Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 191 : Cukup 15 Menit Sayang

Share

Bab 191 : Cukup 15 Menit Sayang

Author: NACL
last update Huling Na-update: 2025-02-23 18:30:51

"Ya ampun, Denver!" seru Dewi panik.

Dia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan napas sedikit tertahan. Mata sipitnya membulat saat melihat sosok suaminya tergeletak di atas karpet dengan kaki masih berada di atas sofa.

Jantungnya mencelos.

Dengan cepat, Dewi berlutut, tangannya menyentuh pipi pria itu yang terasa sedikit dingin. Sejenak pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan buruk.

Apa Denver pingsan? Apa dia kelelahan sampai jatuh sakit?

Napas wanita itu tercekat dan paniknya makin parah, tetapi Denver terkekeh kecil. Mata pria itu mengerjap, lalu menatap Dewi dengan seringai khasnya.

"Ah, enaknya punya istri perawat," godanya serak.

Dewi memukul bahunya gemas. "Ish, tidak lucu, Dokter! Aku benar-benar khawatir!"

Pagi ini dia sengaja datang sebelum kuliah, ingin memastikan Denver baik-baik saja setelah semalaman
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
NACL
2 bab dulu ya Kakak-Kakak hari ini
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 192 : Lagi-lagi Aku Mengalah

    Dewi duduk di salah satu rumah makan sederhana, jemari rampingnya mengetuk meja dengan gelisah. Sudah satu jam berlalu, tetapi orang yang dia tunggu belum bersedia menghampiri. Di layar ponselnya, pop-up pesan terus bermunculan.[Sayang, maaf. Bukan maksudku tidak mau bantu.][Dewi, jangan marah! Kamu salah paham!][Mon ange? Kamu ingat, kunci dari permasalahan adalah komunikasi?]Dewi menatap pesan-pesan itu tanpa keinginan untuk membalas. Napas wanita itu agak berat, mebuat dadanya terasa sesak. Kenapa semua orang tidak mau membantu? Kenapa mereka seolah menghindari permintaannya?Tepat saat pikirannya tambah kacau, seorang wanita berjalan ke arahnya."Rani ... aku—""Dewi, maaf. Aku tidak bisa bantu. Restoranku ini lagi bermasalah," sela Maharani dengan ekspresi menyesal dan atapannya penuh rasa iba.Dewi seketika terdiam. Senyum maniss yang sempat muncul perlahan memudar."Oh, baik," ujarnya, mencoba terdengar santai. "Nanti aku datang lagi. Umm ... boleh aku pesan makanan? Dibungk

    Huling Na-update : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 193 :  Tindakan Sang Dewi

    Pagi ini, Dewi sengaja bangun lebih awal. Tangannya cekatan mengiris bawang dan jahe di dapur, disertai aroma kaldu ayam kampung mulai memenuhi ruangan. Namun, sesekali dia melirik ke arah pintu, memastikan tidak ada yang melihatnya dengan tatapan aneh."Nyonya, jangan. Ini tugas kami," ujar salah satu pelayan, suaranya terdengar canggung.Dewi tersenyum lembut, meskipun hatinya sedikit berdebar. "Tidak apa. Sesekali aku ingin masak untuk suamiku."Chef yang biasa datang dari hotel keluarga Bradley pun menatapnya dengan ragu, tetapi tidak berkata apa-apa.Dewi tahu, ini adalah tantangan. Selama ini, rumah besar ini tidak pernah mengenal menantu yang masuk dapur kecuali Fredella—istri pamannya Denver."Semoga mereka suka," gumam Dewi pelan sambil menuangkan nasi tim ayam kampung ke dalam mangkuk.Ini bukan sekadar masakan, ini cara Dewi menunjukkan bahwa dirinya benar-benar bagian dari keluarga ini. Selain itu ada maksud terselubung untuk Denver. Apalagi prilakunya kemarin sangat kasar

    Huling Na-update : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 194 : Rahasia Masa Lalu

    Dewi melenguh dan menggeliatkan tubuhnya, perlahan mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke ruangan. Saat melihat sinar matahari sore menyelinap di balik tirai, dia sontak terduduk, mengucek matanya dengan panik."Ya ampun ... ini sudah sore," ucapnya sambil bangkit dengan buru-buru.Hanya saja, gerakan Dewi terhenti saat menyadari ada yang memperhatikannya. Di sudut ruangan, Denver duduk di kursi kerjanya, menatap wanita itu tajam dengan sorot mata yang sulit diartikan.Manik karamel itu tidak seperti biasanya, bukan sekadar lelah atau jenuh, tetapi menyimpan sesuatu yang lebih dalam.Dewi menelan ludah, merasa ada yang tidak beres. Dia mengusap kemeja yang kusut, kemudian meraba kantong skiny jeans-nya, mencari sesuatu. Napas wanita itu mulai berat saat tidak menemukannya.Di saat bersamaan, Denver berdiri, langkah boots-nya menggema di ruangan yang sunyi. Dengan gerakan tenang dan penuh tekanan, pria itu mengulurkan sebuah ponsel ke arahnya."Cari ini, hmm?" tanya Denver dengan,

    Huling Na-update : 2025-02-24
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 195 : Kegilaan Yang Menyiksa

    "Suami macam apa yang pulang jam segini?" Suara seorang wanita terdengar sarkastik, nadanya malas, tetapi matanya menyala penuh emosi. Pria yang baru saja memasuki rumah itu menatap wanitanya dengan rahang mengatup. Wanita itu berdiri di ruang tengah dengan gelas kristal di tangan, meneguk cairan bening dengan ekspresi menikmati. Padahal dia sengaja pulang pukul satu pagi supaya tidak bertemu dengan sang istri. Ternyata gagal. "Apa yang kamu minum, Dania?" Darius melangkah mendekat, matanya menangkap botol yang hampir kosong di meja. Dania terkekeh kecil, lalu mengangkat gelasnya. "Vodka. Mau coba?" Dengan santai, dia menyodorkan gelasnya pada Darius. Darius menerima gelas itu, tetapi alih-alih meneguk, dia menuangkan isinya ke wastafel. "What the—are you crazy, Doctor?!" Dania berteriak kesal. Darius hanya tersenyum miring, menatap istrinya yang jelas-jelas sudah setengah mabuk. "Ya, aku memang gila. Sama seperti kamu." Tanpa menunggu jawaban, Darius berjalan menuju kamar. Lan

    Huling Na-update : 2025-02-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 196 : Sayang, Aku Terluka

    "Makasih, Sayang," tandas Dewi dengan senyum hangat, berharap sapaan itu bisa sedikit melembutkan suasana. Pagi itu, Dewi merasa ada secercah harapan. Meskipun ekspresi Denver masih cenderung datar, setidaknya pria itu masih peduli dengan membawakan tas dan laptopnya. Ya, Denver hanya mengangguk tanpa senyum. "Cepatlah, kamu bisa terlambat." Nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya, tetapi Dewi berusaha mengabaikan hal itu. Dia justru memandangi wajah sang suami yang berada sedekat ini dengannya, tetap tampn, sekalipun idak berseri-seri seperti biasanya. Melainkan ada ketegangan yang tertelihat. Saat Dewi hendak menuruni anak tangga, dia hampir tersandung. Jantungnya mencelos, tetapi dalam hitungan detik, lengan kokoh Denver sigap menahan pinggulnya, menjaga agar dia tidak jatuh. Sentuhan itu sekilas membuat Dewi merasa hangat, tetapi ekspresi sang suami tetap datar. "Dewi, hati-hati!" seru Denver, lalu mendudukkannya di tengah anak tangga. Dia dengan cekatan memeriksa

    Huling Na-update : 2025-02-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 197: Sampai Kapan Dirahasiakan?

    "Denver ... kenapa kamu menghilang begini?" gumam Dewi pelan, tanganya menekan dada yang terasa sesak.Dia menatap layar ponsel dengan mata yang mulai berat karena kelelahan. Jemari rampingnya menggulir layar, melihat pesan yang dia kirim ke Denver. Masih ceklis satu.Pukul enam malam tadi. Dia sudah pulang ke rumah diantar oleh Darius, berharap Denver sudah ada di kamar. Ternyata tidak. Ruangan ini tetap sepi dan dingin.Bahkan Dirga pun sengaja dia titipkan bersama Astuti dan babysitter karena cedera membuat gerakannya terbatas.Dewi menarik napas panjang, lalu mengetik pesan lain.[Sayang, aku sudah di rumah.]Setelah itu, dia mengambil hasil pemeriksaan dan mengirimkan ke Denver, berharap ini bisa menarik perhatian pria itu. Namun, hasilnya tetap sama. Pesan hanya terkirim ceklis satu, seolah Denver benar-benar memutuskan menghilang darinya.Di mana kamu, Denver?[Aku harus menjalani fisioterapi. Tapi besok ada mata kuliah penting, aku boleh kuliah ‘kan?]Dewi terus membolak-balik

    Huling Na-update : 2025-02-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 198 : Ya, Aku Sibuk dan Marah!

    Saat pagi datang, Denver masih menemani Danis di rumah sakit. Pria itu tampak mengkhawatirkan kondisi mertuanya yang sendirian tanpa wali. Namun, wajah Ruslan yang tiba-tiba masuk ke ruangan dengan ekspresi serius membuat Denver yakin ada sesuatu hal mendesak."Pak, keluarga pasien mau mengajukan banding. Mereka juga menuntut ganti rugi," bisik Ruslan dengan nada hati-hati, "Anda harus pulang sekarang."Denver menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipis yang terasa berdenyut akibat tekanan dari berbagai masalah. Dia menatap Ruslan dengan rahang mengatup."Siapkan helikopter! Cari tahu apakah Pak Danis bisa dipindahkan ke Rumah Sakit JB hari ini juga atau tidak!" titahnya tegas.Ruslan mengangguk dan segera keluar ruangan. Sementara itu, Denver meraih tangan keriput Danis, menatap wajah pucat mertuanya dengan sorot mata penuh pertimbangan."Pak Danis, saya harus pulang. Saya akan memindahkan Bapak ke Rumah Sakit JB," u

    Huling Na-update : 2025-02-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 199 :  Tidak Membiarkanmu Jadi Janda Lagi

    Mengandalkan pengalamannya sebagai perawat, Dewi segera memeriksa tanda-tanda bahaya di tubuh sang suami yang lemah. Dada wanita itu terasa sesak melihat Denver yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan napas tidak beraturan."Denver? Sayang, bisa dengar aku?" tanya Dewi dengan suara bergetar dan jemari menyentuh wajah pria itu, mencari respons.Tubuh Denver terasa dingin membuat jantung Dewi mencelos. "Jangan begini, dong ...."Dengan tangan sedikit gemetar, dia segera menekan interkom untuk meminta bantuan. Namun, sebelum dia sempat bertindak, tangan kekar Denver tiba-tiba bergerak dan mencengkeram pergelangannya."Aku baik-baik saja," bisik Denver dengan suara serak.Dewi menghela napas lega, tetapi kekhawatiran belum sepenuhnya hilang. Dia membantu Denver berbaring lebih nyaman di atas ranjang."Kita ke rumah sakit sekarang!"Denver menggeleng lemah, matanya mengerjap berusaha menyesuaikan dengan cahaya kamar."Infus ... ambil NaCl 0,9% untukku. Tidak perlu ke rumah sakit."Dewi

    Huling Na-update : 2025-02-26

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut. “Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh. “Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu. Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?” Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.” Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?” Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka. “Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.” Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung. Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash sela

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah." Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru. Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak. “Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis. Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa. Di sanalah bencana pertama dimulai. “Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga. “Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.” Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya. Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil. Sesampainya di rumah, Dirga duduk lema

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status