“Lantas untuk siapa? Anakmu?”“Tidak usah banyak tanya, bersiaplah, lima belas menit dari sekarang kita berangkat,” putus Kenzo.Kenzie tercengang. Bagaimana bisa Kenzo meminta bersiap hanya dalam waktu lima belas menit?“Kau gila? Lima belas menit terlalu singkat, aku butuh paling tidak tiga puluh menit untuk bersiap.” Kenzie mencoba bernegosiasi.“Baiklah, sepuluh menit,” tutup Kenzo seraya meninggalkan Kenzie yang sedang bersungut-sungut kesal.“Om-om gila!”“Sembilan menit lagi, pergunakan waktumu sebaik mungkin, kalau tidak kau akan kehilangan kesempatan emas ini,” sahut Kenzo dengan langkah lebarnya.“Brengsek!” umpat Kenzie. Ia segera berlari menuju kamar, membuka lemari dan memilih satu pakaian yang pas. Pilihannya jatuh pada dress selutut dengan motif bunga. Ada tali yang menggantung di area dada, juga kerutan di sekitar paha yang memperlihatk
Aura meninggalkan kediaman Kenzo dengan harga diri yang sudah tinggal separuh. Ia merasa sangat terhina diperlakukan demikian oleh lelaki yang dulu amat memujanya. Sekarang, di depan matanya, Kenzo lebih memilih wanita lain, ia tidak akan tinggal diam. Aura bertekad akan membalas perlakuan Kenzo, dan membuat lelaki itu sadar betapa kualitas dirinya jauh di atas wanita tadi. Masih dengan emosi meluap, Aura menghubungi seseorang dan memaki orang tersebut. “Siapa wanita yang bersama Ken?!” “Maksudku siapa dia? Dan mengapa bisa menjadi istri Kenzo?” “Brengsek! Tidak ada gunanya!” Tut! Aura memutus panggilan sepihak, kemudian memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia perlu bertemu seseorang untuk mengembalikan suasana hatinya yang sangat buruk karena perbuatan Kenzo. Meninggalkan Aura dengan segala kemarahannya, Amanda dan Gala sedang bersantai di bawah pohon rindang dengan sebotol air mineral di tangan masing-masing. “Kemarin kamu ke mana, Gal?” “Aku pergi nemenin Tante, Man.”
“Tidak perlu ke kamar mandi, aku bisa membantumu menuntaskannya kalau kau mau.” “Terima kasih. Tapi maaf, asetku terlalu berharga untuk wanita sepertimu!” balas Kenzo tajam. Ia berlalu dari hadapan Amanda yang secara terang-terangan menggodanya. Bukannya menyerah karena mendapat respons tidak menyenangkan, Amanda justru merasa sangat tertantang. Ia akan memanfaatkan waktu kurang dari tiga bulan untuk menarik perhatian Kenzo. Amanda sangat yakin, cepat atau lambat Kenzo akan luluh dan bertekuk lutut di hadapannya. “Manda? Ngapain kamu di sini? Katanya lari pagi sama Gala?” tanya Kenzie. Ia terkejut mendapati Amanda berada di depan ruang kerja Kenzo. “Udah pulang,” balas Amanda seraya berlalu. Kenzie menatap punggung Amanda yang menjauh seraya mengeleng-gelengkan kepala. Ia merasa seperti sudah kehilangan sosok Amanda, adiknya berubah karena alasan yang tidak benar-benar dia pahamu. “Semoga kita bisa seperti dulu, Man, Kakak rindu,” gumam Kenzie. Meninggalkan Kenzie yang sedang be
Belum sempat Kenzie menjawab, suara ketukan pintu mengalihkan fokus mereka. Sontak, keduanya menatap ke arah yang sama.“Siapa itu?” tanya Kenzie.“Mana kutahu,” jawab Kenzo kesal.“Aku akan melihatnya lebih dulu.”“Tidak usah, biar aku saja.“Baiklah.”Kenzo turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu, kemudian dia menarik handel dan melihat Bi Minah berdiri di hadapannya dengan wajah bersalah. Lelaki itu kembali menutup pintu, tak ingin Kenzie mendengar apa yang akan ia katakan pada wanita paruh baya tersebut.“Ada apa? Bukannya sudah kukatakan jangan mengetuk pintu saat aku dan istriku sedang berada di kamar?!” ketus Kenzo.“Ma-maf, Tuan, tapi ada hal mendesak,” jawab Bi Minah gugup, ia sangat takut melihat wajah tak bersahabat Kenzo.“Aku tidak peduli apa pun itu! Pergi, dan jangan ganggu aku!” usir Kenzo.Bi Minah sema
“Rhea, apa yang terjadi, mengapa kau menangis, sayang?” tanya Lidia saat Rhea tiba-tiba datang dan menghambur ke pelukannya. Hari masih sangat pagi, namun Rhea sudah berada di rumah mewah Brata dengan mata sembab dan hidung merahnya. “Ah, tidak apa-apa Tante, hanya flu saja,” elak Rhea. Ia sengaja berbohong demi menarik simpati Lidia dan Brata. Karena dia yakin, meskipun mereka mengizinkan Kenzo menikah dengan wanita lain, keduanya tetap berharap dirinya yang menjadi menantu di rumah ini. “Sejak kapan kau pandai berbohong, hm?” Lidia menatap Rhea penuh selidik. Brata yang sejak tadi menyaksikan interaksi keduanya, tampak penasaran juga. Ia mendekat dan memeluk mesra pinggang sang istri. “Ada apa, Lid?” “Mas, tolong hubungi Kenzo, suruh dia kemari, anak itu harus diberi pelajaran,” ucap Lidia seraya menggandeng Rhea dan membawanya ke kamar. Tanpa berniat menolak, Brata segera menghubungi putra semata wayang yang setelah menikah tak pernah sekalipun datang atau sekadar bertanya kaba
Kenzie menyimpan tanya di kepalanya, sampai Kenzo kembali usai membersihkan diri, ia masih memegang ponsel lelaki itu. Kenzo mengernyitkan kening melihat benda berkamera tiga tersebut berada di tangan Kenzie.“Siapa yang menyuruhmu menyentuh ponselku?” tanya Kenzo dingin. Ia paling tidak suka orang lain mengganggu privasinya, tak terkecuali Kenzie.Menyadari perubahan suasana hati Kenzo, Kenzie meletakkan benda tersebut ke tempat semula kemudian berlalu tanpa berucap apa-apa. Seharusnya ia sadar, meskipun sudah terjadi kontak fisik di antara mereka, Kenzo tetaplah Kenzo, laki-laki kaya yang punya segalanya, dan bisa mendapatkan apapun sesuai keinginannya. Dirinya hanya figuran di hidup lelaki itu.“Kenapa dia?” gumam Kenzo. Ia menatap layar ponselnya, karena tak terlihat ada yang mencurigakan, Kenzo melanjutkan aktivitasnya.Sudah tiga puluh menit berlalu, namun Kenzie belum juga keluar dari k
“Zie, jalan yuk!” ajak Anggita. Waktu menunjukkan pukul lima sore, Kenzie sudah mengganti seragam dengan pakaian biasa. Saat ia hendak pulang, Anggita mengajaknya pergi. Tanpa pikir panjang, Kenzie mengangguk setuju. Lagipula, ia sedang malas pulang. “Yuk, gas!” “Semangat amat,” ledek Anggita. “Gak papa dong. Lagian udah lama juga kita gak keluar bareng.” Memang benar, sejak Kenzie menikah intensitas mereka bertemu selain di tempat kerja tidak pernah terjadi lagi. Bukan karena Kenzie lupa pada sahabatnya, melainkan Anggita sendiri yang merasa tidak enak untuk mengajak Kenzie yang sekarang sudah bersuami. “Hahaha iya sih, bener juga,” ujar Anggita disertai tawa khasnya. Mereka merapikan penampilan lebih dulu, sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan kafe tersebut. Kenzie berharap, semoga hati dan pikirannya menjadi lebih tenang setelah jalan-jalan dengan Anggita. “Eh, kamu gak mau minta izin suami dulu?” Kenzie menggeleng. “Enggak perlu, pasti diizinin, lagian cuma sebentar,” u
“Apa yang kau inginkan?” tanya Kenzo seraya menatap tak suka gadis di depannya. Mereka tengah berada di suatu tempat dengan cahaya temaram. Namun, Kenzo masih bisa melihat bagaimana terbukanya penampilan gadis tersebut.“Tidak ada. Sekadar ingin bertemu saja, Bang,” balas gadis itu. “Aku tidak tertarik denganmu!” tegas Kenzo.“Aku tak peduli,” sahut gadis itu santai. “Perempuan gila!” hardik Kenzo.“Memang, aku gila karenamu.”Kenzo hendak berbalik, namu gadis yang tak lain adalah Amanda menghalangi langkahnya. Ia menatap Kenzo penuh minat, seolah lelaki itu hidangan lezat di kala lapar melanda. “Jangan pergi,” cegah Amanda. “Cih! Aku tak punya alasan mengikuti keinginanmu.”“Maka, mulai sekarang aku akan membuatmu memiliki alasan untuk melakukannya.”“Jangan coba-coba mengancamku!”Kenzo menatap tajam pada Amanda. Sementara yang ditatap sama sekali tak merasa takut, Amanda justru mengerlingkan mata, menggoda Kenzo dengan se