Share

Bab 86: Jangan Jauhi Aku!

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-14 08:37:43
Suasana rumah sakit yang sunyi berubah mencekam ketika langkah pelan seseorang tidak meninggalkan gema di lorong. Bayangan hitamnya menyelinap di antara redup cahaya, mendekati ruang VIP.

Pintu terbuka perlahan, menciptakan gerakan yang menyeramkan. Sosok itu berdiri di sisi ranjang Pak Danang, menyeringai melihat pria paruh baya terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya.

"Bangun!" bisiknya tajam sambil mengguncang bahu Danang.

Danang terbangun setengah sadar dan napasnya terengah. Mata hitam pria paruh baya itu memandang nanar sosok di dekatnya.

"Sudah tahu kelakuan putrimu?" Suara itu dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyodorkannya. "Lihat, dia menjual diri demi bayar pengobatanmu. Dia bukan gadis polos yang kamu banggakan."

Foto-foto itu jatuh ke pangkuan Danang. Tangan keriput itu gemetar saat mengambil satu per satu potret Dewi bersama Denver, dengan tatapan dan kedekatan yang tidak pantas.

Seketika dada Danang sesak dan napasnya memburu. Bahkan Jantungny
NACL

Semangat Pagi, selamat beraktivitas. Kira-kira apa bukti yang dipunya Denver? Foto selingkuh kah atau ada hal lain?

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Denver terlalu lembek, gak bisa tegas ngadepin ular jalang Carissa dan juga nenek renta Niang bambu, sama orang jompo licik bisa kicep kamu Denver, percuma jadi laki
goodnovel comment avatar
NACL
emang nyebelin ini ya Kak. huh belain terus aja carissa
goodnovel comment avatar
virna putri
Ya ampun Niang ko msh mau tutup mata dgn kelakuan carissa? silakan nyusul pak danang Niang..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 87: Tamu Tak Diundang

    “Aku tidak bisa menerimanya lagi, Niang!” tegas Denver, suaranya menggelegar di ruang tamu megah itu. Napasnya memburu, menahan emosi yang hampir meledak.Niang menatap tajam dan wajah senjanya tampak datar. “Kalian sama-sama selingkuh, bukankah impas jika kembali dan memulai semua dari awal? Ingatlah, Denver, keluarga Sailendra punya andil besar dalam karirmu itu!” Intonasinya meninggi, memberi tekanan yang menyesakkan.Tatapan Denver menjadi mengeras dan tangan kanannya mengepal erat. Dia menggenggam flashdisk seolah benda kecil itu mampu meledakkan seisi rumah. Matanya beralih menatap Carissa yang berdiri di depannya dengan senyum sinis.“Kamu juga jangan lupa, Denver. Mendiang papamu menyuruhmu untuk setia pada kami dan menjagaku apa pun yang terjadi!” Carissa bagai menumpahkan minyak ke api yang sudah membara.“Jangan sebut papaku, Carissa!” bentak Denver dengan rahang mengeras. Suara pria itu menggetarkan dinding ruangan, membuat Carissa seketika bungkam.Tanpa pikir panjang, De

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 88: Aku Kangen Kamu

    Denver berlari ke setiap sudut ruangan, membuka pintu satu per satu dengan napas terengah. Bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya."Dewi! Dewi!" serunya panik.Tidak ada jawaban!Ruang tamu kosong, kamar tamu pun sunyi. Jantung pria itu berdegup kencang, diliputi ketakutan. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa Oma dan mamanya kini terasa mencekam.Tanpa pikir panjang, Denver berlari menuju mobilnya di garasi. Namun, baru saja dia duduk dan mengenakan sabuk pengaman, mata cokelat karamelnya menangkap pagar terbuka dan mobil sport hijau melaju masuk."Valerie?" gumamnya mengenali mobil itu.Segera dia keluar, bersamaan dengan pintu mobil Valerie terbuka. Tatapan iris cokelat karamel Denver langsung bertemu dengan mata sipit yang indah, senyum manis tampak tersungging di bibir mungil merah muda.Tanpa banyak bicara, Denver menutup pintu mobilnya dengan keras dan menghampiri Dewi. Dia langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya."Kamu bikin aku hampir gila!" bisik Denver dengan para

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 89: Tahu Diri

    “Ide apa? Dari kemarin kamu banyak bicaranya daripada aksi dan hasil!” cemooh seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan keras. Seketika Carissa yang sedang duduk di sofa terpaku mendengar ucapan itu dan Bima menggaruk tengkuk lalu menyahut, “Umm … itu Niang, aku—” “Aku apa? Pergi kamu!” potong wanita senja itu dan mengusir Bima dengan tatapan tajam yang membuat siapa pun merinding. Termasuk Bima yang terbirit-birit berlari meninggalkan kamar Carissa. Kini hanya kedua orang itu saja di dalam kamar. Tatapan Niang sangatlah sengit kepada Carissa, seolah menguliti artis cantik itu. “Dan kamu! Berhenti bersikap manja! Kalau ingin bertahan di keluarga Denver, buktikan kalau kamu layak! Jangan hanya mengandalkan kecantikan dan ketenaranmu sebagai tameng!" sindir Niang penuh ketegasan dan penekanan pada setiap untaian katanya. Mendengar hal itu membuat Carissa mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Niang melangkah lebih dekat, be

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 90: Merampas Paksa

    Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak."Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.Tatapan pria itu kosong, tetapi tan

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 91: Gara-gara Kamu!

    “Apa benar kamu tidak menemukannya di mana pun?” tuntut Denver, intonasinya terdengar tajam dan penuh tekanan.“Benar, Pak. Saya sudah pastikan sendiri mencari ke dalam mobil, tapi tidak ada,” tutur Ruslan, lalu merogoh saku dan mengeluarkan sebuah cup kopi berlumuran noda merah. “Tapi saya menemukan ini terselip di jok mobilnya, Pak.”Denver meraihnya, mata tajamnya menyipit saat mengamati cup itu. Cairan kental berwarna merah di sisi cup membuat dahinya berkerut.“Apa dia pelakunya?” gumam Denver pelan, membuat otaknya berputar cepat. Tangan pria itu mengepal, menahan amarah yang mulai membara. Tatapanna pun langsung mengunci Ruslan. “Di mana Carissa saat kejadian? Hanya dia yang berani melakukan hal sebodoh ini.”Ruslan buru-buru membuka ponsel. “Nyonya Carissa pergi bersama Niang, Pak. Menurut keterangan waktu, Nyonya memiliki alibi yang kuat.”Mendengarnya membuat Denver m

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 92: Sebuah Penghinaan!

    Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bradley menegang, udara terasa berat seolah menekan dada. Dewi berdiri kaku, napasnya terputus-putus. Matanya bergantian menatap tamu tak diundang di ambang pintu dan amplop cokelat besar yang menggigil di genggamannya.“Kenapa kamu diam? Cepat buka!” suara Dwyne memecah keheningan, nada perintahnya tajam dan menusuk.Tanpa ampun, Dwyne menarik tangan Dewi dengan kasar. Sorot mata wanita itu dingin serta penuh kekecewaan.Dewi menelan ludah yang terasa kental, tangannya bergetar saat membuka amplop. Lembar kertas itu terasa berat di jemarinya.Dia membaca dalam hati.[Hasil Tes DNA: Positif. Bayi dalam kandungan Dewi Anggraeni adalah anak dari Bima Prawara.]Lidah Dewi kelu, mata sipitnya membelalak dan napasnya tercekat. Kertas itu meluncur dari tangannya, jatuh begitu saja di lantai. Jantung Ibu hamil itu seolah berhenti berdetak.“Sudah kuduga!” teriak Dwyne. Suaran

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 93 : Jaga Dirimu!

    Sirine ambulans melolong memecah derasnya hujan yang mengguyur. Lampu-lampu-lampu taman memantulkan cahaya buram di aspal yang basah. Di tengah kekacauan itu, Dewi berdiri kaku di depan pintu masuk rumah besar keluarga Bradley. Sorot mata hitamnya kosong menatap lantai marmer yang dingin, di mana uang kertas masih berserakan—jejak penghinaan yang baru saja dia terima. "Dewi, kamu tunggu di sini," bisik Denver terdengar berat tepat di belakangnya. Pria itu berdiri tegak, menatap punggung Dewi yang terdiam kaku. Perlahan, Dewi menoleh, tatapannya bertemu mata karamel Denver. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibir mungilnya, hanya diam yang membeku di antara mereka. Denver makin mengikis jarak dan mengusap puncak kepala Dewi dengan lembut, lalu mengecup keningnya dalam-dalam. Hangat sesaat itu terasa kontras dengan dinginnya udara di sekitar. “Sebaiknya kamu masuk ke kamar,” saran Denver. Dia melangkah pergi, meninggalkan Dewi yang berdiri terpaku. Seketika kesunyian menyelim

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 94: Balas Perbuatanmu!

    “Apa kamu sudah menemukannya?” tanya Denver dengan suara terdengar parau dan tegas di telepon.Tubuh kekar pria itu masih dibalut seragam OKA-nya, terdapat noda darah usai membantu persalinan di tengah malam.Sejak dilengserkan dari jabatan direktur, Denver bekerja seperti dokter kandungan biasa, tetapi pikirannya tidak pernah lepas dari Dewi. Bahkan sudah berhari-hari dia tidak pulang, tenggelam dalam pekerjaan dan pencarian yang tiada ujung.“Belum, Pak,” jawab suara dari dalam telepon genggam.Denver mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras. “Bagaimana dengan Bima? Tidak ada CCTV di sekitar rental?” desaknya.“Itu rental perorangan, Pak. Tidak ada kamera pengawas. Sejak malam itu, jejak Pak Bima hilang. Diduga bersembunyi di tempat terpencil.”Tarikan napas Denver terdengar berat. Gigi rapinya bergemeletuk menahan emosi.Bima harus ditemukan! Dia harus bertanggung jawab! Hanya saja,

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut. “Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh. “Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu. Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?” Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.” Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?” Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka. “Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.” Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung. Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash sela

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah." Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru. Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak. “Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis. Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa. Di sanalah bencana pertama dimulai. “Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga. “Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.” Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya. Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil. Sesampainya di rumah, Dirga duduk lema

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status