"Kebohongan putih adalah tinta yang melapisi kesalahan, mengubahnya menjadi kesalahpahaman. Lalu menciptakan kenyamanan dalam ketidaksempurnaan manusia." - Freya Alberta -
“Mommy?" “Yes, Samuel?” “Om yang tadi itu, dia siapa sih, Mommy?” “Dia teman lama mommy.” “Kenapa aku tidak pernah bertemu om itu, Mommy?” “Dia tinggal jauh dari sini.” “Oooh. Terus, mommy kenal dia dari mana?” Freya terdiam. Dia sekarang terjebak dengan kebohongannya sendiri. Di satu sisi, dia tidak tahu tujuan Jason datang ke sini. Dia tidak mau pria itu mengambil hak asuhnya setelah tahu bahwa Samuel adalah anak kandungnya. “Mommy? Kenapa pertanyaanku tidak dijawab?” “Emm, mommy kenal om Jason saat mommy mengikuti pesta prom di sekolah.” “Oh, jadi dia teman sekolah Mommy?” “Tidak juga. Listen! Sekarang sudah malam. Kamu harus tidur, ok?” "Tapi, Mommy..." "Shhh, tidak ada tapi-tapian lagi. Kamu harus tidur sekarang." “Hmm, ok, Mommy,” jawab Samuel dengan setengah hati. Dia begitu excited dengan pria yang memiliki rambut merah seperti dirinya itu. Freya menarik selimut bergambar sebuah tokoh kartun kesukaan Samuel dan menyelimuti tubuh bocah itu. “Tidur yang nyenyak
(Warning! Bab ini mengandung adegan 18+ ke atas) Chloe duduk di samping Mateo yang sedang fokus mengendarai mobilnya. Pandangan matanya terus mengikuti laju mobil Albert di depan. “Arrgghh, ini benar-benar tindakan yang bodoh dan gila!” gerutu Chloe sambil mengusap wajahnya dengan cepat. Kegelisahan memenuhi hati dan pikirannya. “I know! Ini memang keputusan gila, tapi kamu perlu tahu kebenarannya.” Chloe hanya terdiam. Dalam hatinya, dia mengakui kebenaran dari kata-kata pria di sampingnya itu. “Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres,” gumam pria itu. “Maksud kamu?” “Sudah berapa lama kamu mengenal Audrey?” “Hmm, aku mengenalnya sejak kami masih duduk di bangku Sekolah Menengah Umum.” “I see!” “Kenapa kamu menanyakan hal itu?” “Aku curiga, kalau mereka sudah saling kenal, jauh sebelum kamu mengenal Albert.” “Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?” “Aku cuma melihat dan membaca dari tindak tanduk mereka saja. Mungkin aku salah.” Pria itu mengangkat bahunya sambil tetap f
“Please, babe. Aku ingin merasakan permainan lidahmu di bawah sana!” “Apakah kau merindukan kecupanku?” “Jangan siksa aku, lakukan sekarang juga.” “Katakan bahwa kau menginginkanku,” desak Audrey sambil menurunkan celana Lukas dengan gairah. Suatu kebanggaan baginya kalau Albert mengucapkan kata-kata itu dari bibirnya. “Yes, I want you so bad,” desah Albert sambil menangkup bukit kenyal Audrey. Gadis berjongkok dan mensejajarkan kepalanya dengan milik Albert yang telah mengacung dengan sempurna. Dengan nakal, Audrey mulai melakukan tugasnya di bawah sana. “Aahhh,” sentak Albert kaget dengan sensasi yang menyerang tubuhnya. Dia tidak menyangka bahwa Audrey mempunyai trik yang sangat jitu dan hampir membuatnya mencapai puncak. Padahal itu baru permainan tangan. “Oooh,” desah suara tak tertahankan Albert terdengar saat Audrey dengan tiba-tiba melakukan sesuatu yang paling disukainya. Permainan liar gadis itu memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Hal itu juga yang membuat Alb
Sementara di dalam mobil milik Mateo, suasana terasa mencekam. Chloe mengepalkan tangannya melihat semua perbuatan Audrey dan Albert. Dalam sekejap, dunia seolah-olah berhenti berputar. Tatapan kemarahan dan kekecewaan melintas di matanya saat dia mencerna pemandangan yang menyakitkan itu. Dari semua peristiwa itu, hal yang paling menjijikan adalah, kenekatan mereka melakukan adegan tak senonoh itu di tempat umum. Tubuh Chloe bergetar menahan amarah dan kesedihan yang mendalam. “Chloe! Chloe! Look at me!” seru pria itu dengan wajah cemas dan sedikit panik. Sekarang dia merasa bersalah dan menyesal telah mengajak gadis ini untuk mencari bukti yang malah mematahkan hati gadis muda yang sangat cantik dan menarik ini. Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jangan lihat mereka! Lihat aku saja!” ucap pria itu tegas sambil meraih wajah Chloe dan memaksanya untuk menatap ke arahnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa begitu nelangsa ketika melihat luka di mata seorang gad
Magnus dan detektif Rodriguez sedang memeriksa berkas-berkas kasus pembunuhan yang terjadi di Sky pub beberapa waktu yang lalu. Tragedi ini sudah menjadi perhatian dan sorotan publik hanya dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam. “Sepertinya kita harus bergerak cepat sebelum bukti-bukti yang penting raib dan dimusnahkan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan,” gumam Magnus sambil mencoba untuk membuka file-file yang ada dalam database komputernya. Tanpa sengaja, dia meng-klik kumpulan file kasus-kasus yang terjadi enam tahun yang lalu. “Kamu lagi ngapain?” tanya Rodriguez penasaran. “Tidak tahu, nih. Komputerku agak rada-rada menyebalkan.” “Kamu mau baca kasus-kasus yang lama?” ledek Rodriguez. “Nope,” balas Magnus sambil meng-klik sebuah file yang menarik perhatiannya. “Freya?” tanya Magnus sambil mengernyitkan dahinya. “Ada apa dengan Freya?” “Kasus pemerkosaan?” tanya Magnus lagi tanpa mempedulikan tatapan bingung rekan sekerjanya. Dengan tangan gemetar, Ma
Flashback on “Arrgghh, ini juga tidak cocok. It doesn’t fit me at all,” ujar Freya dengan dongkol. Dia melepas gaun berwarna kuning yang dikenakannya dan melemparkan gaun itu begitu saja di atas lantai. Entah sudah berapa helai gaun yang sudah dicobanya dari tadi. Namun, belum ada satupun yang mempunyai chemistry dengannya. “Coba yang ini saja,” cetus Chloe yang sedari tadi berusaha membantu Freya untuk menemukan dress yang cocok untuknya. Di tangannya menjuntai sebuah dress berwarna merah tua yang terlihat sangat elegan dan indah. “Kalau aku sih, lebih suka yang ini,” celetuk Ella sambil menyerahkan sebuah gaun berwarna biru cerah. "Oooh, kalian semua memberikan aku pilihan yang susah,” protes Freya. “Bagaimana kalau yang ini saja?” Hilde mengambil sebuah gaun berwarna hitam. “Siapa pun yang memakai dress itu, akan terlihat misterius," ucap Hilde. Dia mengedipkan salah satu matanya disertai dengan senyuman yang penuh arti. “Yaudah, aku coba semuanya deh. Nanti kalian yang
Flashback is still on Freya yang menginap di rumah Chloe, terbangun di samping gadis itu. Dia melirik ke arah Chloe dan melihat gadis itu masih tertidur lelap dengan posisi meringkuk. Chloe terlihat seperti seorang bayi kecil yang polos. Freya terpaku menatap wajah Chloe yang cantik dan begitu eksotis. Sejak mengenal Chloe, dia langsung menjadi pengagum rahasia gadis itu. Teman-temannya merasa bahwa kecantikan yang dimiliki Chloe terlalu mencolok. Hal itu membuat mereka kadang iri padanya. Tangan Freya terulur ke depan dan ingin menyentuh pipi halus Chloe. Namun, tindakannya terhenti karena Chloe terbangun begitu merasakan gerakan tubuh Freya di sampingnya. “Good morning!” “Good morning, dear,” balas Chloe sambil merenggangkan tubuhnya. Freya menatapnya penuh kagum. Dia suka sekali warna kulit Chloe, yang mana perpaduan antara kulit putih orang Eropa dan kulit sawo matang, orang Indonesia. “What time is it?” “Hampir jam tujuh pagi,” ucap Freya sambil menyingkirkan selimut yang
Hilde memilih alat makeup yang akan dipakainya dan menyusunnya di atas meja rias. Dia sangat menyukai warna-warna gelap. Kamarnya pun bernuansa gelap. Makanya tidak heran, ketika teman-temannya memasuki kamarnya, mereka merasa seperti sedang berada di lokasi kuburan yang gelap dan menyeramkan. “Duduk di sini! Aku akan membuatmu menjadi wanita paling cantik malam ini,” janji Hilde begitu meyakinkan. Freya hanya menurut. Dia duduk dengan manis di depan Hilde yang sudah siap tempur dengan alat perangnya, alias makeup. “Kamu kelihatannya seperti sedang banyak pikiran. Apakah kamu kurang tidur semalam?” “Hah? Tidak juga. Aku tidur dengan sangat nyenyak semalam.” “Lalu, kenapa wajahmu kusut sekali?” “Masa?” Freya balik bertanya. “Kalau begitu, coba kamu berbaring di tempat tidur. Aku akan membuat wajahmu segar kembali.” Freya segera berbaring di atas tempat tidur milik Hilde. Dia menutup kedua matanya. Tak lama kemudian, Freya mulai merasakan tangan Hilde memijat wajahnya dengan le