Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 153. Adegan panas dari cerita novel

Share

Bab 153. Adegan panas dari cerita novel

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 19:31:43

Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berbohong? Aku masih terikat dengan Alicia karena bantuannya, tapi aku ingin setia pada Mama Siska. Tanpa Alicia, mungkin perceraianku dengan Tiara akan berlarut-larut. Tapi aku tidak bisa terus begini. Aku ingin hidup baru, bebas dari masa laluku dan tekanan Alicia.

Makan malam berlangsung hangat, tapi pikiranku tidak bisa lepas dari foto di media sosial yang Reza tunjukkan. Siapa yang mengambilnya? Apa ini ulah Alex atau siapa? Atau memang ada seseorang yang tahu? Aku tahu, besok sidang perceraianku mungkin akan jadi penutup, tapi firasatku mengatakan masalah ini belum selesai. Aku harus waspada, untuk Mama Siska, Nayla, dan masa depanku sendiri.

Setelah selesai makan malam, kami berkumpul di ruang tengah, suasana hangat dengan tawa dan obrolan ringan. Nayla bercerita tentang tugas kuliahnya, sementara Mama Siska sesekali menimpali dengan saran. Tak terasa, jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Nayla menguap lebar. “Aku tidur duluan, ya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 155. Akhir persidangan

    Setelah siap, aku menunggu di ruang tamu, duduk di sofa sambil memeriksa ponsel. Jantungku masih berdegup kencang, memikirkan sidang perceraian yang akan menentukan langkah hidupku selanjutnya. Tak lama, Mama Siska muncul dari kamarnya. Dia tampak memukau, mengenakan blazer navy yang elegan dipadukan dengan rok midi berwarna krem, serta syal sutra tipis yang menambah kesan anggun. Rambutnya ditata rapi dalam sanggul rendah, dan sedikit riasan wajah membuatnya terlihat segar namun tetap sopan.“Kamu cantik banget, Ma,” kataku, tidak bisa menyembunyikan kagum. “Jarang banget lihat kamu berdandan begini. Sekarang terlihat beda.”Mama Siska tersenyum malu, pipinya sedikit merona. “Kamu bisa saja, Raka. Pak Herdi belum datang?”“Katanya lagi di jalan, Ma. Tadi meneleponku, katanya sebentar lagi sampai,” jawabku.Tak lama, suara mobil terdengar di depan rumah. Pak Herdi tiba, memarkir mobilnya dengan rapi. Dia turun, membuka pintu belakang dengan sikap ramah.“Maaf, Tuan Raka, saya telat. S

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 154. Masih lanjut belum menyerah

    Aku membantunya, aku gerakan pinggulku dengan kecepatan penuh. "Ahhhh aaaahhhhh," desahannya semakin keras ketika aku hentakan dengan sangat keras.Kerena takut di dengar Nayla, aku menutup mulutnya agar dia tidak berteriak keras. Aku pelankan, agar dia bisa mengatur nafasnya. Keringatku semakin bercucuran, aku peluk tubuhnya lalu mencium bibirnya. Aku kencangkan tanganku memegang tubuhnya. Aku mulai berdiri menggendongnya dari depan, kembali aku hentakan pinggulku dengan kecepatan penuh. Mama Siska semakin mendesah keras, aku takut Nayla akan mendengarnya. Aku berjalan menuju dapur, karena jika terus berada di ruang tengah ini jaraknya cukup dekat dengan kamar Nayla. Lampunya kembali di hidupkan, aku baringkan tubuhnya di atas meja makan. Kedua kakinya terbuka lebar, bagian intinya sampai memerah mungkin karena aku terlalu keras menumbuknya. Tapi justru membuatku ketagihan, kembali aku masukan bagian intiku yang masih sangat keras. Dalam sekali hentakan saja, semuanya telah amblas.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 153. Adegan panas dari cerita novel

    Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berbohong? Aku masih terikat dengan Alicia karena bantuannya, tapi aku ingin setia pada Mama Siska. Tanpa Alicia, mungkin perceraianku dengan Tiara akan berlarut-larut. Tapi aku tidak bisa terus begini. Aku ingin hidup baru, bebas dari masa laluku dan tekanan Alicia.Makan malam berlangsung hangat, tapi pikiranku tidak bisa lepas dari foto di media sosial yang Reza tunjukkan. Siapa yang mengambilnya? Apa ini ulah Alex atau siapa? Atau memang ada seseorang yang tahu? Aku tahu, besok sidang perceraianku mungkin akan jadi penutup, tapi firasatku mengatakan masalah ini belum selesai. Aku harus waspada, untuk Mama Siska, Nayla, dan masa depanku sendiri.Setelah selesai makan malam, kami berkumpul di ruang tengah, suasana hangat dengan tawa dan obrolan ringan. Nayla bercerita tentang tugas kuliahnya, sementara Mama Siska sesekali menimpali dengan saran. Tak terasa, jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam.Nayla menguap lebar. “Aku tidur duluan, ya

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 152. Keegoisan Alicia

    Saat jam makan siang, Reza mengajakku ke kantin kantor. Seperti biasa, aku membawa bekal dari Mama Siska—nasi goreng dengan ayam goreng dan sambal yang selalu bikin kangen rumah. Kami duduk di sudut kantin, di meja kecil dekat jendela, ditemani suara riuh karyawan lain yang sedang makan dan mengobrol.“Oh ya, Bro, selama lo gak ada di kantor, suasana di kantor bener-bener tegang,” kata Reza sambil menyendok bakso dari mangkoknya. “Banyak yang kena omel Bu Alicia. Bahkan gua juga kena.”Aku membuka kotak bekalku, aroma nasi goreng langsung menguar. “Emangnya kalian buat salah apa sampai kena omel?”“Pekerjaan lo kan yang ngerjain kita-kita—gua, Liana, Sarah. Kita gak terlalu paham desain iklan yang lo buat,” kata Reza, wajahnya cemberut. “Eh, Bu Alicia malah ngomel-ngomel, bilang kita gak becus. Pokoknya, dia ngebanding-bandingin sama lo. Lo kan kesayangan Bu Alicia.”Aku tertawa kecil, pura-pura santai meski mendengar nama Alicia bikin dadaku sesak. “Bisa aja lo. Oh ya, kok semenjak g

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 151. Kembali ke aktivitas semula

    Pak Budi menjelaskan, “Itu tujuan kami ke sini. Kami menunggu kedatangan Pak Henri, ayahmu, ke Indonesia. Kami akan ceritakan semuanya padanya, karena cuma ayahmu yang bisa menuntaskan ini. Untuk sekarang, kita berhenti sejenak, pura-pura menyerah, biar mereka pikir kita sudah kalah. Kita kalah dulu untuk menang nanti, supaya mereka nggak ganggu kita.”Aku mengerutkan kening. “Dari mana tahu kalau mereka nggak akan ganggu kita? Justru mereka yang terus meneror.”Pak Hendra menjawab, “Jadi gini, Raka. Kita akan buat kesepakatan dengan mereka. Kita nggak akan ganggu mereka, anggap aja semuanya selesai setelah bisnis ilegal mereka ketahuan. Kita harus lebih cerdik. Untuk sekarang, kamu tenang aja, jangan cemas. Beraktivitas seperti biasa, seperti sebelum Alex ketahuan selingkuh dengan Tiara.”“Tapi apa bener aman, Pak? Kalau mereka datang lagi?” tanyaku, masih ragu.“Kamu percayakan pada kami. Mereka cuma sebagian kecil dibandingkan kita,” kata Pak Hendra. “Oh ya, jangan bicarakan ini sa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 150. Tidak masuk akal

    Setelah masakan selesai, aroma sedap dari dapur mengisi rumah. Tak lama, suara mobil Pak Herdi terdengar di depan rumah, diikuti suara cempreng Nayla yang khas.“Aku pulang!” teriaknya sambil masuk, tas ransel masih menempel di punggungnya.Aku menoleh dari sofa. “Pak Herdi mana?”“Udah pergi lagi,” jawab Nayla sambil melepas sepatunya.“Padahal suruh mampir dulu, biar makan siang bareng,” kataku, sedikit menyesal.Mama Siska, yang baru keluar dari dapur, menimpali, “Iya, Nay, kasihan bolak-balik antar-jemput.”Nayla menatapku cemberut, meletakkan tasnya di kursi. “Ihh, kan aku gak tahu. Kalau gitu, telepon aja Pak Herdi, suruh ke sini lagi.”Aku tertawa kecil. “Mana bisa gitu. Yang ada nanti malah nolak.”Mama Siska menggeleng, tapi senyumnya hangat. “Ya sudah, sekarang kamu ganti baju dulu, Nay. Kita makan bareng.”“Ok, Ma,” kata Nayla, lalu bergegas ke kamarnya.Mama Siska menoleh padaku. “Mama mau ngasih makanan dulu buat mereka, ya,” katanya, merujuk pada Mas Bambang, Mas Supri,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status