Share

BAB 2

Penulis: Fadhillah_ND
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-03 19:54:21

Arland menoleh ke arah kamar mandi. Ia teringat menemukan paperbag di dalamnya. Belum sempat ia cek apa isinya karena itu termasuk hal privasi Meika dan akan lebih baik jika Azkara yang membukanya.

"Maaf sebelumnya, Tuan Muda. Saat Anda pingsan tadi, saya mencoba mencari keberadaan Nyonya Meika. Saat saya mengetuk pintu kamar mandi tidak ada respon sama sekali dari dalam. Maaf sekali lagi atas kelancangan saya, Tuan, saya membuka pintunya karena saat itu saya berpikir sedang terjadi sesuatu yang buruk pada Nyonya di dalam, mengingat Anda tadi pingsan. Namun, begitu saya masuk, Nyonya tidak ada. Saya malah menemukan satu paperbag yang teronggok di dekat wastafel," ungkap Arland panjang lebar.

"Baiklah, saya mengerti. Berikan paperbag yang kau maksud itu," pinta Azkara yang masih agak pusing kepalanya.

Arland mengambil paperbag yang terletak di atas sofa berwarna krim di sudut kamar lalu memberikannya pada Azkara. Di paperbag itu terdapat tulisan kata "Maaf" dalam bahasa Jerman "Verzeihen" yang dicetak tebal.

Pria yang masih terbaring itu dengan cekatan membukanya. Tangannya mengeluarkan sebuah gaun pengantin.

"Arland! Ini gaun pengantin istri saya. Dia tidak jadi memakainya lalu kemana dia?" tanya Azkara yang panik.

"Saya dan anak buah masih mencari keberadaan Nyonya Meika, Tuan Muda," jawab Arland.

"Apa sudah kau coba hubungi Meika?"

"Sudah, Tuan. Tetapi, nomornya tidak aktif."

Azkara tampak berpikir mengapa istrinya tidak jadi memakai gaun pengantin yang kini ia pegang, padahal dia sendiri melihat bahwa Meika masuk ke dalam kamar mandi sambil menenteng gaun tersebut. Meika sendiri yang mengatakan bahwa dia akan berganti pakaian setelah istirahat.

Sebelum ke kamar mandi, istrinya memberinya teh hangat. Setelah meminum teh tersebut mendadak kepala Azkara terasa pusing dan rasa kantuk menyerangnya. Matanya lambat laun terasa berat untuk terbuka, perlahan ia pun tertidur.

'Tidak mungkin Meika memberiku obat tidur,' batin Azkara.

"Arland, selidiki siapa yang telah mencampur obat tidur dalam minuman saya. Gelasnya ada di atas nakas," perintahnya.

"Baik, Tuan Muda! Bagaimana dengan para tamu Tuan? Mereka sudah lama menunggu bahkan beberapa dari mereka sudah ada yang pulang terlebih dahulu."

"Sebentar lagi saya akan turun untuk meminta mereka pulang saja. Percuma untuk melanjutkan resepsi," jawab Tuan Muda. Ada rasa kecewa, sakit dan sesak serta bingung menjadi satu dalam dirinya.

"Saya permisi, Tuan Muda! CCTV di gedung ini harus saya cek," pamit Arland pada Azkara.

"Untuk CCTV di kamar ini hanya saya saja yang boleh melihatnya. Kirim salinan rekamannya ke laptop saya dan antarkan kepada saya segera," perintah Azkara.

"Baik, Tuan! Segera saya antar secepatnya. Saya undur diri," pamit Arland.

'Di mana kamu sayang?' gumam Azkara.

Wajah sendunya semakin bertambah gusar. Ia lalu mengambil ponsel dan melacak posisi Meika melalui GPS ponselnya yang dihubungkan ke ponsel Meika.

"Tidak terhubung! GPS-nya mati? Astaga!" teriaknya. Ia sungguh kesal.

"Ini tidak beres. Apa kamu diculik, Mei? Tapi selama ini tidak ada musuh yang mengintaimu. Penjagaan di sini juga ada. Lalu? Apa kau sengaja meninggalkanku?" gumamnya masih dengan wajah yang gusar.

Beralih pada Arland yang sedang berkutat di depan layar monitor CCTV dan juga laptop bosnya. Ia menonton satu video rekaman sebelum listrik padam.

Ada pesan masuk dari Gio.

[Siap laksanakan, Pak! Gelas akan segera dikirim untuk diperiksa lebih lanjut.]

[Bapak masih di ruang pemantauan CCTV? Tadi saat mengambil gelas di kamar Tuan Muda Azkara, beliau bilang untuk segera membawakan laptop kerjanya. Beliau sekarang menunggu di lantai bawah bersama para tamu.]

Arland membaca pesan tersebut langsung membalas, [Baik, terima kasih. Lanjutkan kerjamu.]

Saat ia tengah berberes, anak buahnya datang berlari tergesa-gesa.

"Pak! Pak Arland! Ada bom di dalam gedung, Pak!" teriak anak buahnya yang ngos-ngosan.

"Astaghfirullah!" pekiknya. Matanya membulat, jantungnya berpacu kencang, Arland kaget setengah mati. Ditambah lagi ia melihat apa yang ada dalam genggaman Vyan.

Dia bergidik ngeri. 'Berani sekali anak ini,' batinnya.

"Saya berusaha mengutak-atik kabel bomnya. Akan tetapi, nihil. Waktunya terus berjalan, Pak. Tersisa dua menit lebih 40 detik lagi. Kita harus cepat keluar dari sini! Serahkan saja semua pada saya," sergah Vyan, anak buahnya yang berkompeten di bidang khusus itu.

Arland mengangguk cepat meski rasa khawatir menjalari perasaannya. Ia berkata, "Baiklah, berhati-hatilah, Vyan."

Arland kemudian berlari menuju aula di mana para tamu berada.

"Tuan! Kita semua harus segera keluar dari sini!" bisik Arland yang sudah panik. "Telah ditemukan bom di dalam gedung!" sambungnya lagi.

Sementara itu, Vyan meletakkan bom yang waktunya tersisa 2 menit 30 detik di area belakang gedung. Lokasinya cukup jauh dari gedung. Hanya terlihat pepohonan lebat serta banyak semak belukar. Ia ditemani oleh dua anak buah lainnya. Mereka pun berlari sekencang mungkin meninggalkan bom.

"Para Hadirin! Segera tinggalkan gedung ini! Karena akan ada ledakan yang terjadi. Segera keluar!" jerit Azkara menggunakan microphone.

Sontak para tamu berhamburan keluar meninggalkan gedung sejauh mungkin. Para anak buah lain pun menjerit memperingati melalui toak dan microphone bahwa semua yang ada di dalam gedung harus segera keluar.

Azkara menaiki tangga dengan cepat.

"Tuan Muda Azkara! Ledakan sebentar lagi akan terjadi untuk apa Anda naik kembali?" teriak Arland sambil mengejar bosnya, tapi tidak dihiraukan Azkara.

Azkara mengambil paperbag di atas kasur lalu bergegas lari.

"Ayo cepat turun dan keluar dari sini!" teriaknya pada Arland.

Arland pun berbalik memutar arah larinya. Mereka berlari sangat kencang hingga terguling-guling saat menuruni tangga lalu bangkit dan berlari kembali.

Waktu bom yang tersisa sekitar sepuluh detik saat semuanya berhasil keluar dan menjauh termasuk Azkara dan Arland.

Tanpa mereka sadari terdapat bom lain di area depan gedung, tepatnya di tanaman pagar berbunga dekat jendela. Waktu di bom tersebut tersisa lima detik lagi hingga ledakan pun terjadi. Beberapa anak buah yang belum keluar dari gerbang akhirnya terkena ledakan.

Sekitar beberapa detik kemudian, ledakan kembali terjadi dari arah belakang. Gedung pun hancur luluh lantah dan sekitarnya juga berimbas terkena ledakan.

Malam telah berlalu.

"Akhirnya kita bersama Mei," ucap lirih pria berwajah blasteran Indonesia-Korea berkulit putih. Ia duduk di samping Meika yang tengah tidur.

Dia tersenyum sembari membelai pucuk kepala Meika dengan lembut. Sorot mata yang dipancarkan pada Meika begitu hangat dan mesra.

Pria itu adalah Malvin. Lelaki yang amat mencintai Meika jauh sebelum Meika mengenal Azkara.

"Rupanya bius itu sangat ampuh hingga kau tertidur selama ini," gumamnya. Ia tak menyangka sekarang bisa bersama dengan wanita pujaannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 30

    Yasmin memukul-mukul dada bidang Azkara ketika mereka sampai di depan kamar mandi."Azkara, turunkan, aku bisa sendiri!" Begitu dilepaskan, ia segera menutup pintu seraya berteriak, "Jangan masuk!"Lelaki itu menggelengkan kepala. Dia beranjak menarik pintu kaca penghubung balkon. Sengaja dibuka supaya udara malam masuk. Dia lalu mengambil setelan baju tidur wanita berbahan adem dan longgar. "Mei! Ambil baju," ucapnya sambil mengetuk pintu. "Letak di bawah, Azka. Aku masih berendam," jawab Yasmin merasakan sensasi dingin nan sejuk pada air yang merendam tubuhnya. Tuan Muda mengangkat kursi ke depan pintu toilet lalu meletakkan baju tidur di atasnya. Sudah menjadi kebiasaan untuk bersantai di balkon. Ia berjalan sambil melakukan peregangan. Memperhatikan sekitar, mungkin saja dia melihat penampakan. Sesuatu pun terlihat jatuh dari atas pohon. Ia menyipitkan mata melihat objek di bawah sana. Bergegas dia menuruni tangga saking penasaran.Yasmin merasa baikan telah berpakaian beserta

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 29

    "Aku alergi udang! Kan, aku sudah ambil ikan bakar. Kenapa kau tambahkan udang?" ujar Yasmin dongkol. "Hmm, aku sudah tahu." Azkara lahap menyantap hidangan seraya tersenyum."Lalu kenapa kau berikan?! Kau mau alergiku kambuh?" katanya ceplos. Suasana hatinya semakin panas."Aku suamimu, tentu tahu. Mana mungkin kau memakannya, Mei." Sengaja dia letakkan udang itu supaya melihat reaksi wanita yang terus saja menolak dipanggil Meika."Aku bukan istrimu! Aku alergi ...." Yasmin terdiam. Tuan Muda meneguk air putih. Dengan Yasmin berkata demikian, Azkara semakin yakin bahwa dia adalah Meika. Suami mana yang tidak tahu seluk beluk perkara mengenai istri sendiri. 'Meika juga alergi udang? Kalau begini, pasti lelaki ini semakin percaya bahwa aku istrinya. Aduh, habislah aku!'"Dan apa?" tanya Azkara yang lanjut memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut."Aku tidak alergi udang!" Satu udang lolos dalam kunyahan. Sempat ragu, tapi Yasmin menepis. Sudah lama juga dia tak memakannya. Dipikir-

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 28

    "Kau mau mandi sendiri atau kumandikan, Sayang?" Ia langsung menyingkirkan tangan Azkara. Mendadak lelaki yang lebih tinggi itu mendorongnya ke tembok. Yasmin merasakan usapan lembut di pipi. Tatapan pria itu terasa hangat. Ia menikmati ketampanan dari jarak sedekat ini. Jantungnya berdebar kencang. "Kau mau menemaniku?" ucapnya lembut. "Aku sungguh merindukanmu." Dahi dan hidung mereka saling bersentuhan. Yasmin memejamkan mata. Tuan Muda tersenyum. Ia merangkul mesra pinggang wanita yang dipikir adalah istrinya. Sebelum hal lebih jauh terjadi, desainer itu tersadar. Azkara berstatus suami orang. Yasmin membuang muka dan menurunkan kedua tangan di pinggangnya. Senyum CEO itu menghilang diikuti kepergian gadis itu."Aku harus jaga jarak." Ia mengunci kamar.Di dinding belakang ranjang terpajang bingkai besar pernikahan. Dua pengantin tak lain adalah Azkara dan Meika. "Di manapun kau berada. Kuharap lekaslah kembali." Matanya awas menilik setiap inci wajah pengantin wanita. "Waja

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 27

    Liza mengerem tepat waktu. Ia segera mengecek kondisi luar. Azkara menggendong Yasmin yang terbaring di jalanan. "Buka pintunya, Kak!" "I-iya." Ia takut jika perempuan itu adalah Meika sungguhan. "Gio, hubungi Dokter Ryan, suruh datang ke rumah!" "Baik, Tuan Muda." Liza pun menyetir. "Tidak usah bawa ke rumah sakit?" "Pulang ke rumah saja. Biar Dokter Ryan yang akan kemari." Azkara mengecek nadi Yasmin. Gadis itu masih hidup. Rupanya Raline tidak beranjak dari tempat. "Ya ampun! Apa di rumah sebesar ini tidak ada pelayan atau pembantu? Tidak ada yang mempersilakan diriku masuk!" umpatnya. "Rumah ini terlihat sepi. Mungkin media wartawan sempat memaksa masuk ke sini." Ia berjalan lalu duduk di kursi taman. Oh, lihatlah! Betapa perhatiannya Tuan Muda ini. Azkara segera membawa Yasmin masuk. Disusul oleh Liza. "Hei! Apa-apaan ini. Tidak ada yang menawarkanku untuk masuk?" Langkah Liza terhenti. "Oh, aku pikir urusanmu sudah selesai." "Astaga! Setidaknya di rumah sebes

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 26

    Yasmin mencegat taksi. "Pak, tolong cepat! Aku dikejar orang aneh," pinta Yasmin sambil menengok ke belakang. Rupanya lelaki asing tadi mengejarnya naik ojek. Supir pun menambah kecepatan laju mobil. Sesekali diliriknya Yasmin dari kaca tengah. Sesampainya di depan hotel, ada kerumunan wartawan. Wanita itu segera membayar. "Itu, Meika!" teriak seorang jurnalis. Saat itu pula dari mereka banyak yang merekam. Sadar jadi pusat perhatian, Yasmin segera lari ke dalam lift. Gerombolan wartawan dengan kameranya kembali mengejar sampai ke atas. Entah apa salahku sampai harus menghadapi hal ini, batin Yasmin yang terus saja berlari. "Meika, tunggu!" teriak mereka. "Sania, buka pintunya," desak Yasmin. Namun, tak kunjung dibukakan. Beruntung, ia mengantongi kunci serep. "Meika, keluarlah. Kami ingin mewawancaraimu," ucap jurnalis wanita. Disusul dengan ketukan-ketukan pintu. "Apa lagi ini, Ya Allah." Yasmin terengah-engah. "Meika itu ke mana, sih. Gara-gara dia aku dikejar. Orang-

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 25

    Pagi ini Yasmin pulang ke rumahnya. Rasa senang terus membuatnya tersenyum sedari tadi. Sempat putus asa akan nasib, tetapi sekarang tak lagi. Ia akan kembali ke siklus semula hidupnya. Menjalankan rutinitas harian dan mengembangkan karier. Namun, Yasmin harus lebih waspada. Bisa saja Raline masih mengincarnya. Orang yang layak mendapat ucapan terima kasih adalah Sania. Rupanya gadis itu tak menipu, ia sungguh menolong Yasmin. Sedangkan Oliv, biarlah menjadi urusan belakangan. "Iya, sebentar!" Nesha tergesa-gesa menuju ruang tamu. Sejak tadi bel rumah berbunyi berulang kali. Nesha memperhatikan dari atas hingga turun ke bawah sosok tamu itu. "Kau?" Yasmin mengangguk cepat sembari tersenyum. Sebelumnya ia melihat dua cincin emas di tangan kiri adiknya. Sementara di jari manis tangan kanan tersemat cincin berlian. Ia memeluk erat Nesha. Tak peduli jika sang adik masih memakai masker wajah yang cukup belepotan. "Lepas!" cecar Nesha. "Beraninya kau kemari," ujarnya dengan tatapa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status