Sepulang sekolah, Elisa berlari menghampiri ayahnya yang sedang minum teh, kemudian mencium tangannya.
"Ada apa kok semangat gitu?" tanya ayahnya heran.
"Ayah tau nggak, di sekolah Elisa ternyata banyak orang terkenal! Ada artis, anak artis, anak pejabat, pokoknya anak-anak orang kaya, Yah," terang Elisa dengan bersemangat.
"Oya?" Ayahnya menunjukkan ketertarikan.
"Iya, Yah. Terus ada anak orang terkaya ke-37 Indonesia di kelas Elisa!" Elisa makin terdengar bersemangat.
"Halah... paling juga dia nggak mau nyapa kamu kan?" tanya ayahnya meremehkan.
"Hmm... Ayah ngeremehin Elisa. Dia itu duduknya pas di depan Elisa, suka ngajakin Elisa ngobrol!" timpal Elisa.
Ayahnya yang sangat terkejut itu pun memuncratkan teh yang sedang diminumnya. Elisa ikut terkejut melihat ayahnya terkejut.
"Loh, kok Ayah kaget banget sih? Ayah aja ngobrol-ngobrol sama Pak Bambang Linardi, masa denger gini aja Ayah kaget sampe segitunya?" Elisa tidak menya
Saat jam istirahat kedua siang itu, Elisa masih duduk diam di kursinya sambil memegang selembar kertas. Kertas yang dipegangnya itu adalah sebuah formulir pendaftaran untuk kegiatan ekstrakurikuler. Dijelaskan bahwa tiap-tiap siswa boleh mengikuti maksimal 2 pilihan kegiatan ekstrakurikuler.Elisa membaca pilihan-pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di hadapannya itu. Terdapat sekitar 12 pilihan kegiatan yang bisa ia ikuti. Pilihan-pilihan kegiatan yang ada di situ sangat menarik bagi Elisa, salah satunya adalah Olah Vokal dan Jurnalistik. Tapi masalahnya terletak pada tulisan di dalam kolom yang terletak di sebelah kolom pilihan kegiatan. Isinya sungguh membuatnya terkejut. Kolom tersebut berisi besarnya iuran yang harus dibayarkan per bulan untuk masing-masing kegiatan, yang nominalnya tidaklah murah.SMA Akasia memang sangat serius dalam mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikulernya dengan tujuan memupuk bakat dan minat masing-masing siswa. Karena itu f
"Ayah...," panggil Elisa sambil cemberut pada ayahnya yang sedang duduk di depan TV. Ia lalu menyerahkan selembar kertas yang merupakan fomulir pendaftaran kegiatan ekstrakurikuler."Apa ini, Sa?" tanya ayahnya sambil menerima kertas dari Elisa itu.Elisa duduk sebelum menjawab pertanyaan ayahnya itu. "Formulir pendaftaran ekskul, Yah," jawabnya sambil tetap cemberut."Oh... Terus kok kamu cemberut gitu, Sa?" tanya ayahnya heran."Mahal Yah, iurannya...," jawab Elisa dengan nada sedih."Iya, Ayah udah dikasih tau waktu nyerahin berkas. Nggak apa-apa, udah dikasih sekolah sama fasilitasnya gratis, masa ekskul juga mau gratis?" Ayahnya menenangkan Elisa. Untuk beasiswa di sana, semua biaya sekolah, termasuk SPP, buku, seragam, biaya ujian, dan lain sebagainya memang digratiskan. Tapi khusus untuk ekstrakurikuler, mereka harus tetap membayar."Terus jadinya kamu mau ikut apa?" tanya ayahnya."Tuh, udah Elisa centang," jawab Elisa s
Alex mengambil handphone yang diletakkannya di samping komputernya setelah mendengar nada pesan notifikasi masuk. Ia segera membukanya dan melihat beberapa pesan notifikasi yang memang ia diamkan sedari tadi saking asyiknya ia bergumul dengan musiknya.Ada beberapa notifikasi masuk dari beberapa media sosial miliknya. Ia pun membuka pesan notifikasi dari website komunitas sekolah. Ada beberapa notifikasi baru yang menginformasikan tentang nama beberapa follower barunya. Alex tak membacanya dengan seksama dan langsung melewatinya. Ia memang tak pernah menaruh perhatian pada siapa saja yang mengikutinya di sosial media mana pun.Ia melanjutkan membaca pesan notifikasi yang berisi pesan pribadi yang masuk di akunnya itu. Di inbox-nya terdapat beberapa pesan baru yang masuk. Dilihat dari namanya, rata-rata pengirim pesan itu adalah perempuan. Biasanya ia akan menerima banyak pesan dari teman seangkatan ataupun kakak kelas perempuan. Tapi semenjak ia naik kelas dan me
Hari Senin pagi. Elisa berjalan memasuki ruangan kelasnya yang sudah terdapat beberapa teman-teman perempuannya sedang mengobrol bersama. Ia pun duduk di kursinya, yang di sebelahnya sudah terdapat Aurora yang sedang bermain handphone.Ia memperhatikan sekumpulan teman-teman perempuannya yang sedang mengobrol bersama itu. Ada Sonya, Michelle, Monik, Niken serta dua orang yang lain. Elisa mendengarkan obrolan teman-temannya itu dari kejauhan."Kemarin berangkatnya pagi, malemnya udah pulang." Sonya seperti sedang menceritakan sesuatu."Ke Singapore pulangnya cuma beli sepatu ini?" tanya Monik sambil menunjuk sepatu Sonya yang terlihat baru, dan mahal. Belinya di Singapura kemarin hari Minggu."Nggaklah... Sama beli baju-baju juga. Mama aku juga belanja tas Prada, yang limited edition. Adanya cuma di sana," jawab Sonya."Nggak dikirim aja Son, daripada jauh-jauh ke sana?" tanya Niken yang sepertinya kurang memahami tentang dunia fashion."Ngga
Pagi itu Ryan sedang sarapan bersama orang tua dan kakak laki-lakinya. Rumah mereka terlihat sangat bersih dan rapi. Tidak heran, karena mereka adalah keluarga dokter. Papanya merupakan dokter spesialis kulit terkenal yang sudah memiliki acaranya sendiri di TV nasional, Dokter Adiguna Santoso. Beliau juga memiliki jaringan klinik kecantikan yang membuka banyak cabang di berbagai kota, Lotus Skin Care & Clinic. Sedangkan mamanya merupakan seorang dokter spesialis jantung yang bekerja di salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, Wijaya Medika. Kakaknya sendiri merupakan seorang mahasiswa kedokteran di Singapura, yang saat ini masih dalam liburan semester. "Cuci tangannya dulu," pinta mamanya pada Ryan. "Udah, Ma," jawab Ryan. Makanan yang tersedia di hadapan mereka adalah makanan-makanan sehat dengan gizi seimbang dari sebuah katering healthy food yang memang biasa mereka pesan setiap hari. Selain sangat memperhatikan kebersihan dan apa
Sepulang kegiatan ekstrakurikuler hari itu, Alex langsung pulang ke rumah. Saat memasuki rumah, ia melihat papa, mama, Ericko, dan Katrin serta beberapa pegawai papanya sedang berada di rumah. Malam hari itu, mereka akan menghadiri acara Grand Launching proyek Superblok terbaru mereka, Lunar Land. Mereka semua sedang bersiap-siap untuk acara tersebut di rumah Alex."Ini Alex pulang," kata Katrin tiba-tiba pada papa dan mamanya."Lex, nggak usah les dulu ya. Nanti ikut kita," pinta papanya dengan lugas."Ikut ke acara, Pa?" tanya Alex merujuk pada acara Grand Launching Superblok Lunar Land."Iya, kamu siap-siap sekarang," perintah papanya."Loh, tumben, Pa? Alex kan biasanya nggak pernah ikut?" tanyanya heran.Alex memang tidak pernah mau mengikuti acara-acara perusahaan, grand launching, grand opening, soft launching, soft opening, gathering, apa pun itulah namanya. Ia merasa belum siap disorot media saat ini dan berencana akan mulai menujuk
Alex melihat ke arah pintu masuk dan dilihatnya Pak Teddy Gunawan beserta istrinya memasuki Grand Ballroom, diikuti oleh Steven yang berjalan di belakangnya. Alex mendadak merasa senang bercampur lega karena ada temannya di situ. Orang-orang yang sedang berdiri bersama Alex di situ juga melihat ke arah pintu masuk, penasaran tentang tokoh siapa lagi yang datang."Ma, Pa, Tante, Om, Alex mau ketemu sama teman Alex dulu ya," pamitnya pada mereka, kemudian pergi berjalan menghampiri Steven."Temennya... Anaknya Pak Teddy," terang mama Alex pada Bapak dan Ibu Sutikno yang juga mengenal Pak Teddy Gunawan. Kebetulan Pak Teddy, Papa Steven itu, juga mempunyai saham di PT. Linardi Development.Steven yang tidak tahu bahwa Alex juga berada di sana dibuat sangat terkejut saat Alex menghampirinya. "Loh, Lex? Nih aku nggak salah liat?" tanya Steven merasa tidak percaya."Dipaksa ikut, yaudah," jawab Alex santai."Wah wah wah... nggak nyangka kamu juga ikut ke
"Ya bukanlah!" jawab Alex pada akhirnya, berusaha agar tak terlihat bahwa ia sedang berbohong. Alex pun mengembalikan handphone Ali yang dipegangnya tadi."Beneran, Lex? Aneh loh namanya bisa sama persis," kata Ali curiga."Yaelah, beneran! Papa aku tuh cuma Manajer," jawab Alex berbohong. Omnya yang sering mengambilkannya rapor memang seorang Manajer di salah satu perusahaan milik papanya."Ah, masa sih, Lex?" tanya Ali yang tetap saja merasa tak percaya."Nggak percaya amat sih, Li? Emangnya kamu pernah liat aku sama keluarga Linardi? Nggak mungkin kan kalau emang bener aku anaknya Bambang Linardi, tapi nggak pernah keliatan sekalipun sama keluarganya? Lagipula orang itu juga kayaknya udah usia 20 tahunan makanya dia ikut acara perusahaan." Alex mencoba memberikan alasan yang masuk akal."Iya juga ya," jawab Ali. Untung saja temannya itu bukan anak jenius yang pastinya akan sulit untuk ditipu. Alex pun menunggu reaksi selanjutnya dari Ali.