Share

Bab 6.

“Kenapa kau sangat yakin? Bagaimana kalau anakmu nantinya juga harus berakhir di atas panggung yang sama? Panggung eksekusi.” Kaisar Andreas menganggap sumpah yang baru saja ia dengar hanya seperti sebuah bualan semata.

“Kaisar, bagaimana jika kita tunda eksekusi si pecundang itu? Kita cari anak dari pecundang itu, lalu kita bunuh di hadapannya.” Jenderal Sina memberikan sebuah ide, ide yang sangat menarik untuk dicoba.

“Setuju ... Buat Umar melihat kematian anaknya!” Sorak-sorai penonton yang hadir mendukung ide yang diberikan oleh Jenderal Sina.

“Ha ha ha. Kalian tidak perlu susah-payah mencarinya, dia sedang dalam perjalanan kemari.” Sultan Umar malah menertawakan Jenderal Sina, tak ada sedikit pun rasa takut dalam hati Sultan Umar, ia percaya anaknya akan mampu menembus benteng ini.

“Ha ha ha. Jadi anakmu sudah siap untuk mati di tanganku?” Kaisar Andreas menertawakan balik Sultan Umar. “Sekarang bunuh tikus itu!” Perintah Kaisar Andreas menunjuk ke arah Jamal.

Jamal tak sempat memberontak lagi, sebuah sabetan pedang langsung memutus urat tenggorokannya, Jamal harus tewas di hadapan pemimpinnya.

‘Semoga tuhan memberikan tempat terbaik untukmu, Jamal. Jika saja kau mau menunggu kedatangan anakku, mungkin kau akan selamat.’ Sultan Umar menyesalkan tindakan Jamal yang terlalu semangat untuk membebaskannya.

“Rantai Umar di atas panggung! Kita lihat, apakah anaknya benar-benar akan datang kemari?” Kaisar Andreas pun berlalu untuk kembali ke dalam kastel.

“Berikan dia makan sehari sekali! Kita tidak boleh membiarkannya mati sebelum dia melihat kematian anaknya.” Jenderal Sina pun juga berlalu pergi.

Para warga dibubarkan, anak buah Jenderal Sina kembali ditugaskan untuk berjaga di area tembok besar, beberapa terlihat ditugaskan untuk membersihkan sisa-sisa dari kekacauan yang terjadi. Sultan Umar ditinggalkan sendirian di atas tiang, di bawah terik matahari, dengan kaki dan tangan yang dirantai.

Utsman beserta para rombongan sudah semakin dekat dengan wilayah kekaisaran Andreas. Tak hanya pasukan Utsman, beberapa sisa pasukan Sultan Umar yang mereka temui di jalan, juga ikut putar arah untuk kembali ikut melakukan serangan lanjutan.

“Ini tempat kami berkemah dua hari lalu, dan ini adalah terowongan yang digunakan oleh tuan sultan.” Seseorang yang ikut pada serangan pertama sedang menunjukkan terowongan yang mereka gali.

“Kalau begitu, kita akan berkemah di sini. Kumpulkan para penasihat dan pemimpin pasukan!” Utsman akhirnya memutuskan untuk berkemah di tempat yang sama, tempat di mana ayahnya mendirikan tenda di sana.

Pemandangan yang mengerikan bagi para anak buah Jenderal Sina, dari atas tembok besar mereka melihat pasukan musuh dengan pakaian perang sedang berbaris lurus, memanjang bak ular dari besi. Memang jika dipikir lagi, ini jelas bukan serangan yang main-main, diperkirakan pasukan musuh berjumlah sekitar 150.000, dua kali lipat dari serangan sebelumnya.

“Aku tidak pernah melihat pasukan sebanyak ini, sepertinya inilah akhir dari kekuasaan Kaisar Andreas.”

“Kita harus segera melaporkannya kepada Jenderal Sina, perlu persiapan yang benar-benar sempurna untuk menghalau pasukan sebanyak itu.”

Rasa ketakutan mulai menghampiri hati para anak buah Jenderal Sina, “Sepertinya sumpah Sultan Umar, bukan hanya omong kosong belaka.” Terlihat seseorang sedang melapor sambil bertekuk lutut di hadapan Jenderal Sina.

“Benarkah? Aku tak menyangka jika pecundang itu memiliki pasukan yang begitu banyak. Kalau begitu, segera keluarkan semua senjata dari dalam gudang!”

Sedangkan di dalam tenda para pasukan, Utsman terlihat sedang melakukan rapat bersama para penasihat dan juga pemimpin pasukan.

“Lalu bagaimana cara Anda untuk menghadirkan tembok tersebut?” Tanya Azlan kepada Utsman.

“Kita gunakan terowongan yang telah dibuat.” Jawaban dari Utsman ini tentu saja membuat para pasukannya kaget, mengingat kegagalan rencana sebelumnya juga menggunakan terowongan.

“Apa Anda sudah gila? Terowongan tersebut sudah menjadi terowongan yang buntu, tidak ada jalan untuk masuk ke sana.”

“Tidak, kau tadi bertanya bagaimana cara untuk menghancurkan tembok? Bukan cara untuk masuk ke dalam sana. Kita akan menghancurkan tembok-tembok tersebut dengan menggunakan terowongan yang telah dibuat oleh para pasukan sebelumnya.”

“Jika Anda sudah punya rencana, lalu apa tujuan Anda mengumpulkan kami di sini?”

“Yang menjadi pertanyaanku adalah kenapa mereka mengetahui rencana terowongan yang dibuat oleh ayahku? Apakah di antara para pasukan ada yang membocorkan informasi kepada musuh?”

Utsman yang tak mengetahui metode air dalam baskom, menganggap bahwa musuh mengetahui rencana terowongan karena memperoleh informasi dari salah satu orang yang ada di pasukannya.

Tak ada satu pun yang berani menjawab pertanyaan dari Utsman, mereka khawatir jika memberikan jawaban yang salah, mengingat Utsman adalah orang yang sangat temperamental, jika sedang marah, singa pun tak akan berani mendekat.

“Dan untuk kalian para pemimpin pasukan, aku membutuhkan satu kelompok pasukan yang bertugas untuk membuat terowongan, pasukan siapa yang sanggup membuat terowongan sejauh seratus meter dalam waktu semalam saja?”

“Pilih saja, kami semua selalu siap untuk ditugaskan”

“Baiklah. Kalau begitu sekarang kalian bisa beristirahat, siapkan tenaga untuk perang besok pagi! Untuk Havir kau tetap di sini! Aku akan memberikan tugas untuk menggali terowongan kepadamu.”

Para penasihat dan pemimpin pasukan pun kembali ke tendanya masing-masing, meninggalkan Havir berdua dengan Utsman.

“Havir, aku memilihmu untuk menggali terowongan, tapi berjanjilah untuk menjaga rahasia ini!”

“Rahasia?” Havir bingung, jantung mulai berdebar-debar. Jika hanya untuk menggali terowongan, jelas ia mampu untuk menanganinya, namun untuk menjaga rahasia, tentu saja ada beban tambahan.

“Havir, masuklah ke dalam terowongan yang telah dibuat oleh pasukan sebelumnya! Ketika sudah berada di area fondasi, buatlah terowongan mengikuti alur fondasi tersebut! Setidaknya kau harus membuat sepanjang dua ratus meter.” Utsman membisikkan rencananya pada Havir.

“Lalu rahasia apa yang harus aku jaga?” tanya Havir yang masih tak mengerti dengan beban tambahannya.

“Jangan sampai ada yang mengetahui rencana ini! termasuk para penasihat dan pemimpin pasukan yang lain.”

“Tapi? Bukankah Anda tadi sudah mengatakan kepada mereka jika akan menggali terowongan? Lalu apa yang harus saya rahasiakan?”

“Mereka tidak mengetahui bahwa terowongan itu dibuat mengikuti alur fondasi, mereka pasti mengira aku akan membuat terowongan yang memotong fondasi hingga masuk ke dalam area musuh.”

Utsman berusaha kuat agar strategi yang direncanakan tidak diketahui oleh pihak musuh, Utsman masih curiga jika dipihaknya ada seorang pengkhianat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status