"Arum minta cerai Mas, ini adalah keputusanku," jawabku dengan tegas."Ya ceraikan saja dia Mas, 'kan masih ada aku ngapain kamu bergantung sama dia," ucap Lira dengan tatapan sinisnya."Kenapa Mas, kamu takut tidak kebagian harta, hanya karena warisan saja kamu mempermainkan aku dan keluargaku," ucapku dengan suara sedikit bergrtar."Hutang-hutang di Bank akan dianggap lunas jika Mbak Sukma mau menjual sahamnya kepada Arum, jadi pikirkan baik-baik.""Arum nggak mau hidup menderita hanya karena kalian yang sudah merusak kepercayaan Arum.""Maaf saya menyela pembicaraan kalian, yang di katakan Arum tidaklah salah jika dia ingin pisah denganmu kabulkanlah, kita tidak boleh menyakiti perasaan orang lain terutama seorang istri, di sini sudah jelas kalian yang salah, banyak sekali kesalahan yang kalian tutupi sehingga satu-persatu terkuak dan menjadi bumerang pada diri kalian sendiri.""Apalagi dengan banyaknya bukti ini, sudah pasti akan di kabulkan oleh pengadilan dengan cepat.""Pokonya
"Wah pagi-pagi dapat kejutan, dari siapa sih tau aja sama keluarga kita suka kejutan di pagi hari," ucap Mamah dengan sumringah."Tuh lihat Rum, keluarga itu terpandang ada saja yang ngasih bingkisan gini, sering-sering saja lumayan dapat gratisan," timpa Mbak Sukma.Ibu dan aku hanya cengar-cengir kaya kuda melihat tingkah laku mereka kaya anak kecil nggak tau ya kalau aku yang kirim itu bingkisan," batinku."Cepat buka Mas, nggak sabar nih, siapa tau isinya tas branded lumayan kan?"Mas Ariel pun membukanya dengan tersenyum, dengan telaten dia membukanya bagaimana tidak aku membungkusnya berkali-kali kotak dengan sampul kado beraneka ragam."Duh siapa sih yang buat gini kaya anak kecil saja, belum selesai juga," gerutu Mas Ariel.Tinggal kotak terakhir yang berukuran sedang setelah di buka hanya sebuah CD."Uuhuh ... dikiraan apa, cuma CD," gerutu Lira."Coba nyalain punya siapa sih, nggak penting banget ngasih beginian, tapi penasaran juga sih," timpa Mbak Sukma.Kami pun pergi ker
"Sudah lama kerja di sini?""Hampir 3 tahun, Bu!""Maaf saya antar sampai keruangan Bu Arum!""Oh nggak usah nggak apa-apa kok, kamu duluan saja.""Ya sudah saya duluan Bu Arum, permisi!""Iya."Aku masuk ke dalam ruangan Mas Ariel dan segera memanggil Indri.Indri adalah sekretarisnya Mas Ariel, selama ini ternyata Mas Ariel jarang ke kantor, dia banyak menghabiskan waktunya di luar kantor, tetapi tidak tahu dia pergi ke mana."Indri, sudah di siapkan semua untuk meeting hari ini?""Sudah Bu, bahkan para staf pegawai sudah datang semua dan langsung menuju ruang meeting kecuali Pak Ariel dan Ibu Sukma yang belum datang.""Huf ... lagi-lagi mereka, maunya apa sih selalu kakak beradik ini kompak banget, heran!" "Ya sudah coba kamu telpon mereka!""Sudah Bu, tetapi baik Pak Ariel maupun Ibu Sukma tersambung telponnya tetapi tidak diangkat.""Coba lagi kamu telpon saya mau dengar apalagi alasannya.""Baik Bu!"Tut! Tut! Tut!"Kenapa lagi sih Ndri?""Maaf Pak, Bapak dan Ibu sudah di mana
Kulihat dia tambah stres bahkan pakaian yang ia pakai pun tampak kusut seperti hatinya sekarang.Aku menghela napas dengan kasar, tapi inilah yang akan terjadi."Siap-siap Mas, sebentar lagi kamu akan mendapat kejutan yang ketiga, aku harap kamu nggak jantungan ya Mas," ucapku dalam hati sambil memandang Mas Ariel dari balik kaca."Serius amat lihatnya, masih cinta dan sayang ya sama dia?" tanyanya."Nggak, aku benci pengkhianatan, aku benci kebohongan dan aku benci kepalsuan," ucapku dengan tegas.Namun lama-lama aku mencium farhum yang tidak asing bagiku, dan saat aku menoleh aku menatapnya kembali.Jarak kami sangat dekat, ada sedikit getaran tetapi langsung aku buang jauh-jauh pikiran itu, karena untuk saat ini aku harus memantapkan hati, menikmati kembali kesendirianku."Eh Mas Lingga, kagetin aja ngapain di sini?" tanyaku sediki kikuk."Harusnya saya yang tanya kamu, kenapa kamu lihat suamimu kaya gitu, masih cinta?" tanyanya balik."Sudah nggak usah di bahas lagi, ayo kita ke
"Ada apa?""Eh nggak apa-apa Mas?""Jangan pikir kamu bisa lari dari masalah yang dulu, aku masih butuh penjelasan!""Aku akan memberikan waktu untuk memikirkan kesalahan dan penjelasan yang tepat untuk masalah kita, kamu mengerti kan maksudku?""Terserah Mas, saja tapi bantu aku menyelesaikan masalah ini, baru urusan kita lagian itu sudah lama kali, masih cinta monyet, mau jelasin kaya mana, aku dulu mana ngerti apa itu cinta, pas cinta beneran malah di bohongi, aku kan dulu tomboy Mas, siapa suruh Mas dulu suka aku diam-diam?""Baiklah, tapi kenapa kamu menghindar saat kita bertemu lagi pada saat peresmian panti asuhan milik ayahku empat tahun yang lalu, apa kamu tidak kenal aku karena aku bertambah tampan sampai kamu tidak menatapku sedikitpun ke arah ku?""Ya elah Mas, aku kan sudah menikah nggak mungkin kan aku melirik ke pria lain, aku dulu di jodohkan sama ayah, mana aku berani menentang keputusan ayah dulu, sedangkan Mas Lingga hanya diam seribu bahasa," jawabku sewot."Aku mi
Mas Ariel nampak gusar dan gelisah karena cek yang mau diberikan kepadanya tidak jadi, sedangkan aku mendapat informasi dari Mbok Sarni pihak Bank itu masih sering menelpon Mamah mertua dan di rumah itu sudah di beri pengumuman Rumah ini di sita oleh pihak Bank.Mereka di beri waktu sampai besok pagi jika tidak maka rumah itu akan di sita. Sungguh puas aku mendengarnya.Dengan semangat 45 aku menemui Mas Lingga karena sudah waktunya aku bertemu Kiran sesuai dengan kesepakatan kami.Aku tidak melihat Mas Ariel maupun Mbak Sukma, di ruangannya pun sudah tidak ada, lalu aku bertanya ke sekretarisnya ternyata Mas Ariel dan Mbak Sukma sudah pulang duluan, karena katanya izin pulang cepat."Seharusnya mereka izin kepadaku, bukan memberi memo saja, dasar pecundang," gerutuku."Ayo Mas, sebentar lagi jam lima sore aku nggak sabar ingin bertemu Kiran.""Loh saya ikut juga atau jadi supirmu saja?""Katanya teman kuliah, nggak kangen mau ketemu?" godaku."Apakah kamu cemburu jika aku berdekata
"Saya harap Mbak bisa mengerti apa yang saya maksud, jangan seperti saya yang terlalu percaya dengan cinta dan menjadi budak cinta sakit Mbak rasanya.""Maka dari itu saya ingin memberinya pelajaran kepada mereka bagaimana hidup yang sederhana, mereka selalu menghambur-hamburkan uang, berfoya-foya, shopping.""Terima kasih Mbak Arum sudah mengingatkan saya, saya akan melakukan sesuatu yang saya anggap benar.""Baiklah Mbak, mungkin sampai di sini dulu pertemuan kita, tapi saya mohon Mbak bantu saya jangan sampai Mbak memberikan sepeserpun untuknya, karena saya ingin melihatnya hidup dalam kemiskinan.""Baiklah Mbak saya janji, saya tidak akan membantu mereka.""Begini saja Mbak Kiran bisa pura-pura kena tipu, nah di situ Mbak bisa lihat dia mencintai Mbak karena punya alasan sendiri atau hanya memanfaat harta Mbak Kiran saja.""Oh ya Mbak ngomong-ngomong yang membantu Mbak Kiran dalam kesulitan itu adalah ibuku Mbak."Aku mengeluarkan foto ibuku dan aku yang saling memeluk di dalam
"Bagaimana ini, Kiran belum menghubungiku?" tanyaku masih dilanda gusar."Ayo dong Kiran, bantu aku ...!"Mas, kita Shalat di luar saja sekalian aku mau ke tempat Ibu," pintaku pada Mas Lingga."Oke.""Mbok, Arum sama Mas Lingga mau ke rumah Ibu Arum, nanti kalau ada apa-apa hubungi Arum ya." Aku menitipkan pesan untuk Mbok."Beres Neng, jangan khawatir udah sana pergi, hati-hati di jalan ya Neng.""Iya Mbok, Assalamualaikum!""Walaikumsalam."Jelang Magrib kami pun singgah di Masjid untuk menunaikan salat.Aku berdoa semoga yang aku inginkan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan.Setelah selesai kami langsung ke rumah Ibu. Di perjalanan kami tak banyak bicara, hanyut dalam pikiran masing-masing.Sampailah kami di rumah ibu dan kami di sambut Ibu dan Raina."Assalamualaikum!""Walaikumsalam!”"Tuh ada tamu yang nungguin dari tadi," ucap Ibu dengan tersenyum."Siapa Bu?""Saya Mbak Arum!""Mbak Kiran!""Loh ...Mbak Kiran ada di sini, saya tadi nungguin teleponnya Mbak loh!" "Mema