Share

Pembalasan Dendam

Apa yang harus Alesha lakukan agar memikat Garvin. Alesha sungguh tidak berpengalaman. Kenapa skenario yang diciptakan Wiliam sangat rumit seperti ini. Seharusnya Wiliam bisa membuat Alesha langsung bersama Garvin tanpa acara pamer-pamer tubuh pada pria hidung belang lainnya.

Acara pelelangan wanita. Wiliam memang membuat rencana dengan memasukkan Alesha ke dalamnya. Agar Alesha bisa memikat Garvin dengan kecantikannya. Setelah itu—Alesha akan menjalankan rencana yang sudah mereka susun. Wiliam duduk di belakang—sesekali menyesap sebatang rokok yang berada di jarinya. Ia menatap punggung Garvin yang berada di depannya.

“Kita sambut wanita yang sudah terpilih,” suara MC menggelora.

Alesha berada di urutan nomer 5 alhasil ia berjalan di urutan paling belakang. Tangannya mulai berkeringat dingin. Wajahnya terasa sangat kaku tanpa ekspresi.

“Start.”

Para wanita lain sibuk melepaskan pakaiannya—kemudian bergoyang dengan sensual. Apa yang dilakukan Alesha? Wanita itu hanya diam.

“KENAPA DIAM SAJA? BUKA BAJUMU!”

“HEI PATUNG!”

Itu teriakan para hidung belang yang ingin melihat tubuh polos Alesha. Sang MC yang melihat kekacauan itu segera mendekati Alesha yang hanya diam saja.

“Apa yang kau lakukan? Kau bisa mengacaukan acara ini.”

Sang MC menarik lengan Alesha kasar hendak membawa Alesha turun dari panggung. Bisa-bisa acara yang sudah digelar ini kacau akibat ulah wanita yang tidak tahu diri seperti Alesha.

“Nomer 5. 900 ribu dollar,” suara pria.

Semuanya terkejut. MC yang tadinya hendak membawa Alesha turun kini menarik Alesha kembali agar tetap berada di panggung.

Semua orang tercengang. Garvin yang terkenal sangat pemilih wanita akhirnya mengangkat nomer lebih awal.

“Nomer 5. 1, 5 juta Dollar.” Itu Wiliam. Pria itu benar-benar mengibarkan bendera peperangan.

Garvin menoleh ke belakang. Terlihat jika pria itu menatap sengit Wiliam. Atmosfir antara dua pria itu benar-benar dingin dan menyeramkan.

“Nomer 5. 2 juta Dollar.” Pria hidung belang lain mulai ikut-ikutan.

“Nomer 5. 3 juta Dollar.” Wiliam kembali mengangkat nomernya.

Hening tidak ada yang menawar lagi. “Apakah masih ada yang ingin menawar?” tanya MC.

“Jika tidak ada maka—”

“Nomer 5. 10 juta dollar.”

Semua orang terkejut bukan main. Itu adalah jumlah yang fantastis yang pernah dikeluarkan. Garvin menatap Alesha dengan tatapannya yang tajam. Jika sudah menginginkan sesuatu—Garvin harus mendapatkannya.

“Apa masih ada yang menawar?” tanya MC.

Hening sebentar. “Jika tidak, Nomer 5 menjadi milik tuan Garvin Carver Blackton.”

~~

Alesha tidak tahu akan di bawah ke mana. Setelah dirinya terjual, astaga Alesha mengutuk perkataannya sendiri. Maksudnya setelah acara itu—Alesha resmi menjadi milik Garvin. Ia telah berganti pakaian—dress mini yang semula melekat pada tubuhnya sekarang berganti dengan dress selutut dengan bagian atas sedikit terbuka.

Dress yang katanya diberikan oleh Garvin itu lebih baik daripada Dressnya yang tadi. Mata Alesha ditutup dengan sebuah kain hitam. Ia tidak tahu dibawa ke mana—yang pasti mobil kini berhenti.

“Sudah sampai. Anda bisa membukanya, Nona.” Alesha meraba kain hitam yang menutupi matanya. Setelah bisa melihat dengan jelas—Alesha benar-benar takjub dengan bangunana di hadapannya.

Sebuah Mansions yang sangat mewah dan megah. Jauh lebih besar dari mililk Wiliam. Seorang pria dengan pakaian serba hitam membukakan pintu—Alesha keluar.

“Bukankah aku pernah bertemu dengan anda?” tanya Alesha.

“Dilarang berbicara.”

Alesha berdecak. Ia harus segera bertemu dengan Garvin untuk menjalankan misinya. Pria tadi menunjukkan jalan masuk. Mereka terus berjalan sampai berhenti pada sebuah pintu hitam yang tertutup.

“Tuan Garvin sudah menunggu.”

Alesha dengan ragu membuka pintu. Di sana ia bisa melihat pembunuh Aldrich. Ya, Garvin tengah duduk di atas sofa dengan gelas di tangannya. Alesha menatap Garvin lekat—perasaan marahnya kembali muncul. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana Garvin mentertawakan jasad Aldrich yang berada di bawah kakinya.

“Kenapa hanya diam saja di sana? Benar-benar mau jadi patung?” sarkas Garvin.

Alesha berjalan mendekat. Menampilkan senyum secantik mungkin agar Garvin tergoda. Kemudian mengambil duduk di samping Garvin.

“Aku sudah membelimu mahal. Jadi kau harus memuaskanku,” ucap Garvin santai.

Alesha mengerjap. Kemudian mengangguk dengan senyum yang masih jelas terpancar di wajahnya. Tangannya bergerak mengambil botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas kecil Garvin.

“Aku tidak ingin mabuk,” ucapnya setelah Alesha selesai menuangkan minumannya. “Cepat buka bajumu,” perintahnya.

“Kenapa aku harus membuka bajuku?” tanya balik Alesha.

Garvin menatapnya tajam. “Buka sendiri atau aku yang merobeknya?”

Alesha mengepalkan tangannya erat. Ia harus bisa! Ia harus bisa melakukan semua ini untuk membunuh Garvin. Alesha bangkit—berdiri, perlahan membuka resleting dressnya. Menurunkan dressnya hingga kini tubuhnya hanya terbalut dengan pakaian dalam berwarna merah.

Pandangan Garvin tidak terlepas sedetikpun dari Alesha. Pertama kalinya melihat wanita yang begitu kaku. Wanita yang sama sekali tidak pandai menggodanya. Ia tersenyum tipis. Garvin baru sadar jika sudah menghabiskan jutaan dollar untuk wanita payah ini.

Garvin menepuk pahanya sendiri. “Kemarilah.”

Alesha berdiri kaku di hadapan Garvin. Dengan lancang Garvin menarik pinggang Alesha sehingga perempuan itu jatuh di pangkuannya. Jemari Garvin menelusuri wajah Alesha. “Ini bukan kali pertamaku melihatmu bukan?”

Alesha mengangguk. “Yang pertama di Klub dan kedua di Mansionmu.”

Garvin mencengkram pinggang Alesha. Selain payah juga lemot—Gavin ingin mengumpat. Bagaimana bisa ia membeli wanita seperti ini. “Kau yang ada di Pantai.”

“Benarkah?”

Garvin menarik tengkuk Alesha dan menciumnya. Melumat habis bibir manis milik Alesha yang terasa candu. Jemarinya mengusap rahang Alesha pelan. Meski Alesha membalas ciuman Garvin dengan kaku.

Selama hidup 22 tahun, ini adalah pertama kalinya ia berciuman dengan pria. Naasnya dengan pria yang telah membunuh kekasihnya sendiri. Meskipun Alesha tidak pernah praktek—tapi ia sering melihat bagaimana orang berciuman.

Entah bagaimana—Alesha sudah berada di gendongan Garvin. Pria itu menjatuhkan tubuh Alesha di atas ranjang. Garvin melepaskan pakaiannya sendiri. Melepaskan kemeja putih yang melekat di tubuhnya sehingga perut yang penuh dengan kotak-kotak hasil latihan fisik terlihat. Tubuh Garvin dipenuhi dengan jejak luka dan ukiran tatto penuh.

“Aku tidak bisa bermain lembut.” Setelah itu Garvin mencium Alesha kembali. Menggigit kecil leher jenjang perempuan itu.

Alesha tidak sepenuhnya telanjang. Ia masih menggunakan pakaian meski hanya dalaman saja. Tangan kirinya mengalun di leher Garvin, sedangkan tangan kanannya mengambil sesuatu yang tersimpan dari dalam dadanya. Sebuah jarum yang ukurannya sangat kecil.

Jarum itu berisi sebuah racun yang sangat berbahaya. Kata Wiliam tugasnya hanya menancapkan jarum itu ke leher Garvin dan seketika pria itu akan langsung terjatuh. Sekarang jarum itu sudah berada di tangan Alesha.

Alesha tersenyum di sela-sela ciuman mereka. ‘Kau akan mati,’ ucapnya dalam hati. Tangan Alesha bergerak akan menancapkan jarum itu tepat di leher Garvin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status