Bagian 64Pembicaraan Panas Kutekan angka 123456 untuk membuka kunci layar dari ponsel Mas Sofyan. Ya, memang terbuka. Itulah password yang dia pasang. Kalau hanya angka seperti itu, buat apa suamiku memasang password untuk ponselnya segala? Selama kami menikah, baru kali ini dia melakukan hal yang tak biasa terhadap ponselnya. Apakah Mas Sofyan sudah mulai ingin main rahasia-rahasiaan denganku? Karena kebetulan aku ingin menelepon Mas Rendra, dia jadi terpaksa memberi tahu password ponselnya? Coba kalau sore ini aku tidak meminta ponselnya, pasti aku tidak akan tahu mengenai kunci ponsel tersebut. Ya Allah, sabar, deh! Pokoknya, hidupku harus memperbanyak sabar selama menikah dengan Mas Sofyan yang kupikir tidak akan banyak drama, tapi ternyata dramanya sama saja dengan saat aku dinikahi Mas Faisal dulunya. “Tuh, bisa, kan? Jangan curiga dong, Sayang. Itu aku cuma ngutak-ngatik iseng aja, Mil. Malah keterusan. Nanti aku ganti deh, setting-annya. Biar nggak bik
Bagian 65Rumah Neraka “Oh, jadi Anda sebagai suaminya mau lepas tangan begitu saja, ya?” Aku mengalihkan pembicaraan dari pembahasan tentang kebohongan Mas Sofyan. Akan tetapi, tentu aku tak akan melupakannya begitu saja. Akan ada waktunya kami membahas hal tersebut. Lihat saja nanti. Aku sedang tidak bermain-main dengan janjiku sendiri. “Ya. Aku sudah berlepas tangan. Dia yang keluar sendiri dari rumah. Dia yang menyerahkan anak-anaknya kepada ibu kandungnya, tanpa konfirmasi dan persetujuan dariku. Suruh juga dia yang mengurus gugatan cerai kalau memang mau pisah denganku. Aku tidak sudi capek-capek mengurus gugatan, karena waktuku sudah habis tersita untuk pekerjaan. Aku ini pejabat, bukan laki-laki pengangguran yang kurang kerjaan sampai-sampai harus menyusul Reva ke sana segala. Maaf, waktuku sepertinya tidak banyak untuk bicara membahas ini dengan kalian.” Bukan main sombong, angkuh, dan kasarnya kata-kata yang terlempar dari mulut kurang aja
Bagian 66POV AuthorKegilaan Reva “Mil, Mila!” Sofyan berteriak panik saat mendapati Mila jatuh pingsan di dalam dekapannya. Kepanikan itu semakin menjadi-jadi ketika Mila tak juga kunjung bereaksi meskipun Sofyan telah menjerit memanggil namanya dengan suara yang sangat nyaring. “Astaga! Ya Allah, ini istriku kenapa? Mila, Mila bangun, Mil! Kamu jangan menakutiku begini!” Sofyan tak mampu berpikir jernih lagi. Tubuh Mila yang lunglai dan penuh keringat dingin itu dia gotong ke atas tempat tidur. Kaki Sofyan sampai lemas. Pria tampan berperawakan tinggi besar itu gemetar luar biasa ketika melihat bibir Mila tampak membiru. “Tolong! Mila pingsan!” Dia berteriak sekencang-kencangnya. Sofyan yang bahkan belum sempat mengganti pakaiannya tersebut, buru-buru keluar dari kamar tidur mereka. Sofyan berlari ke arah dapur. Mencari-cari keberadaan kakak kandungnya dan pembantu rumah tangganya. Namun, tak ada seorang pun di sana.
Bagian 67Terkapar Lunglai “Mila, Mila sayang. Kamu sudah bangun?” Terdengar sayup-sayup suara Mas Sofyan memanggil namaku. Aku pun berusaha untuk membuka mata perlahan-lahan. Saat kelopak mataku berhasil terbuka, silaunya cahaya lampu dari atas langit-langit membuatku mendadak kaget. Aku merasa lampu di ruangan ini begitu terang, bukan seperti di kamarku sendiri. Hatiku jadi bertanya-tanya. Sebenarnya … aku ada di mana sekarang? “Mas ….” Aku yang kembali memejamkan mata, memanggil suamiku dengan suara yang lirih. Tangan kananku pun lantas digenggam erat. Sebuah kecupan di pipiku juga terasa begitu lembut menerpa. “Iya, Sayang. Aku di sini. Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Sayang.” Suara Mas Sofyan terdengar bergetar. Seperti orang yang hendak menangis. Aku tak menduga bahwa ekspresi Mas Sofyan akan sebegininya. Memangnya … aku kenapa? Yang tadi itu aku benar-benar pingsan? Lantas, sudah berapa lama aku pingsa? Ya Allah, apakah kondisiku
Bagian 68POV AuthorTerlukanya Hati Kecil Setelah obat anti mual dan anti nyeri selesai diberikan, tak lama kemudian Bi Dilah pun datang dengan langkah yang tergopoh-gopoh ke ruangan perawatan kelas VIP di mana Mila berada. Bi Dilah tadinya memang izin kepada Sofyan untuk turun sebentar ke kantin rumah sakit yang berada di lantai pertama. Pembantu tua itu sangat kelaparan karena belum sempat makan siang karena sibuk mengerjakan urusan rumah tangga sebelum insiden pingsannya Mila. Karena takut sakit maghnya kambuh, Bi Dilah pun terpaksa minta izin untuk makan dan langsung di-ACC oleh Sofyan tadinya. Namun, di kantin ternyata antreannya lumayan panjang, sehingga Bi Dilah harus menghabiskan cukup banyak waktu untuk menunggu giliran memasan makanan. “Mas Yan, maaf, Mas. Bibi kelamaan, ya? Tadi di kantin antreannya panjang sekali.” Bi Dilah langsung tak enak hati. Apalagi saat melihat keberadaan seorang cleaning service wanita yang tengah sibuk membersihkan sisa mu
Bab 69POV AuthorAmarah Sofyan Selepas mengecup kening dan kedua pipi istrinya, Sofyan pun meninggalkan ruang perawatan Mila. Dia titipkan istrinya kepada sang pembantu yang memang telah mereka anggap seperti orangtua sendiri. Sofyan pun bergegas turun ke lantai bawah melalui anak tangga. Langkahnya sedikit tergesa, sebab dia takut jika waktu salat Ashar akan habis. Saking fokusnya mengurus sang istri, Sofyan bahkan hampir saja meninggalkan salat Ashar. Untung Bi Dilah segera datang, sehingga mereka bergiliran untuk menjaga Mila yang masih terbaring lemah. Di lantai bawah, Sofyan langsung mencari keberadaan mushala. Letaknya berhadapan dengan kantin tempat Bi Dilah tadi makan siang. Tak begitu jauh juga lokasinya dari halaman parkir. Tanpa membuang waktu lagi, Sofyan pun salat empat rakaat di sana. Dalam setiap sujudnya, hanya nama Mila saja yang dia sebut-sebut. Dia berdoa, agar istri tercintanya lekas sembuh. Sofyan juga mengharapkan agar sang jabang bayi ya
Bab 70POV AuthorKekecewaan Seorang Pria Sambil menggendong putri sambungnya, Sofyan bergegas masuk ke dalam rumah. Semakin syok Sofyan saat kakinya menginjak ke ruang tamu. Betapa tidak, kondisi meja ruang tamu sudah centang perenang dengan sampah-sampah kulit kacang dan bungkus snack. Tak hanya itu saja, asbak keramik yang biasanya selalu kosong sebab Sofyan sendiri bukan seorang perokok, kini penuh dengan abu rokok dan beberapa puntung rokok yang sudah padam. Sofyan geleng-geleng kepala sambil berdebar-debar dadanya. Amarah Sofyan kini sudah memuncak hingga ke ubun-ubun. “Astaghfirullah, baru sekali membawa teman ke rumah, kondisi ruang tamu sudha hancur lebur begini. Apa nggak punya pikiran, ya?” gumam Sofyan penuh amarah. Lelaki itu lalu menggendong Syifa ke arah kamarnya yang tak begitu jauh dari arah ruang tamu. Sofyan menaruh Syifa ke atas tempat tidur sambil berkata, “Nak, tunggu di sini, ya. Papa mau bicara dulu ke Tante Reva di lantai at
Bab 71POV AuthorTerusir“Tidak. Aku tidak ngapa-ngapain. Aku hanya main sama teman-temanku. Kenapa memangnya?!” Reva masih sempat melawan Sofyan. Tampikannya itu begitu membuat Sofyan semakin murka. Tangan kekar Sofyan pun mendorong daun pintu sekuat tenaga. Sontak, Reva terjungkal. Dia berteriak nyaring dan kawan-kawannya pun syok luar biasa. “Sofyan! Apa yang kau lakukan? Sakit!” Reva yang tersuruk jatuh dengan posisi terduduk di lantai itu pun berteriak. Kelima kawan kentalnya itu langsung bangkit dari posisi masing-masing dan berdiri memojok dengan muka yang sangat khawatir. Berang betul Sofyan melihat kondisi kamar tamu rumahnya. Kamar itu penuh asap. Asap tak biasa yang membuat kepalanya tiba-tiba semakin nyut-nyutan. Aroma ini bukan aroma rokok biasa. Begitu pikir Sofyan. Bukan hanya itu saja, kamar lantai dua ini sangat berantakan. Pakaian-pakaian bekas pakai milik Reva diletakkan begitu saja di pojok dekat pintu. Bungkus makan