Lalu lintas sore itu cukup padat, Arya melirik jamnya berkali-kali khawatir ia terlambat untuk makan di restoran. Tempat yang diminta Arya datangi oleh Papahnya. Sambil menatap lampu merah yang lama, Arya teringat dengan pembicaraan dengan Papanya tiga hari yang lalu.
Saat di mana Papanya tiba-tiba memanggilnya dan memberikan satu pertanyaan yang tidak pernah Arya duga sebelumnya.
“Arya, bolehkan Papa menikah lagi?”
Arya mengenang pertanyaan Ayahnya, pertanyaan yang paling simple, paling to the point dan pertanyaan yang paling tidak di duga oleh dirinya. Mengingat selama dua tahun Papanya menjadi seorang duda, sibuk dengan dunia politik. Papanya tidak pernah membicarakan tentang pendamping hidup semenjak kepergian Ibunya.
Arya tahu bahwa orang tuanya dinikahkan melalui jalan perjodohan tapi, selama mereka hidup sebagai pasangan suami istri, mereka adalah rekan, partner, rekan dan sahabat baik. Ibu Arya memang selalu tidak sehat, kesehatannya memang ti
Terima kasih yang bagi yang sudah mendukung MMZ dan terima kasih MMZ saat ini memenangkan kompetisi kekasih berengsekku sebagai juara ke dua. terima kasih pada semua yang mendoakan dan mendukung kami. terima kasih Munaroh dan Zaenab juga dua Editor Kesayangan kami.. Terima Kasih banyak. Jangan lupa baca karya Gallon, yah, Skandal Cinta Pilot Angkuh di Goodnovel Indonesia. Salam Kellon dari Gallon
Daru membuka pintu kamarnya perlahan, dia membawakan susu hangat sesuai permintaan Ella tadi. Istrinya itu sedang duduk bersandar pada headboard, menggulir layar ponselnya. Ya, belakangan ini Ella memang lebih tertarik dengan ponselnya di banding yang lain. Berlama-lama melihat online shop lebih menarik dan menjadi salah satu hobi terbaru Ella. "Susunya di minum dulu, Miss Ella," ujar Daru yang sengaja memanggil Ella dengan sebutan Miss seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu. "Terimakasih, Pak Daru." Ella pun tersenyum, menyesap susu yang diberikan oleh Daru. Dari duduk di sebelah istrinya, sambil mengusap-usap perut yang semakin membesar itu. "Kamu pasti belanja baju bayi lagi, ya?" tanya Daru yang melihat Ella sedang memilah-milah jumper untuk bayi mereka. "Lucu-lucu, Mas ... nggak mungkin aku lewatkan." "Iya, tapi kan sayang kalo ke pakenya cuma sebentar, itu yang kemarin kamu belanja sama ibu aja belum ka
"Oke ... mengejan sekali lagi ya Ibu Ella, sedikit lagi kepalanya sudah kelihatan ya ... siap ya, hitungan ketiga," ujar Dokter Sarah yang membantu persalinan Ella. "Satu ... dua ... tiga ... sekarang Bu Ella," titah sang Dokter. Ella mengejan sekuat tenaga, semampu yang dia bisa. Genggaman tangan Ella semakin erat menggenggam tangan Daru, Daru meringis menahan sakit kala genggaman itu mencengkeram semakin kuat seakan akan mematahkan jari jemari Daru. "Iya ... terus Ibu, bagus ...." Suara tangis bayi memenuhi ruangan persalinan, bayi mungil yang masih ditempeli sisa-sisa plasenta itu menangis begitu keras. "Sempurna, ya ... semua lengkap, perempuan, cantik, berat badan dan tinggi semuanya baik," ucap dokter Sarah. "Selamat Bapak Daru dan Ibu Ella," ujar Dokter Sarah. Ella meneteskan air matanya, saat bayi mungil mereka berada di atas dadanya, mencari-cari puting susu sang Ibu. "Cantik," ujar Daru menatap bayi mereka. "Benar
Hidup itu selalu tentang pilihan. Tentang baik dan yang buruk, tentang kesulitan dan kemudahan, tentang berjuang atau memasrahkan, juga tentang menjadi baik atau tidak. Semuanya tentang pilihan. Tentu saja semua orang ingin hidupnya berjalan dengan baik. Namun, seringnya yang terjadi malah jauh melenceng dengan yang direncanakan. Begitu pula Andi yang sejak dulu merencanakan memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Ella. Gadis yang menjadi kekasihnya selama bertahun-tahun, namun hubungan itu kandas karena perselingkuhan yang dilakukan oleh wanita itu. Andi tetaplah manusia biasa. Laki-laki yang jauh dari kata sempurna. Ia marah, murka, membalas, puas, kemudian melampiaskan semuanya dalam satu waktu. Andi yang menjaga dirinya menjadi sosok lelaki berengsek, malah berubah menjadi sosok itu. Bagi Ella, Andi pernah menjadi lelaki berengsek. Bagi Andi, Ella juga pernah menjadi wanita berengsek yang mengkhian
Sewaktu kecil Ella tak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang ayah. Dia anak yang tumbuh besar dari ibu tunggal yang membesarkannya dengan menyingkir dari kecaman keluarga dan omongan orang terdekat. Sudah tak heran lagi kalau kebanyakan manusia selalu menganggap dirinya yang paling benar dan sempurna. Sehingga merasa lebih mudah untuk menghakimi kehidupan orang lain. Satu perasaan yang selalu Ella syukuri adalah bahwa ia dibesarkan oleh seorang wanita tangguh yang mengorbankan masa muda dan mampu mengalahkan egonya untuk tidak menikah lagi. Dulu Ella tak mengerti. Ia menganggap kalau apa yang dilakukan ibunya memang suatu keharusan. Membesarkannya, merawatnya, memberinya jajan yang cukup, pakaian bagus dan pendidikan mahal. Ella tak pernah bertanya uangnya dari mana. Dan ia tak pernah menyangka kalau sebagian besar apa yang diperolehnya berasal dari seorang pria yang ternyata diam-diam masih bertanggungjawab
Daru meluruskan letak dasinya menghadap sebuah kaca besar yang terletak di ujung kamarnya.Harus simetris dan presisi. Sesuai dengan motto dan kebiasaannya selama ini. Ponselnya sudah sejak tadi bergetar di atas meja nakas. Ibunya memang selalu tak sabar meski ia hanya terlambat semenit dua menit saja turun ke ruang makan."Pasti yang kemarin lagi dibahas," gumam Daru meraih ponsel dan tabletnya sekaligus.Perlahan ia menuruni tangga menuju lobby utama rumahnya. Para pegawai tak satupun kelihatan di sana. Pasti ulah ibunya lagi yang doyan mengomeli pembantu sampai-sampai semua pegawainya selalu mengulang pekerjaan mereka agar terlihat tak bermalas-malasan."Kok lama banget turunnya? Mama mau pulang, gak bisa lama-lama nginep di sini terus. Papa kamu sendirian di rumah." Anneke menyorongkan piring berisi dua helai roti yang telah dioleskannya unsalted butter pada Daru."Kalau mau pulang, ya pulang aja Ma. Aku dan Bayu gak apa-apa kok," tukas Daru se
"Pak Daru," panggil Ella sambil menatap manik mata hitam Daru yang entah kenapa membuat Ella terhipnotis. Mata hitam lelaki didepannya itu benar-benar membuat Ella menahan napasnya. Seksi dengan caranya sendiri. "Iya." Daru menjawab dengan dingin sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Daru benar-benar merasa seperti menyia-nyiakan beberapa detik waktu di hidupnya. "Pak, maaf tapi saya benar-benar berharap Bapak bisa meluangkan sedikit waktu untuk Bayu." Ella berkata sambil mencuri-curi pandang ke arah jari jemari pipih milik Daru yang benar-benar membuat imajimasi Ella langsung berkelana pada fantasi erotis miliknya. "Maksudnya?" tanya Daru sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja. Ella langsung menahan napasnya dan berjuang untuk menstabilkan suaranya. Detik ini yang ada di otak Ella bukanlah masalah mengenai Bayu. Tapi, di bagian tubuh Ella yang mana tangan itu bisa berlabuh. Astaga pikiran Ella benar-benar dipenuhi adegan-ad
Ella dan Daru hanya bisa menatap dalam diam. Terlihat sekali kebingungan di wajah mereka. Sapuan nafas Daru begitu terasa pada wajah Ella.Ya Tuhan, debaran jantung mereka saling bertalu berirama tak tentu arah. Baru kali ini Daru merasakan getaran aneh setelah kematian istrinya.Sempat beberapa kali dia mencoba untuk membuka hati pada wanita lain, salah satunya Renya, anak teman ibunya. Beberapa kali juga mereka melakukan ciuman, namun tak sedikitpun terbesit di benak Daru akan rasa lebih dari ini.Tapi kali ini, dengan tanpa sengaja tangannya berada di atas dada seorang gadis yang berusia jauh di bawahnya.Astaga dada itu rasanya seperti aahh ... pikiran Daru berkelana, nafasnya tiba-tiba memburu, tatapan mata Ella membuatnya tak dapat lagi berpikir.Daru mendekatkan wajahnya, dekat sekali, mata Ella sedari tadi sudah mengarah pada bibir itu. Rasa yang bergemuruh itu tak dapat
Daru tak mengerti setan apa yang sedang merasuki dirinya saat itu. Ia sering melewatkan waktunya bersama wanita-wanita cantik, bukan kali ini saja. Tapi sikap Ella dengannya sejak menit pertama mereka bertemu, membuat Daru seolah kehilangan akal.Daru merasakan kalau tangan Ella sudah mengacak rambut belakangnya. Wanita itu seperti tak pernah merasakan yang namanya berciuman. Nafasnya sudah terengah dan desahan berkali-kali keluar dari mulut mungil Ella.Naluri Daru sebagai laki-laki tak bisa disalahkan. Jemarinya mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Ella. Jemarinya menyusup mencari suatu benda yang membuatnya penasaran tadi.Beberapa saat mencoba menelisik bra yang dipakai Ella, Daru semakin menegang saat jemarinya menyentuh puting wanita itu. Ia mengusap benda itu dengan kasar dan memilinnya."Hmmmphh.." Ella mendesah dan tangannya meraba-raba tubuh Daru seolah sedang mencari sesuatu.