"Aku— aku udah gak perawan lagi, Andi ...."
Tiba-tiba saja Andi seperti merasa ada halilintar menyambar disiang bolong, Andi merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Sebentar ... sejak kapan kekasihnya ini tidak perawan? Seingatnya dia tidak pernah menyentuhnya. Baiklah ... Andi tidak munafik dia benar-benar tergila-gila dengan tubuh Ella yang padat di tempat yang seharusnya. Tapi, Andi benar-benar menjaga Ella agar bisa menikmatinya nanti saat Ella sudah menjadi halal baginya. Bukan untuk saat ini.
“Maksudnya bagaimana?” tanya Andi bingung dengan perkataan Ella.
Ella menundukkan kepalanya sambil memilin dress-nya, rasanya berat mengatakan ini pada Andi. Andi adalah lelaki yang baik, kekasih yang menjaganya sepenuh hatinya. Tapi, Ella tidak bisa memungkiri pesona lelaki berengsek bernama Daru, lelaki yang dengan tenangnya menyetubuhinya dan pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Bodoh kamu Ella.
“Julella Pratiwi,
"Lepas ...." Ella berusaha melepaskan pelukan paksa Andi.Lelaki itu dengan rakusnya melumat bibir Ella, menggerayangi tubuhnya. Membuka paksa pakaian dalamnya, Ella menangis tangannya tak henti menahan Andi agar lelaki itu sadar dengan apa yang dia lakukan."Andi ... tolong, le—pas," Ella menangis.Begitu buruk nasibnya, di campakkan orang yang dia cintai, dan di lecehkan oleh orang yang mencintainya. Apakah ini hukuman untuknya, bagai karma yang bersambut. Ella berusaha keras menyadarkan Andi, lelaki itu menghempaskan tubuh Ella berkali-kali diatas tempat tidur. Ella menahan sakit di tubuhnya, kemejanya sudah terbuka, sedangkan tali pembungkus payudaranya sudah terputus karena tarikan kasar Andi."Andi aku mohon berhenti." Ella mundur perlahan, terpojok di sandaran tempat tidur.Andi merangkak mengarah ke arah Ella, tatapan matanya rakus bak singa menemukan mangsanya. Ent
"Andi ... aku mohon ... aku mohon." Ella mengatupkan kedua tangannya di dada memohon agar Andi tidak menyentuhnya. Tatapan mata Andi benar-benar menakutkan, tatapan seorang pria yang sakit hati, marah, jijik, merasa dikhianati dan nafsu yang besar menyatu menjadi satu.Tangan Andi mengambil tas Ella dengan paksa, Ella berusaha mempertahankannya itu satu-satunya benda yang bisa menutupi dadanya, bajunya sudah koyak dan sudah tak mampu menutupi dadanya.“Andi ... Andi, jangan andi?!” Ella menjerit sambil mencengkeram tasnya dengan erat, Andi bergeming dia dengan keras menarik tasnya dengan keras.“Sakit,” pekik Ella saat mendapati dadanya menyentuh lantai. Belum juga Ella sadar dari kekagetannya, Ella merasakan tangannya ditarik dengan kasar. Tubuh Ella didorong ke dinding dengan posisi dada Ella menghadap dinding.“Andi sakit,” isak Ella ketakutan, tubuhnya berkali-kali membal ke dinding karena Andi dengan kasarnya menar
Rasa bersalah itu bergelayut di hati Andi, merutuki kebodohannya. Perbuatan hina itu dia lakukan pada Ella, wanita yang selama ini menjadi prioritas hidupnya."BRENGSEK!" Andi berteriak, memukuli dinding.Tak pernah terpikirkan semua akan berakhir seperti ini, berakhir dengan perbuatan kejinya kepada Ella.Lelaki itu terduduk di lantai, dia frustasi. Kecewa dengan keadaan,kecewa dengan kekasihnya, kecewa dengan dirinya sendiri. Kehidupan yang sudah dia rencanakan sejak awal bertemu Ella sudah tak lagi ada artinya. Semua hilang begitu saja, impiannya bersama Ella membina suatu keluarga kecil, hidup hingga tua bersama anak-anak mereka.Sirna sudah semuanya, Andi menjambaki rambutnya, dia benturkan kepalanya ke dinding. Apa yang harus dia lakukan kini, Ella sudah pergi. Gadis itu pergi membawa luka yang menganga di hati.Andi merasakan kepalanya hampir pecah, memikirkan bagaimana na
Andi, katanya tadi namanya Andi. Ratih pasti tak salah dengar. Namanya begitu sederhana dengan sikap sembrono seorang pria muda. Sama seperti ia dulu. Begitu sembrono tertipu mentah-mentah dengan jebakan kata cinta dan sebuah pengorbanan bodoh. Perjuangan membabi-buta hanya untuk meneguhkan cinta pada seorang pria sampah. Ratih melihat dirinya yang dulu, bersemayam dalam jiwa Andi. Penuh amarah, berbalut kesedihan, juga berlumur berahi. Ratih sudah membawa Andi ke tempat di mana pria itu ingin dibawa. Apartemennya. Dalam keadaan setengah sadar, pria itu memencet kombinasi angka untuk membuka kamar. Barang-barang berserakan. Sebagian hancur dan letak perabot banyak bergeser karena paksa. Sebuah keributan pasti baru saja terjadi di tempat itu. Keributan yang Ratih tahu pasti menyebabkan Andi yang tak pernah minum, langsung memesan alkohol 40% dalam dua takaran sekaligus. Andi tampan, tapi bodoh. Mereka berdua sudah t
“Sudah keluar?” tanya Ratih sambil menatap Andi. “Iya ....” Andi menjawab sambil menahan beban tubuhnya dengan tangannya, kenikmatan yang baru Andi rasakan tadi masih bisa ia rasakan sampai detik ini. Ratih tersenyum melihat Andi yang seperti kebingungan menatapnya, “Kenapa? Ada yang salah?” tanya Ratih sambil mengusap dada Andi yang liat dan menggairahkan. “Kamu bukan Ella, kamu siapa?” Andi mengusap pipi Ratih dengan punggung tangannya, kesadarannya seakan kembali mengetuk, membuat Andi sadar kalau wanita yang sudah memberikan kenikmatan tanpa batas pada dirinya adalah orang lain bukan Ella. “Hahaha ... sudah sadar kamu sekarang?” tanya Ratih sambil mendorong tubuh Andi, membuat lelaki itu berguling ke sampingnya. “Mau kenalan secara benar?” “Iya,” jawab Andi pelan. “Ratih, namaku, Ratih bukan Ella,” jawab Ratih santai, dia tidak peduli kalau selama mereka melakukannya tadi, Andi menganggap dirinya adalah Ella. Yang dia tahu Andi ada
Andi menyematkan helaian rambut wanita yang sedang menatapnya dan bertumpu di atas dadanya itu. Cantik, cantik sekali seperti tak tercela, matanya indah hanya riasan tipis saja Ratih masih terlihat seksi.Dada wanita itu terasa kenyal di dada Andi, ingin sekali lagi rasanya dia coba, entahlah rasanya seperti tak pernah cukup. Apa karena ini yang pertama kali untuk Andi, atau Ratih memang wanita yang sangat nikmat."Kamu kerja?" tanya Andi, Ratih mengangguk."Dimana?""Bank swasta ... teller," jawab Ratih sambil membuat lingkaran di dada Andi."Sudah lama?""Apa?""Kerja sampingan?""Maksud kamu?""*One night stand?""No* ...." Ratih mengangkat wajahnya. "Aku gak pernah ... baru ini sama kamu, gak kenal terus ngelakuin.""Seperti sudah biasa," ujar Andi.
Sejak keributan yang terjadi karena pengakuan Ella pada Andi, wanita itu tak berhenti gelisah. Sejujurnya, ia mengkhawatirkan pria itu. Bagaimana juga, penyebab semua kejadian ini adalah dirinya sendiri. Andi berubah menjadi laki-laki pengecut dalam menghadapi permasalahan mereka. Ella marah. Namun, Ella mengasihani pria itu. Pada dasarnya, Andi selalu baik padanya. Mereka sudah banyak melalui kejadian susah senang bersama. Meski tak bisa menyelamatkan hubungan mereka, ia mau Andi baik-baik saja. Sebentar lagi, Andi akan menyelesaikan pendidikan spesialisnya. Laki-laki itu sudah memiliki beban cukup banyak selama ini, Ella merasa tak layak merusak kehidupan Andi, dengan petaka yang dibawanya. Pagi itu, Ella bersiap-siap akan menjenguk Andi. Ia sudah membayangkan kehancuran apartemen yang akan dibereskannya di kediaman pria itu. Satu sisi perasaannya sudah lega karena, meski ia mendapat perlakuan kasar dan menjijikkan dari pria itu, sekar
"Muka aku aneh?" tanya Fahri saat menyadari Ella menatapnya teru menerus. "Hah ...." Ella mengalihkan pandangannya, cambang Fahri benar-benar mengingatkan Ella pada Daru. Kenapa Ella rindu Daru, lelaki berengsek yang telah mengambil segalanya miliknya dan meninggalkannya begitu saja. Miris. "Muka aku aneh?" tanya Fahri sambil mengusap pipinya beberapa kali. "Nggak ... muka kamu nggak aneh, masih sesuai kok. Nggak rubah jadi makhluk astral," canda Ella. "Kok seram yah," kekeh Fahri. "Hahaha ... sudahlah nggak usah di bahas, ah aku duluan yah," ucap Ella sambil berjalan meninggalkan Fahri. "Eh ... tunggu," cegah Fahri sambil berlari mengejar Ella.