Rasa bersalah itu bergelayut di hati Andi, merutuki kebodohannya. Perbuatan hina itu dia lakukan pada Ella, wanita yang selama ini menjadi prioritas hidupnya.
"BRENGSEK!" Andi berteriak, memukuli dinding.
Tak pernah terpikirkan semua akan berakhir seperti ini, berakhir dengan perbuatan kejinya kepada Ella.
Lelaki itu terduduk di lantai, dia frustasi. Kecewa dengan keadaan,kecewa dengan kekasihnya, kecewa dengan dirinya sendiri. Kehidupan yang sudah dia rencanakan sejak awal bertemu Ella sudah tak lagi ada artinya. Semua hilang begitu saja, impiannya bersama Ella membina suatu keluarga kecil, hidup hingga tua bersama anak-anak mereka.
Sirna sudah semuanya, Andi menjambaki rambutnya, dia benturkan kepalanya ke dinding. Apa yang harus dia lakukan kini, Ella sudah pergi. Gadis itu pergi membawa luka yang menganga di hati.
Andi merasakan kepalanya hampir pecah, memikirkan bagaimana na
Andi, katanya tadi namanya Andi. Ratih pasti tak salah dengar. Namanya begitu sederhana dengan sikap sembrono seorang pria muda. Sama seperti ia dulu. Begitu sembrono tertipu mentah-mentah dengan jebakan kata cinta dan sebuah pengorbanan bodoh. Perjuangan membabi-buta hanya untuk meneguhkan cinta pada seorang pria sampah. Ratih melihat dirinya yang dulu, bersemayam dalam jiwa Andi. Penuh amarah, berbalut kesedihan, juga berlumur berahi. Ratih sudah membawa Andi ke tempat di mana pria itu ingin dibawa. Apartemennya. Dalam keadaan setengah sadar, pria itu memencet kombinasi angka untuk membuka kamar. Barang-barang berserakan. Sebagian hancur dan letak perabot banyak bergeser karena paksa. Sebuah keributan pasti baru saja terjadi di tempat itu. Keributan yang Ratih tahu pasti menyebabkan Andi yang tak pernah minum, langsung memesan alkohol 40% dalam dua takaran sekaligus. Andi tampan, tapi bodoh. Mereka berdua sudah t
“Sudah keluar?” tanya Ratih sambil menatap Andi. “Iya ....” Andi menjawab sambil menahan beban tubuhnya dengan tangannya, kenikmatan yang baru Andi rasakan tadi masih bisa ia rasakan sampai detik ini. Ratih tersenyum melihat Andi yang seperti kebingungan menatapnya, “Kenapa? Ada yang salah?” tanya Ratih sambil mengusap dada Andi yang liat dan menggairahkan. “Kamu bukan Ella, kamu siapa?” Andi mengusap pipi Ratih dengan punggung tangannya, kesadarannya seakan kembali mengetuk, membuat Andi sadar kalau wanita yang sudah memberikan kenikmatan tanpa batas pada dirinya adalah orang lain bukan Ella. “Hahaha ... sudah sadar kamu sekarang?” tanya Ratih sambil mendorong tubuh Andi, membuat lelaki itu berguling ke sampingnya. “Mau kenalan secara benar?” “Iya,” jawab Andi pelan. “Ratih, namaku, Ratih bukan Ella,” jawab Ratih santai, dia tidak peduli kalau selama mereka melakukannya tadi, Andi menganggap dirinya adalah Ella. Yang dia tahu Andi ada
Andi menyematkan helaian rambut wanita yang sedang menatapnya dan bertumpu di atas dadanya itu. Cantik, cantik sekali seperti tak tercela, matanya indah hanya riasan tipis saja Ratih masih terlihat seksi.Dada wanita itu terasa kenyal di dada Andi, ingin sekali lagi rasanya dia coba, entahlah rasanya seperti tak pernah cukup. Apa karena ini yang pertama kali untuk Andi, atau Ratih memang wanita yang sangat nikmat."Kamu kerja?" tanya Andi, Ratih mengangguk."Dimana?""Bank swasta ... teller," jawab Ratih sambil membuat lingkaran di dada Andi."Sudah lama?""Apa?""Kerja sampingan?""Maksud kamu?""*One night stand?""No* ...." Ratih mengangkat wajahnya. "Aku gak pernah ... baru ini sama kamu, gak kenal terus ngelakuin.""Seperti sudah biasa," ujar Andi.
Sejak keributan yang terjadi karena pengakuan Ella pada Andi, wanita itu tak berhenti gelisah. Sejujurnya, ia mengkhawatirkan pria itu. Bagaimana juga, penyebab semua kejadian ini adalah dirinya sendiri. Andi berubah menjadi laki-laki pengecut dalam menghadapi permasalahan mereka. Ella marah. Namun, Ella mengasihani pria itu. Pada dasarnya, Andi selalu baik padanya. Mereka sudah banyak melalui kejadian susah senang bersama. Meski tak bisa menyelamatkan hubungan mereka, ia mau Andi baik-baik saja. Sebentar lagi, Andi akan menyelesaikan pendidikan spesialisnya. Laki-laki itu sudah memiliki beban cukup banyak selama ini, Ella merasa tak layak merusak kehidupan Andi, dengan petaka yang dibawanya. Pagi itu, Ella bersiap-siap akan menjenguk Andi. Ia sudah membayangkan kehancuran apartemen yang akan dibereskannya di kediaman pria itu. Satu sisi perasaannya sudah lega karena, meski ia mendapat perlakuan kasar dan menjijikkan dari pria itu, sekar
"Muka aku aneh?" tanya Fahri saat menyadari Ella menatapnya teru menerus. "Hah ...." Ella mengalihkan pandangannya, cambang Fahri benar-benar mengingatkan Ella pada Daru. Kenapa Ella rindu Daru, lelaki berengsek yang telah mengambil segalanya miliknya dan meninggalkannya begitu saja. Miris. "Muka aku aneh?" tanya Fahri sambil mengusap pipinya beberapa kali. "Nggak ... muka kamu nggak aneh, masih sesuai kok. Nggak rubah jadi makhluk astral," canda Ella. "Kok seram yah," kekeh Fahri. "Hahaha ... sudahlah nggak usah di bahas, ah aku duluan yah," ucap Ella sambil berjalan meninggalkan Fahri. "Eh ... tunggu," cegah Fahri sambil berlari mengejar Ella.
Ella akhirnya memilih untuk turun dari taksi, memasuki pelataran gedung itu pandangannya mengedar pada banyaknya karangan bunga berbentuk ucapan selamat untu Daru dan Renya. Ella berjalan gontai, memasuki gedung itu. Gedung yang di dekorasi dengan banyaknya taburan bunga di sepanjang jalan sampai ke pelaminan. Untaian bunga-bunga di sepanjang jalan masuk, pelaminan yang indah.Tamu-tamu berdatangan memenuhi ruangan itu, bisik-bisik terdengar dari mereka ketika kedua mempelai masuk menyusuri jalan hingga sampai ke pelaminan.Daru dengan gagahnya memakai tuksedo berwarna putih, dan wanita cantik yang selalu melemparkan senyum itu begitu anggun dengan dress berwarna senada.Ella memandangi keduanya, seharusnya dia yang berada di pelaminan itu bersama Daru, laki-laki yang dia cintai itu. Namun, semua hanyalah mimpi untuk Ella, untuk menggapainya saja sudah tak lagi Ella sanggup. Daru sudah memporak porandakan hatinya, luka y
Saat berpacaran dengan Ella, Andi sudah memperkenalkan image-nya sebagai lelaki baik-baik. Sering terlintas di pikirannya untuk meneruskan cumbuan terhadap Ella, hingga berujung pada hubungan intim. Namun, hubungannya yang semakin dekat dengan wanita yang melahirkan kekasihnya, membuat Andi malu pada dirinya sendiri. Tak jarang Ella hampir membuatnya kelepasan. Namun, semuanya berujung pada wajah kecewa wanita itu menatapnya. Padahal, ia sering membayangkan hal-hal erotis bersama wanita itu. Dan sekarang, kehidupan percintaan mereka hancur lebur. Sejak Ella mengakui kehilangan keperawanannya dengan seorang laki-laki lain. Ia sangat terpukul. Sangat sakit hati. Hingga berujung pada pertemuannya dengan Ratih. Ratih memang bukan wanita suci seperti Ella. Namun, menghabiskan malam bersama Ratih, membuatnya kembali menjadi pria seutuhnya. Ratih begitu memujanya. Lembut, keibuan, dan liar di ranjang.
Daru menggeram saat merasakan bagian kejantanannya dilumat dan dihisap oleh Renya. Detik itu juga langsung merasakan, kenikmatan yang menjalar dari bagian kejantanannya hingga ke seluruh tubuhnya. Sialan Renya benar-benar membuat dirinya merasakan kenikmatan yang membangkitkan setiap inci tubuhnya. Renya bukan Ella yang pasrah dan menurut semua keinginannya. Renya adalah tipe perempuan yang haus akan sex dan tukang perintah. Baiklah, kalau ini keinginan Renya, dia ingin sex Daru akan berikan sex yang Renya inginkan.