Share

69. Balapan Liar

Author: feynaa
last update Huling Na-update: 2025-06-10 00:02:00

Mobil sedan hitam Daren meluncur dengan kecepatan sedang di jalanan perkampungan yang lengang, diikuti oleh mobil pada bodyguar yang ia sewa. Ia memilih jalur alternatif yang jarang dilalui orang.

Jalan kecil yang sepi dan hanya diketahui penduduk lokal yang sudah bertahun-tahun tinggal di daerah ini. Di samping kemudi, Ella duduk dengan tubuh bersandar tenang. Suasana di dalam mobil sangat sunyi, tapi anehnya menenangkan.

Namun, ketenangan itu tiba-tiba buyar ketika Daren menangkap beberapa mobil hitam yang bergerak cepat menyalip beberapa kendaraan para bodyguard. Jantung Daren langsung berdegup kencang ketika melihat formasi mobil-mobil itu—mereka bergerak terkoordinasi, mencoba mengepung dari berbagai sisi.

Sebuah mobil sport hitam berhasil menyalip mereka dan tiba-tiba berhenti mendadak menghdang mobil Daren. Pria langsung menginjak pedal rem sekuat tenaga, membuat ban mobilnya berdecit di atas aspal dan kedua tubuh mereka tersentak keras ke depan.

“Astaga!” pekik Ella terkejut,
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   76. Pembunuhan Berkedok Kecelakaan,

    Kesadaran Ella kembali secara perlahan. Kepalanya berdenyut-denyut dan terasa berat, membuatnya meringis. Pandangannya masih kabur ketika ia mencoba meperhatikan sekitarnya. Ia mengerjap berkali-kali, mencoba memfokuskan pandangannya.“Ella? Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?”Suara Daren terdengar lembut, meski ekspresi wajahnya dan tubuhnya masih tegang, penuh kekhawatiran. Ia duduk di sisi ranjang, tubuhnya sedikit membungkuk ke arah Ella. Gadis itu mencoba mengubah posisinya, dibantu oleh Daren dengan hati-hati, mneyangga punggungnya.“Aku baik-baik saja,” balasanya dengan suara serak yang terdengar lemah.Tangan Daren membelai lembut rambut Ella, menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga gadis itu. “Dokter bilan kau kelelahan. Kau pasti sangat stress dan tertekan dengan kebaradaan Lorenzo, ya?”Tangan Daren bergerak perlahan menyelipkan helai rambut Ella yang meutupi wajahnya ke belakang telinganya. “Dokter bilang kau mengalami kelelahan ekstrem. Kau pasti sangat stres da

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   75. Pawang Lorenzo

    Suara tamparan itu bergema keras di seluruh ruangan. Lorenzo terhuyung mundur satu langkah, keseimbangannya hilang karena kejutan dan kekuatan pukulan yang tidak disangkanya. Pipi kirinya langsung memerah, bekas jari Ella tercetak dengan jelas.Gadis itu benar-benar memukulnya dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, penuh dendam. Mata hitam Lorenzo melebar, syok hebat. Bahkan Daren yang sudah melangkah maju, bersiap untuk hal-hal buruk pun seketika terdiam di tempatnya. Ia juga sama terkejutnya dengan Lorenzo.“Aku sangat kecewa padamu, Lorenzo,” kata Ella dengan suara yang bergetar karena amara yang mendalam. Air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata.“Kau menginginkan aku di saat kau bahkan tidak bisa melihat aku sebagai diriku sendiri!” makinya, suaranya naik beberapa oktaf.Ella melangkah lebih dekat, kepalanya mendongak menatap nyalang Lorenzo. “Hanya Seline, Seline, dan Seline yang ada di pikiran dan hatimu! Tidak pernah ada aku. Tidak pernah ada Gabriella Jovianne di

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   74. Kemarilah, Sayang

    Mata hitam Lorenzo menyapu setiap sudut ruangan sambil megembuskan rokoknya. Aroam temabaku kini bercamur dengan aroma kopi yang mulai memudar. Pandangannya bergerak mencari tanda-tanda sosok yang dicarinya. Kemudian pandangannya beralih pada Daren yang berdiri tegak dengan postur penuh kewapsadaan.“Di mana dia?” tanya Lorenzo dengan suara yang terdengar tenang.Daren menarik napas dalam, ia menyelipkan tangan di saku celananya, kemudian dengan gerakan yang dibuat santai, ia duduk di kursi berlengan yang berhadapan langsung dengan Lorenzo.“Siapa?” Daren berpura-pura tidak tahu, ia menatap Lorenzo dingin sembari mengangkat dagunya, menantang.Lorenzo menghisap rokok dalam-dalam. Asap yang dihembuskannya mengepul pelan, hingga Daren bisa mencium arom tembaku yang kuat.“Jangan bermain-main denganku, Daren Mathew,” balas Lorenzo dengan nada yang rendah. “Kau tahu persis siapa yang kucari. Bawa dia padaku. Sekarang.”Mata hitamnya menatap tajam ke arah Daren, aura intimidasi yang dipanc

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   73. Permainan kucing-kucingan

    Dapur berkonsep minimalis di penuhi aroma kopi arabika yang baru diseduh pagi itu. Ella berdiri di hadapan kompor dengan postur agak tegang, memasak telur untuk sarapan mereka. Wajahnya menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Di sampingnya, Daren tampak jauh lebih santai sedang menuangkan kopi hitam ke dalam dua cangkir porselen putih. Namun, aroma semerbak kopi itu tiba-tiba bercampur dengan bau gosong dari wajan yang sedang digunakan Ella.“Astaga!” serunya Ella tiba-tiba membuat Daren terlonjak kaget.Mata Ella membulat panik melihat telur dadar yang dibuatnya mulai menghitam di salah satu sisinya. Ia tergesa-gesa langsung memtikan kompor dan langsung memindah telur itu ke atas piring. Daren menghentikan aktivitasnya di depan mesin kopi. Ia menoleh disertai dengan tawa mengejek melihat maha karya Ella.“Tuan Putri memang tidak cocok berada di dapur,” sindirnya disertai tawa geli, kepalanya menggeleng tidak habis pikir dengan kemampuan memasak Ella yang masih belum berkembang sejak mer

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   72. Firasat Buruk

    Chicago, Amerika SerikatRumah kayu bertingkat dua yang berdiri kokoh di tepi danau itu menjadi tempat mereka bermalam. Ella berdiri di depan jendela besar kamarnya yang menghadap langsung ke danau, tubuhnya bersandar pada kusen kayu. Menatap cahaya matahari sore yang memantul di permukaan air danau.Ella merasa hatinya dipenuhi rasa syukur yang mendalam terhadap Daren. Pria itu telah mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Transportasi, tempat tinggal, makanan, bahkan kemanan. Seharusnya Ella tidak perlu memikirkan apa pun karena Daren sudah merencanakan semuanya dengan matang.Namun, entah mengapa suasana hatinya tetap merasa gelisah. Suara tapak kaki yang mendekat membuat Ella menoleh. Daren menghamprinya dengan senyuman yang hangat. Di tangannya terdapat seikat bunga liar kecil-kecil berwarna putih dan kuning yang tampaknya baru saja dipetik dari taman belakang rumah.“Untukmu,” katanya dengan suara yang begitu lembut.Kemudian menyelipkan tangkai bunga-bunga itu di balik telinga

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   71. Karma

    Mata Ella berkedip perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya lampu yang menusuk retinanya. Ia bergerak pelan, sedikit meringis merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Gadisitu menarik napasnya dala menenangkan rasa sakit di kepalanya. Ketika kesadarannya mulai terkumpul utuh, pandangannya menyapu ruangan yang asing ini hingga ia menemukan Daren duduk di sebelahnya.“Ella...” panggil Daren lembut.Kerutan di keningnya semakin dalam ketika matanya menangkap luka goresan yang mengukir pipi kanan dan kening Daren disertai dengan bekas darah yang mengerin. Ledakan mobil itu pasti telah melontarkan serpihan kaca dan logam yang menggores wajahnya. Sementara Ella, dia selamat tanpa luka serius, hanya benturan keras yang membuatnya terlempar dan kehilangan kesadaran dan berakhir di rumah sakit.Ella berusaha bangkit, tetapi tubuhnya terasa menolak untuk bergerak. Ingatan tentang kecelakaan itu masih mengambang segar di benaknya.“Lorenzo!” Nama itu ia ucapakan dengan suara yang serak. “Di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status