Share

Bab 7

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-24 13:35:16

"Jangan mudah percaya sama orang asing. Bisa jadi dia berusaha memanfaatkanmu, Sonia. Mungkin dia bersikap baik, tetapi tidak menutup kemungkinan kamu masuk dalam perangkapnya. Apalagi sekarang, kejujuran hampir punah, menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan," lanjut Kak Jes lagi.

Aku memutar otak, berusaha mencerna setiap kalimat yang terucap dari mulut wanita cantik itu. Dia melebarkan senyum, tetapi aku tidak bisa membaca pikirannya. Apa maksud kalimat tadi? Apakah secara tidak langsung menuduh Bi Sumi senang memanfaatkan orang lain? Jika iya, mengapa masih bekerja di sini?

Sungguh, aku ingin menanyakan semuanya pada Kak Jes, tetapi harus mengurungkan niat ketika melihat wanita paruh baya yang sedang dibicarakan tadi menatap lekat padaku seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu.

"Jangan melamun, nanti kerasukan." Kak Jes kembali membuka suara. Kami beradu pandang. "Aku ke sini karena mau ngasih kamu sesuatu."

"Sesuatu?"

Kak Jes mengangguk, kemudian menarik tanganku masuk rumah dan berhenti tepat di ruang keluarga. "Semua hadiah ini untukmu."

"Tapi kenapa, Kak?"

"Sudah, jangan banyak tanya. Malam nanti kamu pakai salah satu baju itu. Aku juga beli kosmetik dan skincare, jangan disia-siakan. Mas Al harus bisa melirikmu."

"Kak, perjanjian kita adalah aku melahirkan anak untukmu, bukan mau menjadi orang ketiga sungguhan. Aku nggak peduli sama sikap Mas Al yang tak acuh."

Wanita itu memutar bola mata malas. "Ikuti saja perintahku, Sonia!"

Beberapa detik kemudian, ponselnya berdering. Entah kenapa aku ikut terusik meskipun tidak membaca nama kontak yang tertera. Wanita itu menampilkan air muka terkejut, kemudian bergegas keluar rumah.

Kedua kaki menuntun diri ini untuk mendekat. Aku bingung pada diri sendiri karena begitu penasaran dengan pembicaraan mereka. Kak Jes berdiri di depan rumah dan aku menguping di balik pintu yang sedikit terbuka.

Entah apa yang penelepon itu katakan.

"Percaya sama aku, Sayang. Semua akan baik-baik aja. Gadis itu pasti menuruti semua keinginanku." Ucapan Kak Jes tentu saja berhasil membuatku terkejut.

Apa gadis yang dimaksud adalah aku? Lantas rencana apa yang sedang dia susun dengan Mas Al? Entahlah, aku semakin bingung karena sikap Kak Jes selama ini sama sekali tidak mencurigakan. Tentang dia yang tiba-tiba tahu tentang utang Bapak, itu hal biasa karena dia sedang mencari gadis untuk melahirkan anak suaminya.

"Iya, iya. Setelah itu kita lari ke Amerika dan hidup bahagia. Aku juga nggak sabar melihat kehancurannya setiap mengingat kejadian beberapa tahun silam. Semesta sepertinya berpihak, aku merasa semua rencana kita berjalan dengan baik." Lagi, ucapan Kak Jes semakin menambah rasa penasaran.

Baru saja merogoh kantong untuk mengambil ponsel karena ingin merekam suara, tiba-tiba tanganku ditarik kasar untuk menjauh dari tempat itu. Rupanya Bi Sumi. Kami berhenti di ruang keluarga.

"Ambil barang-barang itu dan masuk kamar, Non. Jangan biasakan menguping di rumah ini karena kamu tidak tahu di mana CCTV diletakkan Bu Jessi."

"CCTV?"

"Iya, makanya Bibi tidak berani bertindak di sini. Hanya ada satu tempat yang aman dari pantauannya. Untuk itu, berhati-hatilah."

"Boleh aku memastikan sesuatu, Bi?" Dia mengangguk. "Sebenarnya Bibi ini punya rencana apa?"

"Suatu hari Non Sonia akan tahu," jawab Bi Sumi memalingkan wajahnya, "kamu hanya harus percaya sama Bibi, maka semua akan baik-baik aja. Minggu depan, dengan atau tanpa keinginanmu, Bibi akan coba membawa keponakan Bibi. Namanya Dewi."

Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki seseorang. Bi Sumi segera pergi, sementara aku langsung mengambil semua hadiah itu hendak membawanya ke kamar. Akan tetapi, sebelum mengambil paper bag terakhir, suara Kak Jes kembali mengusik indra pendengaran.

"Sonia, besok aku harus melakukan perjalanan ke luar kota dan kamu di sini aja sama Mas Al. Siapkan pakaian untuknya dan jangan lupa menemaninya sarapan. Sekarang aku mau ke kantor Mas Al dulu untuk meminta izin."

Aku mengangguk, kemudian meninggalkan ruangan itu dengan hati yang diselimuti banyak pertanyaan. Meskipun sekilas, tetapi aku bisa melihat Kak Jes tersenyum miring. Sekali lagi, kenapa? Apa keputusanku melahirkan anak untuk mereka adalah sebuah kesalahan?

Entahlah, aku tidak banyak tahu tentang keluarga ini. Jika Kak Jes benar-benar menjadikanku umpan atau semacamnya, maka kupastikan dia hidup dalam penyesalan. Namun, sebenarnya apa yang sedang direncanakan Bi Sumi? Mengapa tidak memberitahuku semuanya sekarang?

Malam telah tiba. Kami bertiga sudah duduk di meja makan. Aku tidak tahu daging apa ini, tetapi rasanya sangat empuk dan enak. Selain itu, ada ikan salmon. Nikmat, ini kali pertama dalam hidup karena aku berasal dari keluarga miskin. Biasanya makanan paling enak adalah ayam goreng meskipun tidak pakai sambal, hanya ditaburi sedikit penyedap rasa.

"Mas, kok, diem aja?" Kak Jes membuka pembicaraan.

"Memangnya mau bahas apa?"

"Kamu lihat Sonia. Dia pakai baju bagus, lipstick-nya natural dan itu membuat wajahnya segar. Parfumnya juga kek beda, deh."

Aku melipat bibir. Apa maksud Kak Jes?

"Penampilan Sonia berubah atau tidak, itu sama sekali nggak penting. Lagi pula, baju dan apa pun yang dia pakai sekarang pasti karena keinginanmu, kan?" balas Mas Al tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan.

Lelaki itu terlihat sangat menikmati masakan istrinya. Aku menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan.

Setelah makan malam selesai, aku melihat lelaki itu tersenyum lembut dan menarik tangan Kak Jes menuju ruang keluarga, mungkin ingin menonton acara TV. Aku hanya mengamati, menelan duri karena kesalahan sendiri. Andai tidak ada utang yang ditinggalkan oleh Bapak, mungkin aku juga bisa hidup bahagia dan diratukan oleh lelaki yang tulus mencintaiku.

"Sonia, ke sini sebentar!" panggil Kak Jes.

Aku menurut, melangkah cepat menuju sumber suara. Di sofa warna krem itu, Mas Al duduk bersama istri tercintanya. Dia terlihat bahagia dan tidak sedingin saat di meja makan, tetapi pandangan matanya tetap di satu titik yang sama. Ragu, aku mendekat.

"Iya, Kak?"

"Duduklah, kita nonton bertiga."

"Sayang!" tegur Mas Al menatap tidak suka.

Lagi, aku menghela napas berat lantas menolak ajakan tadi dengan alasan lebih suka membaca novel, padahal tidak ada buku di dalam kamar. Kak Jes tertawa kecil, aku kembali beralasan bahwa maksudnya adalah novel online.

"Pokoknya kamu harus ikut nonton!" pinta Kak Jes lagi dan kali ini penuh penekanan.

Mas Al tiba-tiba berdiri. "Baiklah, kalau kamu bersikeras mengajak gadis itu menonton, silakan. Aku mau ke kamar duluan, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan malam ini."

"Kok, gitu, Mas?" Kak Jes menarik tangan Mas Al, tetapi lelaki itu menepis dengan lembut, kemudian melangkah panjang meninggalkan kami. Bagaimana rasanya dianggap sebagai orang ketiga serta merusak kebahagiaan mereka? Mungkin jika anak ini lahir, Mas Al pun tidak akan menyukainya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 118

    Setelah malam penuh ketegangan itu, rumah Albian tidak lagi menjadi tempat yang aman. Ethan memutuskan memindahkan keluarga Albian ke tempat persembunyian sementara. Sebuah vila di luar kota, tersembunyi di balik hutan, dipilih sebagai lokasi terbaik untuk memastikan keamanan mereka. Jessica duduk di kursi dekat jendela besar vila itu, pandangannya kosong menatap ke luar. Dia merasa seperti beban berat terus menghimpitnya. Sonia, yang tak pernah membiarkan orang lain tenggelam dalam rasa bersalah terlalu lama, mendekatinya. “Kita semua berada di sini karena kamu, Jessica,” kata Sonia, nada suaranya tegas, “tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu.” Jessica menoleh, matanya berkaca-kaca. “Sonia ... aku sudah menghancurkan hidup kalian. Jika sesuatu terjadi pada Farhan atau Alia ....” Sonia menggeleng. “Aku tidak mau mendengar penyesalan itu lagi. Apa yang kita perlukan sekarang adalah rencana. Kamu bilang kamu punya salinan data itu. Di mana?” Wanita itu m

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 117

    Malam itu, suasana rumah keluarga Albian penuh ketegangan. Jessica duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh kecemasan, tangannya gemetar saat memegang secangkir teh yang hampir dingin. Di seberangnya, Sonia dan Albian saling bertukar pandang, mencoba membaca pikiran satu sama lain.Farhan dan Alia sudah terlelap di kamar mereka, tidak menyadari badai yang tengah mendekat. Sonia menatap Albian dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan—campuran antara kekhawatiran dan kekuatan.“Jessica.” Sonia akhirnya memecah keheningan. “Kita harus tahu semuanya. Tidak ada yang bisa disembunyikan sekarang. Apa sebenarnya yang mereka inginkan darimu?”Jessica menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu untuk bicara. “Aku sudah memberitahu kalian. Itu semua tentang dokumen yang aku curi—”“Tidak mungkin hanya itu,” potong Sonia, nadanya tegas, “mereka tidak akan mengorbankan segalanya hanya untuk mengejar dokumen biasa.”Albian menatap Jessica tajam. “Jessica, kalau kamu ingin kami membantu, kamu harus berkata

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 116

    Sonia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dia mengamati kembali rekaman CCTV yang menunjukkan pria dengan jaket logo misterius itu. Dalam pikirannya, ada satu pertanyaan yang terus menghantuinya: kenapa mereka begitu gigih mengejar Jessica?Sementara itu, di ruang kerjanya, Albian menelepon salah satu kontak kepercayaannya. “Dapatkan semua informasi tentang logo ini. Siapa pun yang terlibat di balik organisasi ini, aku ingin tahu segalanya,” katanya dengan nada penuh determinasi.Tak lama, Albian keluar dari ruang kerja. “Kita harus berbicara serius,” katanya sambil memandang Sonia dan Jessica.“Apalagi sekarang, Mas?” tanya Sonia.“Aku sudah memanggil penyelidik pribadi untuk menyelidiki organisasi ini. Tapi Jessica, kamu harus bicara jujur. Apa yang sebenarnya mereka inginkan darimu? Ini bukan sekadar ancaman biasa. Pasti ada alasan besar kenapa mereka segigih ini.”Wanita itu tampak gugup. “Mereka menginginkan ... dokumen penting yang dulu aku ambil dari salah satu pemimpin mereka

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 115

    Suara retakan dari dapur membuat Sonia dan Jessica saling pandang dengan ketegangan di mata mereka. Sonia segera meraih ponsel di meja, bersiap menghubungi Albian yang sedang bekerja di ruang pribadinya. Namun sebelum dia sempat menekan tombol, Jessica menahan tangannya."Tunggu. Kalau kamu membuat suara, mereka bisa tahu kita menyadari kehadiran mereka," bisik Jessica."Siapa mereka?" tanya Sonia, suaranya tertahan, tetapi tegas.Jessica tidak menjawab. Dia hanya menatap ke arah dapur, memasang kewaspadaan.Dari bayangan di balik pintu dapur, terdengar langkah-langkah pelan. Jessica meraih sebuah benda berat—kayu kecil yang tergeletak di dekat meja—dan bergerak mendekati pintu.Sonia, meskipun gugup, mengikuti di belakangnya.Namun, sebelum mereka bisa mendekat, pintu terbuka, dan seseorang yang tidak dikenal muncul. Wajahnya tertutup oleh topi dan masker. Tatapannya tajam, tetapi dia tampak terkejut mendapati Jessica dan Sonia berdiri di sana."Siapa kamu?!" Sonia berseru dengan sua

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 114

    Keesokan harinya, Jessica benar-benar kembali seperti yang dijanjikan. Kali ini, dia membawa dokumen-dokumen yang katanya bisa membuktikan ancamannya nyata. Sonia duduk di ruang tamu bersama Albian, dengan sikap waspada, sementara Jessica mulai menjelaskan.“Orang ini, namanya Vincent,” kata Jessica, sambil menunjuk sebuah nama di salah satu dokumen, “dia mantan rekan bisnisku. Awalnya, aku pikir dia hanya marah karena aku mundur dari proyek kami. Tapi belakangan, dia mulai mengancam akan membocorkan rahasia pribadiku dan menyebarkan berita palsu untuk menghancurkan reputasiku.”“Dan apa hubungannya dengan kami?” potong Sonia dingin.Jessica menelan ludah, gugup. “Karena Vincent tidak hanya menyerangku. Dia juga menyebut nama kalian. Dia tahu aku pernah menjadi bagian dari kehidupan kalian dan dia akan menggunakan itu untuk mempermalukan kalian di publik.”Albian memijat pelipisnya, sementara Sonia menatap Jessica dengan tajam. “Jadi, karena ulahmu sendiri, sekarang kami juga terancam

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 113

    Jessica tersenyum tipis, tapi jelas terlihat tegang. “Aku butuh bicara denganmu, Mas.” Albian diam, tubuhnya membeku. Dia ingin langsung menutup pintu, tapi Jessica memandangnya dengan sorot mata yang penuh tekanan. “Ini penting.” Sonia, yang mendengar suara di depan pintu, berjalan mendekat. “Mas? Siapa—” Langkahnya terhenti begitu melihat Jessica berdiri di ambang pintu. “Sonia.” Jessica mengangguk singkat, seolah kehadirannya adalah hal yang wajar. “Lama tidak bertemu.” “Kamu ... mau apa lagi kamu ke sini?” tanya Sonia, suaranya bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang berusaha dia kendalikan jika teringat pada perbuatan wanita licik itu. Jessica melirik Sonia sebelum kembali menatap Albian. “Aku perlu bicara dengan kalian. Ini soal sesuatu yang sangat penting.” “Jessica, kamu seharusnya tidak di sini,” ujar Albian, nadanya datar, tapi penuh ketegasan. Wanita licik itu mendesah. “Aku tidak punya pilihan lain, Mas. Percayalah, aku tidak ingin datang jika tidak te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status