Home / Romansa / Terjebak Dua Cinta / Bab 03 - Berbagi Suami

Share

Bab 03 - Berbagi Suami

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-08 11:28:00

"Enggak nyangka kita bisa ketemu di sini," tutur Yosrey sembari mengamati perempuan berambut sebahu lekat-lekat. "Apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kanan. 

Tanti memandangi tangan lelaki di hadapannya sesaat, sebelum menjabatnya secara asal dan segera menariknya. "Kabarku, cukup baik," sahutnya. 

Perempuan berhidung bangir mengalihkan perhatian pada deretan minuman, kemudian mengambil beberapa botol rasa yang menjadi kesukaannya. Tanti menutup pintu lemari pendingin, lalu berbalik dan hendak menjauh. 

"Ti, bisa kita bicara sebentar?" tanya Yosrey. 

Tanti berhenti. "Ini sudah malam, Mas. Aku harus buru-buru pulang," terangnya tanpa menoleh. 

"Kalau begitu, besok saja. Sesuai perjanjian kita." 

"Aku nggak ada janji. Aku cuma bilang akan memikirkannya." 

"Ini benar-benar penting, Ti. Waktuku juga nggak lama di sini. Bulan depan aku harus kembali ke Jepang." Yosrey berpindah ke samping kanan dan memegangi lengan perempuan berkulit kuning langsat yang seketika menjengit. "Hanya satu jam aku meminta waktumu. Bisa?" desaknya. 

Tanti terhenyak. Dia ingin menarik tangannya, tetapi Yosrey justru menguatkan pegangan. "Akan kupikirkan," tuturnya. 

"Segera beritahu aku." 

Tanti terpaksa mengangguk. Dia menyentakkan tangan yang akhirnya terlepas. Perempuan berbibir tipis segera menjauh tanpa berpamitan. Dia membatalkan niat berbelanja dan meletakkan keranjang di sembarang tempat. 

Yosrey memandangi perempuan tersebut hingga sosoknya menghilang di balik pintu kaca mini swalayan. Pria beralis tebal mendengkus pelan. Dia menyadari jika Tanti sepertinya masih marah karena dia meninggalkan perempuan tersebut secara mendadak. 

Yosrey berharap Tanti mau menemuinya esok hari, karena dia akan menjelaskan alasan kepergiannya ke negeri sakura. Yosrey juga menginginkan Tanti mau mengerti dan bisa memaafkannya. 

Sementara itu di tempat berbeda, Ristin sedang melamun sembari memandangi langit malam dari jendela apartemennya. Perempuan berambut sepundak terngiang-ngiang penuturan Farzan yang beberapa menit lalu menghubunginya. 

Ristin sudah mengetahui tentang perjodohan antara Farzan dan Tanti. Dia kecewa dan sedih karena ternyata orang tua Farzan memang benar-benar tidak menyetujui hubungan mereka. 

Ristin teringat, selama beberapa kali berkunjung bersama Farzan, hanya Jihan dan Irshad yang bersikap ramah padanya. Sedangkan Haedar dan Nuri nyaris tidak pernah mengobrol dengannya. 

Ristin sempat menanyakan hal itu pada Farzan, tetapi pria bermata sendu memintanya untuk tetap sabar dalam mendekati orang tuanya. Sekarang, Ristin paham kenapa Haedar dan Nuri mengabaikannya. Tidak lain alasannya karena mereka telah memilihkan perempuan lain yang akan menjadi calon istri Farzan. 

Bunyi pintu kamar yang terbuka tanpa ada ketukan sebelumnya, mengejutkan Ristin berbalik dan  spontan mendelik pada orang yang muncul sembari membawa bungkusan. 

"Ris, mau martabak, nggak?" tanya Shireen Rowena sembari duduk di bangku dekat meja rias. 

"Kamu, kenapa selalu nyelonong aja?" Ristin balik bertanya. 

"Aku udah ngetuk, kok." 

"Kapan?" 

"Sedetik sebelum membuka pintu." 

Ristin melengos, sedangkan Shireen mengulaskan senyuman lebar. Aroma harum menguar ketika perempuan bermata bulat membuka tutup kotak makanan. 

Ristin melirik sahabatnya yang langsung menyantap kudapan, kemudian perempuan berambut sebahu turut meraih sepotong dan menyuapkan makanan ke mulutnya. 

Selama beberapa saat suasana hening. Keduanya sibuk menikmati hidangan tanpa berbincang. Ristin kembali memandangi langit yang gelapnya sama dengan hatinya. Dia tidak menyangka jika tengah diperhatikan perempuan berkaus putih. 

"Ris," panggil Shireen setelah makanan di kotak habis. 

"Hmm." 

"Sudah ada kabar dari Mas Farzan?" 

"Tentang apa?" 

"Rencana pernikahan kalian." 

Ristin terdiam sesaat, lalu berkata, "Tadi dia nelepon, dan menjelaskan kalau dia terpaksa memenuhi permintaan ayahnya." 

"Lalu, bagaimana denganmu?" 

"Mas bilang, dia juga akan menikahiku." 

"Ehm, maksudnya, poligami?" 

"Hu um." 

"Apa kamu yakin mau berbagi suami?" 

Ristin kembali terdiam. Dia menghela napas berat, sebelum mengembuskannya perlahan. "Apa aku punya pilihan?" tanyanya sembari memandangi Shireen dengan sorot mata sendu. 

"Mungkin kamu bisa meninggalkannya dan mencari pria lain." 

Ristin menggeleng. "Aku sangat mencintainya." 

"Tapi berbagi cinta itu berat, Ris." 

"Ya, aku tahu," sahut Ristin. "Tapi Mas Farzan sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya. Lagi pula, pernikahan mereka hanya berlangsung setahun," lanjutnya. 

"Omongan itu bisa berubah. Apalagi bagi laki-laki. Perempuan itu halal buatnya. Bisa saja Mas nggak kuat menahan keinginan untuk menyentuhnya." 

Ristin kembali menggeleng. "Aku sangat percaya pada Mas." 

Shireen tertegun, lalu mendengkus pelan. "Kamu cinta buta," ledeknya. 

"Mungkin memang begitu." 

"Kalau aku jadi kamu, mending aku tetap sendiri daripada dipoligami." 

***

Hari berganti. Siang itu, Tanti tengah larut dalam pekerjaan ketika ponselnya berdering. Dia terkejut saat membaca nama pemanggil dan segera menjawabnya.

Sekian detik berikutnya Tanti sudah berada di koridor lantai dua kafe yang menjadi tempat khusus kantor. Dia bergegas menuruni tangga, kemudian celingukan mencari sosok orang yang tadi menghubunginya. 

Tanti mengayunkan tungkai menyambangi lelaki berkemeja biru tua. Dia spontan merapikan pakaian, sebelum memaksakan senyuman untuk menyapa sang tamu. Tanti menarik kursi di hadapan lelaki berambut lebat, kemudian duduk dengan punggung tegak. 

"Apa aku mengganggu?" tanya Farzan tanpa mengucapkan kata-kata pembuka. 

"Enggak, Mas," sahut Tanti. 

"Kamu udah makan siang?" 

"Belum." 

"Kita makan sama-sama." 

"Aku bisa nanti, Mas. Tadi aku sudah ngemil, jadi sekarang belum lapar." 

"Kalau begitu, temani aku makan." 

Tanti mengangguk. Dia enggan berdebat karena penasaran dengan maksud kedatangan pria berparas manis di hadapannya. Tanti memanggil pegawai kafe untuk memesan minuman kesukaannya. Kemudian, dia menunduk sambil menunggu Farzan memulai percakapan. 

"Aku datang ke sini, untuk menyampaikan sesuatu," tukas Farzan. Dia berhenti berbicara sejenak, kemudian melanjutkan percakapan. "Aku menyetujui perjodohan kita," lanjutnya yang menyebabkan Tanti menengadah dan menatapnya saksama.

"Bukannya waktu itu Mas bilang mau menolaknya?" tanya Tanti. 

"Ya, tapi ternyata Ayah tetap bersikeras untuk menikahkan kita," jelas Farzan. "Aku tidak bisa menolak, karena takut kondisi Ayah akan kian memburuk," sambungnya.

"Ehm, ya. Tapi, gimana dengan pacar Mas?" 

Farzan mengamati perempuan yang diakuinya manis, lalu menyahut, "Aku akan menikahinya, sebulan setelah pernikahan kita." 

Tanti terkesiap. Dia mengerjap-ngerjapkan mata karena kaget dengan penuturan Farzan. "Maksudnya, Mas akan melakukan poligami?" tanyanya. 

"Ya. Selain itu, pernikahan kita hanya berlangsung sampai setahun ke depan. Aku juga tidak akan menyentuhmu. Jadi, kamu akan tetap suci." Farzan memajukan badan, kemudian bertutur, "Jika dalam jangka waktu itu kamu jatuh hati pada pria lain, kita segera urus perceraian. Agar kamu bisa menikahinya." 

Tanti terdiam. Dia benar-benar tidak menduga jika Farzan akan mengusulkan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. 

"Mohon maaf, Mas. Poligami itu berat. Apa Mas yakin bisa menjalaninya?" tanya Tanti. 

"Aku tidak akan mengusulkannya jika tidak yakin," balas Farzan. "Seperti yang aku katakan tadi, ini hanya berlangsung setahun," terangnya. 

"Aku nggak yakin orang tuaku mau menerimanya." 

"Sedapat mungkin rahasiakan ini, Ti. Karena nantinya akan banyak pertanyaan yang menjadikan semuanya lebih rumit." 

"Orang tua Mas, sudah tahu?" 

"Ya, dan mereka menyetujuinya." 

Tanti mengerutkan keningnya. "Kenapa kalian tidak menanyakan pendapatku sebelum memutuskannya?" 

"Sebab itulah aku datang, karena aku ingin mendengarkan jawabanmu." Farzan mengamati perempuan bermanik cokelat, kemudian berujar, "Kamu tidak harus menerima, Ti. Menolak juga boleh. Aku tidak akan memaksa, karena ini kehidupanmu." 

Tanti menimbang-nimbang sesaat, sebelum menjawab, "Beri aku waktu untuk berpikir." 

"Boleh. Berapa lama?" 

"Satu bulan dari sekarang." 

Farzan menggeleng. "Itu terlalu lama." 

"Lalu, gimana?" 

"Maksimal satu minggu." 

"Sepertinya sangat singkat." 

"Kita tidak punya banyak waktu. Karena aku takut kondisi Ayah akan makin drop." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
egoisnya si farzan ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 55 - Perpisahan Kedua (TAMAT)

    55Jalinan waktu terus bergulir. Hampir sepekan berada di kota kelahiran, Tanti dan Farzan sangat bahagia. Mereka mengunjungi tempat berbeda setiap hari, untuk memenuhi undangan para kerabat. Sabtu pagi menjelang siang, kediaman keluarga Bramanty dipenuhi banyak orang. Acara syukuran empat bulanan dilaksanakan dengan khidmat dan tertib. Selepas tausiah dan pembacaan doa oleh Ustaz sahabatnya Saad, para tamu mendatangi pemilik hajat untuk mengucapkan selamat, atas kehamilan Tanti. Satu per satu bingkisan diberikan pada semua tamu, sebelum mereka meninggalkan tempat acara. Selanjutnya, Saad dan istrinya mengajak seluruh tamu penting untuk bersantap. Puluhan orang memenuhi garasi yang menjadi tempat empat stand makanan dan minuman. Seusai mengambil ransum, mereka berpencar untuk kembali berkumpul dengan kelompok masing-masing. Tanti memutuskan untuk bergabung dengan kelompok para istri bos PG dan PC, yang telah datang dari Jakarta dan sekitar Kota Bandung. "Ti, roti cane dan kariny

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 54 - Mudik

    54Selama seminggu berikutnya, Tanti ditinggalkan Farzan untuk berangkat ke tempat proyek bersama Hisyam, Nanang dan Zacky. Tanti menyibukkan diri dengan membantu Evangeline di kebun, sekaligus menyiapkan berbagai bawaan untuk orang-orang terkasih di kampung halaman. Dua hari sebelum bertolak ke Indonesia, Farzan dan yang lainnya pulang. Semua orang di dua rumah dinas, begitu antusias untuk mudik. Meskipun hanya libur dua minggu, tetapi itu sudah cukup untuk mencurahkan kerinduan pada orang-orang terdekat. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Sabtu sore, kelompok pimpinan Nanang telah berada di bandara Auckland. Mereka tidak memasuki tempat check in umum. Melainkan mengarahkan langkah ke tempat khusus pesawat carteran ataupun pribadi. Tanti yang baru kali itu menumpang di pesawat pribadi, sangat antusias mengamati seluruh bagian pesawat itu. Seperti anggota kelompok lainnya, Tanti dan Farzan turut melakukan swa foto di depan pesawat, sebelum menaiki burung besi tersebut. Tanti dimin

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 53 - Batu Kali Dan Berlian

    53Minggu berganti. Kedatangan Hisyam dan Nanang ke Auckland, disambut gembira para perantau di dua rumah. Berbagai oleh-oleh yang dibawakan keduanya, dibuka untuk dinikmati bersama-sama oleh seluruh penghuni. Setelahnya, para ajudan dan Moreno berpindah ke mess untuk beristirahat sekaligus salat Magrib berjemaah.Sementara di rumahnya, Tanti dan kedua asisten berjibaku untuk menyiapkan hidangan di meja makan. Tanti tiba-tiba berhenti bergerak dan mengaduh. Dia memegangi perut sambil meringis, yang mengejutkan Darmi dan Carla. "Duduk dulu, Non," ujar Darmi sembari menuntun Tanti ke sofa. "Kunaon?" tanyanya sambil mengamati sang nyonya yang tengah mengusap perutnya. "Mendadak keram, Bi," cicit Tanti sembari duduk menyandar ke tumpukan bantal sofa. "Oh, memang gitu, Non. Sudah masuk empat bulan, janinnya makin besar. Bentar lagi akan ditiupkan roh-nya." Darmi turut mengusap perut Tanti. "Sing sehat, Anak bageur," ucapnya dengan lembut. "Ehm, ternyata begitu. Pantas Ibu bilang, mau

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 52 - Jeratan Cinta

    52Detik terjalin menjadi menit dan mengubah jam dengan kecepatan tinggi. Minggu berganti menjadi bulan, hingga tibalah waktu musim semi berganti menjadi musim panas.Berbeda dengan benua Eropa dan Amerika, di New Zealand dan Australia, waktu musimnya berbeda. Meskipun sama-sama memiliki empat musim seperti kawasan Eropa dan lainnya.Udara hangat tetapi tetap sejuk, menjadikan Desember hingga Februari sebagai waktu yang tepat untuk mengunjungj New Zealand.Hal itu mengakibatkan banyaknya turis dan rammainya tempat-tempat wisata terkenal di New Zealand. Begitu pula dengan meningkatnya kehidupan di berbagai kota.Proyek yang tengah dikebut pengerjaannya, menjadikan Farzan lebih sering berada di Queenstown. Akhirnya dia memboyong Tanti, karena khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang berbadan dua. *Grup Proyek New Zealand* Hansel : @Farzan. Mama ngomel-ngomel asistennya diculik lagi.Keven : Tanti diangkut ke Queenstown?Hansel : Ya, @Mas Keven. Padahal Mama sudah bikin jadwal sa

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 51 - Takdir

    51Jalinan waktu terus bergulir. Sebab Farzan harus sering ke tempat proyek, akhirnya Tanti mengikuti saran Evangeline untuk menyibukkan diri dengan berbagai hal positif.Tanti mengikuti kursus memasak makanan western dan aneka kue. Dia juga membantu Evangeline di kebun bunga milik perempuan tua tersebut. Tanti tidak menduga jika bunga memiliki banyak variasi. Dia giat mempelajari ilmu bercocok tanam, sembari mengaplikasikannya bersama Evangeline. Jumat sore itu, Tanti dan yang lainnya telah berada di kediaman Timothy. Mereka menyambut kedatangan keluarga Bryan dan Keven beserta Ibu masing-masing. Tanti turut bergabung dengan Aruna dan ketiga perempuan tua, yang berkumpul di teras belakang. Sekali-sekali Tanti ikut memangku Kaylee, anak Aruna dan Keven yang berusia setahun lebih. Tanti mengamati interaksi antara Aruna, Karin dan Lucky. Tanti bisa melihat ketulusan kasih Aruna pada kedua keponakannya, yang diperlakukan sama dengan Kaylee. Karin dan Lucky tidak sungkan untuk berman

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 50 - Kode

    50Hari berganti menjadi minggu. Bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang musim seminya berlangsung di Maret sampai Mei, bulan September hingga November di New Zealand merupakan musim semi di negara kepulauan tersebut. Pagi itu Tanti terbangun dengan tubuh linu. Dia meringis ketika kesulitan menggerakkan badan, terutama area pinggang. Tanti menggapai ponselnya di meja samping kanan kasur, lalu menghubungi Darmi. Perempuan tua segera mendatangi Nyonya mudanya di kamar utama. Darmi terkejut kala menyadari bila tubuh Tanti sangat panas dan wajahnya pun pucat. Darmi segera memanggil suaminya yang berada di halaman. "Non, kita ke dokter, ya," usul Yayat seusai menempelkan telapak tangan ke dahi dan leher Tanti. "Aku nggak bisa bangun," bisik Tanti. Mulutnya terasa kering dan leher sedikit sakit. "Paman panggilkan Dimas. Dia lagi libur hari ini. Sekalian minta dia yang nyetir, karena Paman belum berani mengemudi di sini," ungkap Yayat. Kala

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 49 - 47 Tahun 111 Hari

    49*Grup Proyek New Zealand*Axelle Dante Adhitama : Kami sudah sampai di bandara Cengkareng.Baskara Gardapati Ganendra : Alhamdulillah.Artio Laksamana Pramudya : Lusa kita meeting, @Dante.Dante : Mas @Tio, bisa nggak jangan rapat dulu? Aku mau cuti dan istirahat di rumah.Tio : Cutinya, kan, dari kantor Adhitama. Dari PG, cuti sudah diambil bulan lalu.Dante : Astagfirullah! Dasar, Komisaris pelit!Tio : Aku harus tegas, karena gajimu besar, @Dante.Dante : Aku mau resign aja dari PG!Tio : Enggak bisa. Kontrakmu masih berlaku sampai 47 tahun, 111 hari lagi.Dante : Gelo!Yanuar Kaisar Ming Sipitih : Aku terkenyout!Austin David Wirapranata : Apa itu, @Yanuar?Yanuar : Terkejut, @Mas David. Bahasa gaul itu.Alvaro Gustav Baltissen : Bukan bahasa gaul, tapi alay.Heru Pranadipa Dewawarman : Yanuar memang masih remaja.Samudra Adhitama : ABG.Arrivan Qaiz Latief : Ababil.Fairel Attalariz Calief : Gen Z.Harry Adhitama : Yanuar bukan lagi gen Z, tapi, gen ZZZ.Wirya Arudji Kartawina

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 48 - Tempat Bersembunyi

    48"Aku buatin teh hangat, ya," tutur Farzan. "Hu um," sahut Tanti sambil memegangi lengan suaminya dan mengajak Farzan keluar. "Ada makanan apa, Mas? Perutku harus diisi. Kayaknya masuk angin," ungkapnya. "Macam-macam. Nasi juga ada. Mungkin pihak hotel sengaja menyediakan itu buat kita." "Lagi nggak kepengen nasi. Ada sup?" "Ada. Paling banyak, sih, aneka cake. Kamu pasti tahu jenisnya apa aja. Aku nggak hafal." Keduanya tiba di dekat sofa dan duduk berdampingan. Farzan dengan tangkas membuatkan minuman hangat buat sang istri. Sementara Tanti memerhatikan hidangan, sebelum mengambil mangkuk sup jagung yang ternyata masih hangat, karena dihidangkan dalam tempat pemanas makanan. Farzan meletakkan cangkir berisi teh ke meja. Kemudian dia berpindah ke balkon untuk mengambil makanan dan minumannya, untuk dialihkan ke dalam. Selama beberapa saat suasana hening. Mereka sibuk menghabiskan berbagai makanan yang ternyata lezat. Kala Tanti bersendawa, keduanya serentak tersenyum sambil

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 47 - Jet Lag

    47Terminal F keberangkatan Bandara internasional Soekarno-Hatta, terlihat ramai orang berkemeja ataupun blus putih. Para pengawal yang ikut berangkat menemani bos masing-masing, mengenakan kemeja putih dengan logo PB di saku kiri. Selain mereka, beberapa komandan yang turut serta juga menggunakan pakaian serupa. Farzan dan Ristin saling menatap sesaat, kemudian lelaki bercelana jin biru mendekap mantan kekasihnya yang sebentar lagi juga akan menjadi mantan istrinya. Farzan membiarkan Ristin menangis di dadanya, karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk sang istri kedua. Tidak lama berselang, Ristin mengurai dekapan. Dia mengusap mata dan pipi yang basah dengan tisu. Farzan mengucapkan kata-kata penghiburan yang dibalas Ristin dengan anggukan. Setelah melepaskan perempuan berbaju hijau, Farzan berpindah menyalami Bobby. Dia menitipkan Ristin pada pria yang lebih muda. Sekaligus memastikan Bobby akan membantu usaha baru Ristin yang berkolaborasi dengan BPAGK. Adegan perpisahan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status