan Susan dan Hélie, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi pada pemilik tubuhnya dan kenapa dia bisa tiba-tiba saja tertukar dengan Carla.Seperti kemarin, Susan dan Hélie mendatangi kamarnya dan membantunya bersiap, setelah itu mengantarkannya hingga ke ruang makan dimana Cruz telah menunggunya. Carla segera menghampiri kursi yang menjadi tempat biasa dirinya makan, lalu menikmati sarapannya begitu selesai membicarakan sebuah topik ringan dengan Cruz, bagaimanapun Carla harus bersikap senatural mungkin agar tidak ada yang curiga.
Carla termangu. Wanita itu memandang keluar jendela, menatap taman yang begitu indah di dekat kamarnya. Di luar terlihat begitu cerah, dan angin bertiup cukup kencang. Sementara di luar begitu tampak ceria, beda halnya dengan Carla yang kini hanya bisa diam sambil menahan rasa bosan. Usai sarapan, Carla memutuskan untuk kembali ke kamar dan berusaha memikirkan cara lain agar dia bisa mencapai apa yang dia inginkan. Carla harus menemukan cara agar bisa kembali ke zaman tempatnya berasal. Hanya itu yang sejak awal terlintas dalam benaknya, dan hanya itu juga yang menjadi pikirannya begitu dia sadar bahwa dirinya telah terdampar di zaman ini.Susan dan Hélie sejak tadi juga ikut diam. Mereka tampak murung begitu sadar Carla yang juga dalam keadaan murung. “Tuan putri tampaknya sangat kecewa karena tuan tidak mengizinkan beliau keluar.”
Carla terus melangkah di belakang Susan dan Hélie yang kini terus berjalan sambil menjelaskan setiap tempat yang mereka lewati. Kalau seperti ini, Carla merasa seolah sedang diberikan tour singkat oleh mereka. Namun setidaknya dia merasa lega karena kini dengan berjalan dibelakang, Carla tidak lagi terlalu diperhatikan. Carla bisa lebih bebas memikirkan rencananya sambil terus mendengarkan dan mengamati sekeliling.Carla menoleh keluar jendela, sekarang mereka masih berada di lantai atas rumah kediaman marquis Spencer. Dia memperhatikan ke area luar. Dari yang aku amati sejauh ini ada beberapa titik kosong yang mungkin bisa aku gunakan jika aku harus melarikan diri. Beberapa di antara titik itu tidak dijaga oleh penjaga di rumah ini, selain itu ada beberapa titik juga yang mungkin bisa aku manfaatkan kalau titik itu tidak bisa digunakan. Dalam