แชร์

Bab 103: Bukan Anak Sembarangan

ผู้เขียน: Salwa Maulidya
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-16 19:00:44

Alex menoleh ke arah Sofia dan Klara secara bergantian, wajahnya menunjukkan campuran antara skeptis dan kelelahan.

Dengan gerakan pelan namun tegas, dia melipat tangan di dada, sebuah pose andalannya setiap kali sedang menilai seseorang.

“Kau yakin, anak ini bisa bekerja dengan rajin?” tanyanya kepada Klara tanpa basa-basi. Nada suaranya terdengar begitu datar, dingin, dan penuh penilaian seperti biasa.

Klara langsung mengangguk dengan mantap. “Asal kau tahu, meskipun mulutnya berisik, tapi dia sangat cekatan dan pintar. Dia itu sebenarnya sudah dididik oleh ayahnya menjadi pemimpin yang tegas dan bijak. Sayangnya, dia tidak mau menjadi penerus perusahaan ayahnya.”

Sofia yang berdiri di samping Klara segera menepuk-nepuk lengan sahabatnya itu dengan bangga. Ekspresinya persis seperti anak kecil yang baru dipuji di depan guru.

Alex menggeser pandangannya pada Sofia, lalu kembali ke Klara. “Kenapa?” tanyanya sambi

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (4)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
yaahh apakah Adrian akan menerima Sofia kerja dikantornya
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Sofia sama alex gak pernah akur ya, kalau mereka jadian pasti tambah seru
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Nah loh Shofia mau di jodohkan, Alex nggak mau jadi pahlawan nih buat nikahin Shofia.
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Sidang Putusan Patryk

    Dua minggu berlalu sejak penangkapan Patryk, dan pagi itu gedung pengadilan tampak lebih ramai dari biasanya.Wartawan berkumpul di luar, kamera berderet, sorot lampu kilat sesekali menyala.Nama keluarga Wijck kembali menjadi pusat perhatian, kali ini bukan karena bisnis atau pernikahan mewah, melainkan karena sidang yang sejak awal sudah menyedot atensi publik.Adrian datang tepat waktu, mengenakan setelan hitam sederhana. Wajahnya tenang, namun sorot matanya tajam.Di sampingnya, Alex berjalan dengan langkah mantap, sesekali melirik ke sekeliling memastikan tidak ada hal mencurigakan.Adrian tidak membawa Klara, sebuah keputusan yang ia buat dengan tegas. Ia tidak ingin istrinya berada di ruang sidang apalagi mendengar kembali detail-detail kejam yang pernah hampir merenggut nyawa dan masa depan mereka.Mereka masuk ke ruang sidang dan duduk di bangku pengunjung. Adrian menyerahkan seluruh urusan hukum pada kuasa hukumnya.Hari ini, ia hanya perlu hadir menyaksikan keadilan bekerja

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Godaan Klara yang Membuat Adrian Menggila

    Malam kian larut ketika Klara melangkah pelan menuju ruang kerja Adrian. Lampu di dalam ruangan itu masih menyala, memantulkan cahaya hangat ke lorong yang sepi.Dari balik pintu yang setengah terbuka, ia melihat suaminya masih duduk di balik meja kerja, dikelilingi berkas-berkas dan layar laptop yang menyala.Wajah Adrian tampak serius, rahangnya mengeras, alisnya sedikit berkerut, tanda bahwa pikirannya masih tenggelam dalam urusan yang belum selesai.“Kau belum tidur?” tanya Adrian tanpa menoleh, seolah sudah tahu siapa yang datang.Klara tersenyum kecil. “Kau juga belum,” balasnya sambil melangkah masuk.Adrian menghela napas dan akhirnya menatap istrinya. “Tidurlah dulu. Jangan menungguku. Aku masih harus menyelesaikan ini, Sayang.”Alih-alih menuruti, Klara justru mendekat. Tanpa banyak kata, ia duduk di pangkuan Adrian hingga membuat pria itu refleks menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard.Klara melingkarkan kedua lengannya di leher Adrian, dan wajah mereka kini berjar

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Menyewa Dekektif Rahasia

    Waktu sudah menunjuk angka sebelas malam ketika rumah itu kembali sunyi. Lampu-lampu di lantai bawah telah dipadamkan, hanya menyisakan cahaya redup dari ruang kerja Adrian di lantai dua.Di ruangan itu, suasana terasa dingin dan tegang, kontras dengan ketenangan malam di luar jendela.Adrian berdiri menghadap meja kerjanya, jas sudah dilepas, kemeja bagian atas terbuka satu kancing. Wajahnya keras, sorot matanya tajam.Di layar laptop yang terbuka, tertera berkas-berkas lama—nama, foto, dan potongan informasi yang tersisa tentang satu orang yang belum juga tertangkap.James Andreas.Adrian mengangkat ponselnya, menekan satu nomor yang hanya ia gunakan dalam keadaan mendesak. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya diangkat.“Kalau ini bukan urusan besar, kau akan menyesal menghubungiku jam segini,” suara di seberang terdengar serak dan santai, seolah waktu tidak pernah berarti baginya.“Hunter,” sapa Adrian datar. “Aku butuh jasamu.”Terdengar dengusan kecil. “Kau tahu

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Aku akan Atur

    Sore itu, ruang kerja Adrian terasa sunyi meski hiruk-pikuk kota terlihat jelas dari balik dinding kaca besar yang membentang dari lantai hingga langit-langit.Di meja kerjanya yang rapi, sebuah map hitam terbuka. Di dalamnya tergeletak akta perusahaan yang baru saja selesai direvisi, sebuah dokumen legal yang menandai berakhirnya satu babak panjang dalam konflik keluarga Wijck.Adrian menatap lembar demi lembar akta itu dengan saksama. Namanya tercetak tegas sebagai pemegang kendali penuh. Tidak ada lagi nama Patryk. Tidak ada jejak keluarga Andreas di sana. Semua sudah bersih.Setidaknya di atas kertas.Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja, kebiasaan kecil yang muncul setiap kali ia berpikir terlalu dalam.Ia menghembuskan napas panjang, lalu menyandarkan punggung ke kursi. Perasaan lega sempat menyelinap, namun tidak pernah benar-benar menetap. Adrian tahu, kemenangan ini belum utuh.“Akhirnya,” ucap Alex dari seberang meja, memecah keheningan. “Secara hukum, mereka sudah tidak

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Keluarga yang Penuh Dosa

    Pagi itu udara di depan kantor polisi terasa berat. Langit mendung menggantung rendah, seolah menyesuaikan diri dengan suasana hati Adrian.Ia turun dari mobil dengan langkah tegas, ditemani Alex yang berjalan di sisinya. Wajah Adrian dingin, rahangnya mengeras, tidak ada sisa kehangatan yang biasanya ia miliki saat bersama Klara.“Aku ikut masuk,” ujar Alex singkat.Adrian mengangguk. “Terserah padamu.”Mereka melewati pintu kaca dan lorong panjang yang dipenuhi aroma antiseptik. Suara langkah kaki menggema di lantai keramik.Seorang petugas mengantar mereka menuju ruang investigasi. Pintu besi dibuka, memperlihatkan Patryk yang duduk sendirian di balik meja, kedua tangannya terborgol.Wajahnya tampak lusuh, namun senyum tipis masih tersungging di bibirnya, senyum yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.Alex memilih berdiri di dekat dinding. Adrian melangkah maju dan duduk tepat di hadapan Patryk.Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang menekan.“Di mana James?” tanya Adr

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Hadiah untuk Klara

    Dua minggu setelah babymoon mereka berakhir, mobil Adrian melaju perlahan memasuki kawasan perumahan elite yang tenang dan tertata rapi.Pohon-pohon tinggi berjajar di kiri kanan jalan, memberi kesan teduh dan eksklusif. Klara duduk di kursi penumpang dengan perasaan ringan, liburan itu memberinya ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.Dia sempat mengira mereka akan langsung pulang ke apartemen seperti biasa.Namun, mobil justru melambat dan akhirnya berhenti tepat di depan sebuah rumah megah tiga lantai.Klara mengerjap, menoleh ke luar jendela. Rumah itu berdiri anggun dengan desain modern minimalis: dominasi kaca besar, garis-garis tegas berwarna abu dan putih, serta taman depan yang tertata sempurna.Lampu-lampu eksterior menyala lembut, mempertegas keindahan fasadnya. Rumah itu persis seperti rumah impian yang sering Klara lihat di majalah arsitektur.Mobil dimatikan. Hening.Klara masih terpaku. “Adrian,” ucapnya perlahan, nyaris tak berkedip. “Rumah siapa ini?”Ad

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status