Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 17. Bayang di Balik Kebohongan

Share

Bab 17. Bayang di Balik Kebohongan

last update Huling Na-update: 2025-04-01 23:34:21
Aku tidak mempermasalahkan ucapan Liana lebih lanjut.

Aku langsung duduk di depan komputer Liana, jari-jariku bergerak cepat memeriksa sistem dan memastikan semua data yang ada di flashdisk-nya kembali ke tempat semula.

Liana berdiri di sampingku, tangannya sedikit gemetar sambil memegang tepi meja. Wajahnya pucat, tapi ada kilatan lega di matanya saat melihat folder-folder penting mulai muncul kembali di layar.

“Raka… makasih banget,” ucapnya pelan, suaranya masih bergetar. “Kalau sampai data ini nggak balik, aku nggak tahu harus bilang apa ke Bu Alicia.”

Aku hanya mengangguk, fokusku terpecah antara layar dan firasat buruk yang terus menggerogoti pikiranku. “Ini bukan kebetulan, Li. Seseorang pasti sengaja hapus datamu.”

Liana menatapku, matanya membulat. “Reza?”

Aku tidak langsung menjawab. Tatapanku beralih ke sudut ruangan tempat Reza biasa duduk, tapi meja kerjanya kosong sekarang.

“Kita nggak bisa nuduh sembarangan,” kataku akhirnya. “Tapi, kita harus cari tahu dulu.”

Li
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 112. Gairah tak pernah padam

    Aku berusaha tetap bersikap santai, “Oh ya, ayo kalau gitu. Aku sudah lapar nih.” Dia mengangguk, tapi sikapnya sedikit kaku.Kami makan malam bersama di ruang makan, Nayla terlihat segar setelah selesai mandi.Dia bercerita, “Tadi temen-temenku pada heboh, Bang, tanya soal Abang. Tapi teman-temanku yang waktu itu pernah kesini, justru pada seneng karena status Abang jadi duda katanya. Mereka jadi ada kesempatan buat deketin Abang, tapi aku menolak mereka dengan murka, masa aku punya kakak ipar yang umurnya seumuran denganku?" katanya, suaranya terlihat kesal.Kami tertawa, tapi aku baru sadar ternyata sebentar lagi statusku akan berubah dan resmi jadi seorang duda. Mama Siska ikut tertawa, tapi matanya penuh kekhawatiran. “Nayla, kamu ini ada-ada saja. Ko bisa kepikiran sampai situ? Mama juga tadi khawatir dengan keadaanmu, takut kamu kenapa-kenapa." lalu Mama Siska memikirkan sesuatu, "Mama juga khawatir sama Tiara, apa dia baik-baik saja? Mama tidak tahu, sekarang dia ada dimana.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 111. Media semakin heboh

    Pembawa berita mengatakan, “Skandal ini mengguncang dunia bisnis. Alex Baskara, seorang pengusaha ternama, kehilangan kredibilitasnya dan besar kemungkinan karirnya akan meredup. Sampai saat ini, Pak Alex masih susah untuk dimintai keterangan, masih mengurung diri di rumahnya. Sementara Raka, yang menjatuhkan talak pada Tiara jadi sorotan."Aku menatap Mama Siska yang masih ketakutan, aku memegang tangannya. "Cepat atau lambat, semuanya akan kembali seperti semula, Ma. Mama tenang saja, aku akan segera menyelesaikan masalah ini." "Yang Mama takutkan, mereka akan nekad karena pasti tidak akan menyerah.""Mama percaya sama aku, itu semua tidak akan terjadi."Ketika kami sedang fokus nonton TV, ponselku berdering dan ternyata dari Nayla.“Bang, cepat jemput aku! Banyak wartawan di kampus, tanya-tanya soal Abang sama Kak Tiara!”Jantungku berdegup kencang. Media memang tidak pernah mengenal lelah, dan Alex, sebagai pengusaha besar, membuat skandal ini jadi sensasi. “Tenang, Nayla. Aku s

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 110. Situasi semakin tidak aman

    Siang itu, rumah terasa lebih hidup meski bayang-bayang Tiara masih mengintai. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas, aku dan Mama Siska duduk di ruang tengah, menikmati momen berdua setelah hubungan intim tadi pagi. Nayla baru pulang nanti sore, memberi kami waktu untuk bisa bermesraan tanpa gangguan. Aku menggoda Mama Siska, mencuri senyumnya dengan candaan ringan.“Ma, kalau Mama buka warung makan, pasti akan viral karna kokinya sangat cantik. Tapi lebih baik hanya aku saja pelanggannya, jangan ada yang lain,” kataku, mengedipkan mata.Dia tertawa, memukul lenganku pelan, wajahnya memerah. “Ngomong apa, sih, Raka! Udah, lebih baik bantu Mama siapin makan siang.”Mama Siska bangkit, menuju dapur, tapi wajahnya berubah saat membuka lemari bahan makanan. “Raka, sepertinya stok bahan makanannya sudah habis. Mama lupa, asalnya mau belanja kemarin tapi karena sibuk nyiapin buat pesta, jadinya gak sempat. Harus belanja dulu,” katanya, nadanya ragu.Aku tahu dia takut keluar karena di

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 109. Gas... dua ronde!

    Aku lepaskan gaun tidurnya, hingga tinggal tersisa bra dan celana dalamnya saja yang menghiasi tubuhnya."Raka, apa kita akan melakukannya di dapur?" tanyanya ragu.Aku memegang wajahnya, aku usap rambutnya. "Kenapa tidak, gak ada siapa-siapa di rumah ini. kita sudah pernah di sini kan?" tanganku melingkari pinggangnya yang ramping.Belum sempat dia menjawab, aku cium lagi bibirnya. Bagiku di tempat terbuka seperti ini, jauh lebih bergairah dan menantang. pori-pori kulitnya, terdapat butiran keringat yang membuatnya terlihat semakin menggoda. Aku buka tali bra-nya, hingga sepasang buah dadanya yang padat dan bulat kini terbebaskan. Aku remas dengan gerakan memutar, hingga remasannya semakin keras sampai dia meringis keenakan. Kita dalam posisi berdiri saling berhadapan, wajahnya mendongak ke atas. Tangannya mengusap dadaku, gerakan yang begitu erotis yang membangkitkan gairahku.Aku membuka kaosku, celana dan semuanya sampai benar-benar tidak memakai sehelai benangpun. Akupun membuka

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 108. Gairah panas di dapur

    Aroma nasi goreng dan telur mata sapi mengisi dapur, membawa sedikit kehangatan setelah pagi yang penuh air mata. Kami bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla—duduk mengelilingi meja makan, sarapan bersama seperti keluarga cemara.Aku sengaja mengusili Nayla, mencuri sepotong timun dari piringnya. “Bang, iih itu punyaku!” protesnya, memukul lenganku pelan, tapi matanya berbinar ceria."Kirain gak mau, habisnya di lihatin terus memangnya pajangan?" godaku."Belum ihh, lihat Ma! Bang Raka nyebelin!" bibirnya manyun, bikin dia semakin terlihat lucu.Mama Siska tertawa, wajahnya yang tadi muram mulai ceria.“Raka, jangan ganggu Nayla, makan yang bener!” katanya, tapi nadanya tertawa, membuatku tersenyum.Momen ini sederhana, tapi sangat berarti. Aku ingin menghapus bayang-bayang Tiara dari rumah ini, setidaknya untuk pagi ini.Setelah sarapan, Nayla bergegas ke kamarnya, bersiap ke kampus. Aku memutuskan akan mengantarnya, bukan cuma karena tanggung jawab, tapi juga demi keselamatannya. Ancama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 107. Tidak ada kata maaf

    Tiara menangis lebih keras, dia kembali berbicara, suaranya putus-putus. “Mas, aku sadar aku salah. Aku sering membohongimu selama ini hanya memanfaatkanmu saja, tapi… hubunganku dengan Alex tidak benar-benar serius. Aku sama sekali tidak mencintai Alex, Mas. Yang aku cinta cuma kamu!”Aku tertawa pahit, menggeleng. “Cinta? Kalau kamu beneran cinta, kamu nggak akan mengkhianatiku, tidak akan membohongiku dan terus bersandiwara. Aku nggak percaya kamu lagi, Tiara. Hidupmu penuh kebohongan!"Nayla menyela, suaranya penuh kebencian. “Aku juga sudah capek, kakak pintar berakting, bohongi kita semua. Bukan hanya Bang Raka yang di bohongi tapi aku dan Mama juga."Mama Siska tetap diam, menunduk, air matanya menetes membasahi pakaiannya, seolah tak sanggup menghadapinya.Tiara menunduk, "Aku memang tidak pantas untuk di maafkan, aku akan pergi dari rumah ini. Aku mau membereskan pakaianku, aku ke kamar dulu!” katanya pelan, bangkit, dan menuju kamar.Aku mendekati Mama Siska, yang masih mena

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 106. Tangisan palsu di pagi buta

    Aku tersenyum, tapi ragu. “Tapi… sekarang aku dan Tiara akan cerai. Jadi aku bukan siapa-siapa lagi di sini. Dulu aku tinggal di sini karena statusku sebagai suaminya dan dia yang menyuruhku untuk tinggal di sini untuk menemani kalian."Nayla berkata, matanya berkaca-kaca, “Jadi Abang mau ninggalin kami? Aku gak mau Abang pergi, Abang gak boleh pergi! Abang harus tetap di sini!” Mama Siska terdiam, wajahnya terlihat bingung.Aku melanjutkan, “Tapi kalau terus di sini, gak enak sama tetangga. Kamu tenang saja, nanti aku akan sering main ke rumah, aku tidak akan pernah melupakan kalian."Mereka terdiam, yang aku katakan memang benar adanya. Aku tinggal di sini karena Tiara, dia yang menyuruhku untuk menjaga Mama Siska dan Nayla saat dia sedang "dinas" waktu itu.Tapi tanpa ikatan pernikahan, aku tidak punya hak tinggal di rumah ini. Hati ini terasa berat, mereka sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri, terutama Mama Siska, yang kujanjikan tidak akan kutinggalkan. Tapi bisa saja sem

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 105. Ternyata selama ini mereka...

    Aku duduk di tepi ranjang, pikiranku kacau meskipun hati ini terasa lega. Beban yang selama ini membebani pundakku, pengkhianatan Tiara, sandiwaranya dengan Alex, akhirnya terlepas di pesta tadi. Tujuh bulan aku menahan amarah, menelan luka setiap Tiara pulang larut atau berbohong soal “meeting.”Tapi malam ini, dengan foto, video, dan rekaman percakapan, aku hancurkan dunianya di depan tamu, wartawan, dan kamera TV. Namun, ini belum selesai. Alex, yang kupermalukan di depan umum, dia bukan orang sembarangan. Ancaman motor dan preman sebelumnya membuktikan dia berbahaya, dan sekarang, nyawaku mungkin menjadi taruhan balas dendamnya.Pintu kamar terbuka pelan, dan Mama Siska masuk bersama Nayla, membawa segelas air hangat. Wajah mereka masih muram, mata Nayla merah karena menangis, dan Mama Siska tampak lelah namun penuh kasih. Saat mata kami bertemu, mereka berlari memelukku erat, air mata Nayla membasahi bajuku.“Bang, ini mungkin tidak mudah untuk Abang, tapi aku tahu Abang pasti ku

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 104. Mempermalukan di depan umum

    Alex melanjutkan sambutan, dan aku meminta izin ke toilet, butuh jeda dari ketegangan.Di lorong belakang, aku mendengar dua tamu berbisik, “Itu suaminya Tiara? Ganteng banget ya, jauh dibandingkan Pak Alex. Kok Tiara pilih Alex ya?”Temannya menjawab, “Jaman sekarang bukan soal tampang yang dilihat, tapi duit. Pak Alex kaya raya, siapa yang nggak tergoda?”Aku tersenyum pahit, kembali ke panggung, hati semakin mantap untuk jalankan rencana.Acara berlanjut dengan tiup lilin dan potong kue. Aku ragu Tiara akan beri potongan pertama padaku, tapi sorot mata tamu dan kamera TV memaksanya. Dia menyerahkan kue pertamaku dengan senyum kepalsuan, dan aku menerimanya, menahan emosi. Pesta ditutup dengan jamuan makan, dan saat itulah momen kami tiba.Aku memberi isyarat pada Reza dan Liana, yang sudah siap di ruang teknis. Alicia mengangguk dari sudut ruangan, bodyguard-nya berjaga di pintu.Aku maju ke panggung, mikrofon di tangan, jantung berdegup kencang.“Selamat ulang tahun, Tiara istriku

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status