Share

Pertimbangan

Polisi tidak memberikan waktu lagi, pembicaraan mereka hanya sampai di situ saja. Rachel tidak tahu harus berbuat apa lagi sejak itu. Ayah yang korupsi dan harus di penjara selama sepuluh tahun lamanya. Dan meninggalkan hutang sehingga membuat Rachel bekerja keras. Impiannya untuk bekerja di perusahaan terbaik setelah lulus kuliah menjadi pupus. Karena tuntutan hutang tiap bulan yang harus di bayar, dan lamaran pekerjaan belum juga di terima dari berbagai perusahaan, membuatnya harus bekerja seadanya. Tapi penghasilan pas-pasan untuk kebutuhan bahkan kurang.

“Sayang, aku sangat mencintaimu. Dan sudah beberapa bulan kamu menderita hidup sendiri dan serba kekurangan sejak ayah di penjara. Apa kamu mau kita menikah saja? Aku sekarang sudah siap,” ungkap Radit.

“Apa dengan kita menikah, bisa menyelesaikan masalah?”

“Aku ingin menikah dengan kamu karena ibadah. Karena tidak ingin juga melihat kamu hidup sendiri di rumah. Jika sudah bersama aku, setidaknya hidup kamu terjamin dan tidak sudah payah lagi kerja di luar. Biarkan aku yang kerja. Masalah hutang kamu, nanti biar aku lunaskan.”

“Tapi apa mama papa kamu setuju dengan hubungan kita, Dit? Soalnya selama ini kamu belum pernah bawa aku untuk kenalkan ke mereka.”

“Tenang saja kalau soal itu, besok kita ke sana. Aku langsung minta dengan mama papa restunya.”

“Tapi?”

“Tidak usah tapi, percayalah. Semua pasti akan baik-baik saja. Masalah hutang juga jangan kamu pikirin.”

“Baiklah, tapi sebelum kita ketemu mama papa kamu, aku minta tolong kita besuk ayah dulu di penjara. Kamu tidak keberatan kan?”

“Tentu tidak, bahkan itu yang harus aku lakukan. Aku harus ketemu ayah kamu untuk minta restu kita menikah.”

“Oke. Kalau begitu besok kita ke kantor polisi ya?”

“Iya, nanti aku jemput kita bareng ke sana.”

Setelah beberapa bulan ayah di penjara, tidak membuat Rachel melupakan selalu membuat makanan kesukaan ayah dan membawakan setiap membesuknya. Hari itu karena sudah janji dengan Radit, Rachel langsung menyiapkan makanan kesukaan ayah sekaligus untuk meminta restu.

“Bagaimana kabar Ayah?”

“Alhamdulillah, kabar Ayah baik kok. Kamu sendiri bagaimana?”

“Baik, Yah.”

“Oh iya, tumben datang dengan Radit?”

“Em, Yah. Langsung saja ya, sebenarnya di sini aku ingin menyampaikan niat baik aku. Jika Ayah mengizinkan, aku dan Rachel ingin menikah. Aku kemari ingin minta restu dari Ayah. Apakah Ayah mengizinkan?”

Ayah sedikit kaget tapi lega dengan kabar dan niat yang di lontarkan Radit. Karena dengan begitu, ayah di penjara dengan tenang sudah ada yang menjaga Rachel anaknya.

“Tentu.”

“Maksudnya, Yah?”

“Tentu sangat Ayah restu kan hubungan dan pernikahan kalian berdua. Dengan begitu Ayah bisa lega karena anak Ayah ada yang jaga selama Ayah di penjara.”

“Yang benar, Yah? Alhamdulillah. Kalau begitu nanti secepatnya juga aku akan persiapkan semuanya.”

“Tapi memangnya orangtua kamu sudah setuju dengan niat kalian ini?” tanya Ayah meyakinkan.

“Belum tahu, Yah. Kemarin ingin minta restu dulu dengan orangtuaku. Tapi, Rachel minta ketemu ayah dulu untuk minta restu.”

“Kalau mereka tidak setuju bagaimana? Kan kamu tahu sendiri kalau ayah seorang koruptor. Nanti orangtua kamu tidak merestui bagaimana?”

“Aku yakin, pasti mereka merestui hubungan kami kok, Yah. Karena bagaimana pun aku akan tetap mencintai putri Ayah ini.”

Rachel melepaskan senyum di bibirnya, karena bahagia mendengar Radit yang begitu mencintainya.

“Baiklah, Ayah doakan semoga hubungan kalian bahagia sampai kakek nenek ya? Ayah tidak bisa memberikan banyak hal. Ayah hanya bisa minta tolong jaga anak Ayah.”

“Baik, Yah. Aku pasti akan jaga Rachel.”

Menjadi tahanan bukan hal yang Ayah inginkan. Tapi karena kecerobohan dan butuh uang membuatnya harus lakukan hal tersebut. Menyesal pun sudah tidak ada gunanya, tapi yang sangat dia sayangkan adalah meninggal kan anak satu-satunya hidup sendiri di luar tanpanya lagi. Maka dari itu, Ayah mengizinkan Radit untuk menjaga Rachel.

“Ma, Pa, kenalkan ini Rachel pacarku. Kita sudah lumayan lama menjalin hubungan tapi baru kali ini aku berani bawa Rachel kemari.”

“Hai, Om, Tante!” Rachel meraih tangan kedua orang tua Radit. Dan di sambut hangat dan senyuman.

“Cantik,” ujar mama. “Kelihatan anak yang baik dan sopan. Kamu tidak salah pilih dia, Dit,” sambungnya. Lalu papanya juga hanya menyambut dengan senyum hangat.

“Terima kasih, Ma. Oh iya, sekalian saja mumpung Mama Papa di sini aku ingin katakan sesuatu sama kalian sekaligus minta restu sama Mama Papa untuk mengizinkan kami menikah.”

“Tunggu? Menikah? Apa kamu sudah yakin, Dit?” tanya Mama.

“Iya, Radit. Keputusan menikah bukan perkara hal yang mudah. Kamu harus cukup siap untuk menjalani rumah tangga nanti. Dan yang terpenting calon kamu juga berasal dari keluarga baik-baik. Bibit bebet bobot itu sangat perlu. Papa tidak mau sembarangan dalam memilih menantu,” jelas Papa sedikit membuat Rachel semakin tegang dan keringat dingin. Jika kedua orang tua Radit mengetahui latar belakangnya, mungkin dia akan di tolak mentah-mentah. Rasa kaku dan ingin segera pulang, Rachel tidak yakin hal itu akan berhasil dia lalui. Namun kenyataannya dia duduk diam di sofa sudah tidak dapat berkutik lagi. Apa pun jawaban dan pendapat mereka nanti harus dia terima walau pun menyakitkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status