Cheryl masih menangis histeris di dalam kamarnya. Ia tidak menyangka jika Revanno berani membatalkan perjodohan yang selama ini sudah ia impi-impikan. Cheryl kira pria itu tidak akan berani menolak dan berkata hal yang menyakitkan saat menolak perjodohkan dengan dirinya. “Cheryl … sudahlah, Sayang. Kamu jangan menangis terus seperti ini. Mami jadi khawatir sama kamu.” Sonia atau lebih tepatnya Mami Cheryl datang menghampiri putrinya yang sejak tadi tidak berhenti menangis.“Aku mencintai Revanno, Mi. Aku nggak ingin perjodohan ini di batalkan.” Cheryl masih sesenggukan.“Mami tahu, Sayang. Tapi kamu dengar sendiri kan apa yang Revanno tadi katakan. Kamu jangan membuat Mami menjadi semakin sedih. Lebih baik sekarang kamu lupakan saja Revanno, ya.”“Nggak bisa, Mi!” Cheryl berteriak histeris. Membuat Sonia yang melihatnya pun seketika langsung merasa terkejut. “Aku nggak bisa melupakan, Revanno. Asal Mami tahu, kalau aku dan Revanno sudah ….” Cheryl sengaja menggantung kalimatnya.“Sud
“Bagaimana? Bukankah kabar itu akan menjadi hal yang menyenangkan untuk Kakek dan Ayah kamu, Revanno?” Cheryl tersenyum penuh kemenangan. Mata Revanno memelotot tajam. Rahangnya mengeras seiring dengan mulutnya yang tiba-tiba saja kehilangan kata-kata. “Kamu gila!” Tuding Revanno tepat di hadapan wajah Cheryl. Dalam hidup Revanno, ini yang pertama kalinya ia berhadapan dengan wanita gila dan nekat seperti Cheryl. Selama ini tidak ada wanita yang berani mengancamnya dengan hal seperti itu. Entah apa yang ada di dalam kepala Cheryl. “Kalau dengan cara seperti ini aku bisa mendapatkan kamu. Maka aku rela untuk melakukannya, Revanno,” sahut Cheryl dengan nada tenang. Revanno diam sejenak. Sepertinya melawan wanita seperti Cheryl dengan emosi tidak akan berhasil. Ia harus bisa sedikit lebih bersabar. “Sepertinya kamu nggak perlu rela untuk melakukannya, karena memang pada dasarnya kamu sudah gila, kan?” Ketus Revanno sambil tersenyum miring. “Terserah. Yang penting aku hanya ingin m
Hari ini Revanno sudah kembali bekerja seperti biasanya. Dan masalah perusahaan juga sudah berhasil di selesaikan oleh Nathan beberapa hari yang lalu. Hanya saja hari ini Revanno memiliki jadwal yang sangat padat. Hal itu terjadi karena banyaknya pekerjaan Revanno yang menumpuk selama ia tidak berangkat bekerja beberapa hari kemarin.“Ini berkas-berkas yang harus segera Pak Revanno tanda tangani.” Starla menyerahkan beberapa dokumen ke atas meja kerja Revanno. “Dan yang ini laporan yang harus segera Pak Revanno periksa. Dan ini—““Starla.” Revanno memotong perkataan sekretarisnya itu begitu saja. “Iya, Pak.” Starla hanya menatap polos ke arah Revanno.“Aku pusing.”“Ah, apa perlu saya buatkan minuman supaya pusingnya bisa reda?”Revanno menggeleng. “Sepertinya aku hanya butuh satu ciuman saja darimu.”Starla yang mendengarnya langsung berdecak. “Pak Revanno, tolong fokus terlebih dahulu. Pekerjaan Anda sangat banyak hari ini. Dan semuanya harus Anda selesaikan sesegera mungkin.” Star
“Revanno sialan itu memang gila!” Maki Starla sembari melangkah keluar dari lift.Starla merasa tidak cukup hanya dengan merapikan penampilannya di toilet kantor, bahkan baju kerjanya saja saat ini sudah terlihat berantakkan. Starla berniat untuk kembali ke apartemen terlebih dahulu untuk mengganti baju sekaligus mandi.Namun, saat langkah Starla baru mencapai lobi kantor tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan mata Cheryl. Starla terdiam. Benaknya seketika bertanya, bagaimana wanita bernama Cheryl itu bisa sampai ke kantor Revanno? Ada urusan apa wanita itu datang kemari?Cheryl tampak tersenyum sekilas sebelum kemudian ia berjalan mendekati Starla.“Ck! Mau apa dia?” Starla bergumam sambil terus berjalan santai melewati lobi. Niatnya, Starla ingin berpura-pura tidak melihat kedatangan Cheryl. Namun, sayangnya hal itu sudah pasti tidak akan pernah bisa terjadi.“Hai, sekretarisnya Revanno.” Cheryl yang lebih dulu menyapa. Wanita itu memasang senyum lebar pada Starla. Namun,
Cheryl bukanlah wanita polos. Ia bahkan juga sudah sering berkencan dengan berbagai pria. Melihat dari gelagat dan gerak-gerik Starla, membuat dirinya yakin kalau Revanno dan Starla memang ada suatu hubungan yang lebih dari sekedar Bos dan juga sekretaris. Apalagi saat Cheryl melihat penampilan Starla beberapa jam yang lalu. Cheryl tidak sebodoh itu untuk menebak apa yang baru saja di lakukan oleh Starla. “Starla?” Cheryl mengibaskan tangannya di depan wajah Starla. Starla yang masih terus terdiam membuat Cheryl semakin yakin dengan pikirannya. “Sepertinya kamu nggak mendengar apa yang baru saja aku tanyakan, ya? Baiklah, akan aku ulangi sekali lagi dan kali ini tolong dengarkan baik-baik, Starla.” Cheryl tersenyum sinis. Napas Starla terasa semakin memburu. Wanita yang tengah berdiri di depannya itu benar-benar menjengkelkan. Dalam benaknya Starla terus memikirkan bagaimana cara agar ia bisa menjawab dari setiap pertanyaan yang Cheryl berikan. Kalau Starla berbohong, apa hal itu
“Oh iya. Ayo masuk dulu, Saga. Hampir saja aku menjadi orang jahat karena membiarkan tamuku ini tetap berdiri di depan pintu.” Kata Starla begitu menyadari kalau sejak tadi ia dan Saga masih berdiri di depan pintu apartemennya. “Ah, akhirnya. Padahal kakiku sudah terasa kram sejak tadi,” sahut Saga sedangkan Starla hanya terkekeh. Bertepatan dengan itu, Starla baru menyadari keberadaan seseorang yang ternyata kini tengah mengawasinya dengan tatapan yang tajam. Starla pun langsung memelotot kaget. Sejak kapan Revanno berada di sana? Kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Kemana saja matanya tadi? Bisa-bisanya Starla sampai tidak melihat keberadaan Revanno yang saat ini tengah berdiri di depan pintu apartemennya sendiri. Ah, sial. Berbagai pertanyaan kini mulai berputar-putar di kepala Starla. Namun, lain halnya dengan Saga. Jika Starla terlihat begitu kaget dan gugup, pria itu justru tampak biasa saja. Bahkan saat Revanno mulai berjalan mendekat sambil terus memberinya tatapan tajam
“Tumben sekali kamu menunjukkan batang hidungmu,” ujar Daniel ketika melihat Revanno datang ke Klubnya.Revanno hanya diam. Ia terus melangkah mendekati Daniel, lalu memesan minuman kepada bartender tanpa menghiraukan ucapan temannya itu.“Ya Tuhan, berbicara dengan kambing memang harus sabar ya.” Daniel bergumam sembari meneguk segelas vodka yang ada di tangannya.Revanno langsung menoleh tajam. Dan tentunya, Daniel yang di tatap seperti itu langsung menciut sambil berpura-pura tidak melihatnya.“Kamu tahu, kan? Aku sudah sering mengatakan hal ini padamu, kalau terkadang niatku datang ke klubmu itu hanya untuk menenangkan pikiranku. Bukannya untuk mendengar ocehan dari mulutmu,” ujar Revanno dingin.Daniel yang mendengarnya langsung mengangguk. Sebaiknya ia segera menyingkir sebelum ia menjadi pelampiasan kekesalan Revanno.“Baiklah. Aku akan pergi.” Daniel langsung berdiri dan ketika ia hendak melangkah Revanno justru menahan lengannya. Daniel mengumpat dalam hati. Ia tidak ingin m
Kepala Revanno terasa berdenyut dan perlahan nyeri itu datang menyerangnya. Matanya masih fokus menatap langkah wanita yang mendekat ke arahnya. Sial. Revanno terus mengumpat dalam hati. “Revanno, kamu kenapa?” Cheryl langsung merangkul bahu Revanno ketika tubuh pria itu hendak terhuyung ke belakang. Aroma alkohol langsung menyeruak ke dalam hidung Cheryl saat ia berdekatan dengan Revanno. “Lepaskan aku!” Sentak Revanno kasar. “Kamu mabuk. Aku akan menolongmu,” ujar Cheryl keras kepala. “Aku nggak butuh pertolonganmu.” Revanno berteriak kesal. Ia lalu menutup pintu mobilnya dan meninggalkan benda beroda empat itu di halaman apartemennya begitu saja. Revanno berusaha berjalan dengan langkah sempoyongan menuju gedung tempat tinggalnya. Namun, baru beberapa langkah, ia lalu terhuyung dan jatuh ke tanah. Nyeri di kepalanya benar-benar mengganggunya saat ini. Cheryl yang melihatnya pun hanya tertawa. Ia lalu berjalan mendekati Revanno. Berdiri di depan pria itu sambil melipat kedua