Saat kakaknya menghilang sehari sebelum pernikahan, Kayla dipaksa menggantikan posisi pengantin. Pernikahan dengan Xavier—pria dingin pewaris keluarga konglomerat—bukan hanya mendadak, tapi juga tanpa cinta. Bagi Xavier, pernikahan itu hanyalah formalitas bisnis. Kayla, yang berharap mendapat tempat di hati suaminya, justru tenggelam dalam kesepian dan ketidakpastian. Hari-harinya dipenuhi oleh luka bukan pelukan. Namun sampai kapan dia sanggup bertahan dalam neraka bernama pernikahan ini?
Lihat lebih banyakMELODY'S POV:
How could he do this to me at this time? I cannot believe I failed his course. I have a feeling it was deliberate because I had prepared so hard for this exam and the last thing I needed was for my effort not to be rewarded but above anything, that crook has no sense of loyalty at all. I was his sister for goodness sakes and he could have just let me have the pass mark.Aside that, I need to take this up, "You know, on the plus side, we get to sit in another long semester in a class taught by your hot brother. It can't be all that bad."
she actually scored in these tests because sh has her whole life figured out and her parents have it all settled.It was easier said for her because she has never cared what
As for me, I have plans to become the best attorney in town or maybe in the world and the only way to achieve that is to have pristine, close to flawless grade and this would be the first time I would flop a test.Jackson knew this. I rolled my eyeballs as she went on and on about how hot my brother was and the things she could do to him. I scoffed. what could she possibly do that I haven't or don't have plans to?
My fingers went to my lips as I thought if the things I habe been up to lately. We have both seemed to forget all about how it was like an unspoken taboo. Yes, we don't share mothers but we are brother and sister which makes it a whole new level of shit but it appeared the urge to satisfy my monster urges and his crazy indulgence was more than any other thing.
"Why are you smiling?"
That seemed to bring me out of my reverie. I immediately frowned.
"No, don't do that. Tell me. Just now, you were upset about the result and now, you have that dreamy look, is it a man?"
I smiled. It was not something I am willing to tell her right niow. She woul freak out. She is more of a freak than I am but something like an abominabe relationshio between Jackson and I would make her over the moon, maybe not necessarily in a bad way but I don't want to risk it.
"I will catch you later."
I said as we stopped in frony if Jackson's office. I did a three step count before knocvking on his door but did not wait for a resoomse before I narged oin and what I sae made me sto dead in my track.
"You said you were not seeing her again." I said in the calmest tone that I could even though if I had calmed down, I probably shouldn't say anything but I was not thinking right at this time.
"Isn't that your little sist..."
"Shut the fuck up" I screamed at her and walked out of his office, expecting him to follow me but he didn't. I stopped after walking awhil and realized that. I was livid with anger and I headed home straight.
"Are you okay, sweetheart?" I hard Mum ask as I ran upstairs.
"No!" I screamed but locked the door of my room in case she had any funny ideas to come and try to talk to me.
I fought the urge to text him angry things. Why was he in that position with his ex and why exactly would they be together at that time? I remembered that I had stayed over for the weekened and still habve a lot of my things at his place especially an assignment due tomorrow.
However, the more impotant thing was to get over my anger and have him do somethimg about my result. I headed out again, hoping jhe wuldn't be at his place but luck was not on my side, he ws just getting home. I ignire him at the emtravnce amd eaded inside.
"Jealousy doens't look good on you, you know? And you know, you don't have to let rveryone see you like that in case they get ideas."
"What if they do?" I asked as I stopped at the netrance of his room. He threw his hands up and followed me to the room.I felt his hands brushed against my left arm as I packed my stuffs. I closed my eyes because of the tingling I was feeling. I am mad at him so I should nit feel like this.
"You don't wanna be mad at me you know?" He whispered, his breath warm on my ear as my heart raced, and I could feel her nipples hardening
"Why?" My breath was caught in my throat.
His fingers gently caressing my waist, making me gasp softly. His voice was low and seductive. My mind raced with conflicting
thoughts because I knew this was wrong, but the sensation of their touch was overwhelming. I found myself wanting more, craving the attention more."Why did you do that?"
'Do you need to know?"
"I meant why did you fail me?"
"Come on, Baby sis, you had the highest mark. That was barely a fail!""Don't call me that."
"Why?"
"You remind me of a thousand reasons we shouldn't be doing this."
"But you came here desite knowing that." His voice felt like breeze against my ears as his body pressed into mine from the rear.
Without giving myself time to overthink, I surrendered to my desires. I placed my hands on his
chest, feeling the firm muscles beneath his shirt. Leaning forward, I captured his lips in a passionate kiss, tasting the sweetness of his mouth. His hands traveled up my thighs, lifting my skirt, and I let out a soft moan as he caressed my smooth skin."I told you not to wear skirts that are too short. You know what they do to me."
"Do you say this to her too?"
He chuckled.
His hands skillfully unbuttoned my top, revealing my luscious breasts, which were already straining
against my bra. He cupped them gently, his thumbs teasing my hardened nipples. I arched my back, encouraging his exploration, as waves of pleasure coursed through my body. He knelt before me, his mouth trailing kisses along my inner thighs, inching closer to my aching core.Oh, yes... please," I whispered, my inhibitions melting away. His tongue finally reached my wet pussy,
and he lapped at my juices, sending electric shocks through my body. He continued to tease my nipples while his mouth now wrecks havoc in my lower body in a sensual assault. My hands gripped his hair, urging him on as I reveled in the pleasure he waws providing."Hello, is anybody home?"
We stopped dead in our track as our faces found each other in shock.
"Jackson."
Without thinkoinmg, he grabbed my hanmds and pushed me into the3 bathroom before the door opened.
"Mum, what are you doing here?"
Waktu telah menunjuk angka dua belas siang. Matahari menggantung tinggi di langit, memancarkan sinarnya yang hangat namun tidak menyengat.Langit siang yang cerah menaungi pantai pribadi yang terhampar tenang, seolah waktu berhenti sejenak hanya untuk mengabadikan momen di antara pasir putih yang membentang dan debur ombak yang berkejaran lembut, memeluk bibir pantai dalam ritme yang menenangkan.Di depan sebuah vila mewah yang menghadap langsung ke lautan biru kehijauan itu, berdirilah Xavier—tinggi, tegap, dan berwibawa, namun kini memancarkan aura penuh gairah dan kehangatan.Di tangannya, tergenggam sepotong bikini dua potong berwarna merah marun yang tampak sangat mungil.Warna itu tampak kontras namun serasi dengan kulit pucat dan halus istrinya, Kayla, yang kini berdiri hanya berbalut handuk tipis.Kayla menatap pakaian itu dengan mata membulat, lalu menoleh pada suaminya yang tengah tersenyum penuh arti.“Kenapa kau yang memilih bikininya?” tanyanya dengan nada menggerutu manj
Pagi itu, sinar mentari menembus tirai kamar dan jatuh hangat di kulit Kayla yang masih terlelap.Tubuhnya terasa pegal di beberapa bagian—kenangan semalam masih tertinggal jelas di otot dan kulitnya.Ia mengerang pelan, menggeliat malas di ranjang sebelum akhirnya mencium aroma menggoda dari arah luar kamar.Aroma kopi hitam yang pekat dan suara desis mentega di atas wajan.Dengan mata yang masih setengah terbuka, Kayla bangkit. Ia mengenakan kemeja kebesaran milik Xavier yang tergeletak di lantai—masih hangat oleh aroma tubuh suaminya.Kancingnya ia biarkan terbuka hingga pertengahan paha, dan kakinya melangkah perlahan menuju dapur.Apa yang dilihatnya membuat senyum terbit di wajahnya.Xavier berdiri di depan kompor, masih bertelanjang dada, hanya mengenakan celana tidur tipis.Otot punggung dan lengannya menegang setiap kali dia mengaduk telur orak-arik di wajan. Di meja makan, sudah tersaji roti panggang, baco
Kayla mematung. Informasi itu seperti badai yang datang tiba-tiba. “Kau … menyuruhnya pergi?” tanyanya dengan suara lirihnya. “Aku memang tahu dia punya kekasih. Tapi, aku tidak menyangka kalau dia yang memintaku jadi penggantinya.”Xavier mengangguk. “Ya. Sejak saat itu, aku mencaritahu tentangmu. Kau adalah gadis kecil yang manis dan ceria. Aku menyukai senyummu saat kau menjadi pelayan kasir di restoran sahabatmu.”Kayla menganga mendengarnya. “Kau bahkan menguntitku, Xavier?” ucapnya tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Xavier tadi.Pria itu mengusapi sisian wajah Kayla dengan lembut. “Satu minggu sebelum pernikahan dimulai, Marsha datang padaku dan aku mencaritahu tentangmu. Aku mengubah nama Marsha menjadi namamu di akta pernikahan kita.”“Jadi … pernikahan kita ini, semuanya sudah direncanakan?” ucap Kayla lagi.Xavier mengangguk. “Ya. Direncana
Malam perlahan turun menyelimuti pulau pribadi itu, membawa serta semilir angin laut yang membelai lembut kulit.Cahaya bulan menggantung anggun di langit, memantulkan sinarnya ke permukaan laut yang tenang, menciptakan kilau perak yang indah seperti lukisan hidup.Ombak memecah perlahan di bibir pantai, menciptakan irama alami yang menenangkan.Kayla melangkah pelan di atas pasir putih yang masih hangat oleh sisa panas matahari siang tadi. Jemari kakinya menyentuh permukaan air laut yang lembut.Gaun tipis warna putih yang ia kenakan berkibar tertiup angin. Rambutnya dibiarkan terurai, sebagian menempel di leher dan pundak karena udara lembap.Di sampingnya, Xavier berjalan tanpa alas kaki, mengenakan kemeja santai yang lengannya ia gulung hingga siku, terbuka sebagian di bagian dada.Satu tangannya melingkar erat di pinggang Kayla, menjaganya tetap dekat, seolah enggan membiarkan wanita itu menjauh sedikit pun.Mereka berjalan tanpa
Udara tropis menyambut kedatangan mereka. Angin pantai bertiup lembut, membawa aroma asin dari laut dan suara debur ombak yang menghantam karang terdengar menenangkan.Helikopter pribadi yang mereka tumpangi baru saja lepas landas kembali, meninggalkan Xavier dan Kayla berdua saja di sebuah pulau eksklusif—yang ternyata adalah milik pribadi Xavier.Kayla memutar tubuhnya, matanya membelalak melihat betapa luas dan indah tempat itu.Hamparan pasir putih membentang sejauh mata memandang, air laut sebening kristal berkilauan memantulkan cahaya mentari.Vila kayu bergaya tropikal berdiri di tengah pepohonan palem, seolah menyatu dengan alam.“Ini semuanya … milikmu?” Kayla menoleh tak percaya.Xavier hanya mengangguk kecil sambil menyampirkan kacamata hitam ke wajahnya. “Ya. Kubeli satu minggu setelah menikahimu.”Kayla menganga menatap tak percaya ke arah suaminya. “Tuhan ... aku bahkan belum pe
Perjalanan pulang itu berlangsung dalam diam, namun bukan lagi diam penuh amarah. Ada ketegangan berbeda yang menggantung di udara.Tegangan yang membelit seperti benang tak terlihat, menyelimuti keduanya dalam ketidaktahuan akan arah selanjutnya. Tapi satu hal pasti—mereka sama-sama terbakar oleh emosi yang belum sempat tuntas.Begitu sampai di rumah, Xavier membanting pintu mobil dan berjalan lebih dulu, sementara Kayla mengikutinya perlahan.Ketika pintu rumah tertutup di belakang mereka, suasana berubah drastis. Keheningan tak lagi terasa nyaman. Ia kini seperti bara yang siap membakar.Kayla baru saja hendak melangkah ke arah tangga ketika Xavier menyentaknya. Tangannya kuat mencengkeram lengan Kayla lalu menariknya hingga tubuh mereka nyaris bertubrukan.“Aku muak dengan semua keraguanmu, Kayla,” gumam Xavier rendah, suaranya serak tertahan. “Kalau kau pikir aku tak menginginkanmu, kau salah besar.”Kayla menatapnya, dada naik turun karena emosi yang belum tuntas. “Aku lelah ter
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen