Beranda / Romansa / Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie) / Bab 3. Kau Berada di Bawah Kendaliku  

Share

Bab 3. Kau Berada di Bawah Kendaliku  

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 23:59:40

Berkali-kali Jovie meremas rambutnya dan mengumpat pelan saat dia mengingat kembali interaksinya bersama dengan Jace. Baik itu dari sikap bodohnya yang telah salah masuk kamar, dan juga tentang sikap Jace yang sangat menyebalkan setelah mereka keluar dari ruangan Corey tadi.

“Dasar pria hidung belang sialan! Berani-beraninya dia mengajukan syarat gila yang tidak masuk akal sehat,” gerutu Jovie kesal.

Mendekati waktu jam makan malam, semakin membuat Jovie bertambah gelisah tak menentu. Berulang kali dia ingin mengajukan protes pada Corey perihal Jace, tapi dia sadar dirinya tidak memiliki hak untuk itu. Terlebih lagi, bagaimana jika Jace melaporkan pada Corey tentang perbuatannya semalam? Masalah bisa semakin gawat. Pun sialnya, kenyataan membuat Jovie semakin frustrasi, Jace Sherwood adalah pria yang berinvestasi dengan nominal sangat besar pada hotel—di mana Jovie bekerja. Hal tersebut membuat Corey akan mati-matian membela Jace.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Seorang resepsionis hotel masuk sambil membawa satu kotak besar berwarna hitam, cukup besar sampai hampir menenggelamkan wajah resepsionis itu dari sudut pandang Jovie saat ini.

“Kotak apa itu?” tanya Jovie dengan kening mengerut heran.

“Ada seorang kurir yang mengantar ini baru saja, Nona. Katanya dikirim khusus dari relasi untuk Anda dan harus dipastikan bahwa Anda telah menerima dan membukanya,” jawab sang resepsionis sopan.

Jovie menyipitkan matanya saat melihat kotak besar itu yang diletakkan di atas meja kopi di depan sofa—tepat di depan meja kerjanya. Otaknya berpikir siapa yang memberikan hadiah padanya?

“Terima kasih sudah membawanya ke sini. Kau boleh kembali ke lobby.” Jovie berdiri dan tersenyum pada resepsionis.

“Baik, Nona. Saya permisi.” Sang resepsionis itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Jovie.

Ketukan dari high heels-nya terdengar ragu saat mendekati kotak hitam itu. Baru kali ini dia menerima paket misterius. Bukannya senang, saat ini dia menjadi sedikit takut untuk membukanya. Detik selanjutnya, Jovie mulai membuka kotak itu, tetapi seketika mata Jovie melebar terkejut melihat isi dari kotak itu.

Sebuah gaun pesta dengan warna hitam yang terlihat sangat elegan, dan sepasang high heels berwarna senada yang terlihat mengilap dengan ujung runcing dan memiliki aksen kotak besar bertabur permata putih yang tampak sangat cantik. Semuanya berasal dari merk mahal dan terkenal.

“Siapa orang gila yang mengirim ini semua?” Tangan Jovie meraih kartu ucapan yang terselip di sela-sela kertas pembungkus di dalam kotak.

Can’t wait untuk makan malam nanti. Pakai gaun dan sepatu ini, kau pasti akan sangat cantik. Ah, satu lagi … jangan lupa untuk tersenyum. kau pasti semakin cantik saat tersenyum.

-Jace-

“Dasar gila!” umpat Jovie sambil membuang kartu ucapan itu ke tempat sampah.

Jovie merasa sangat marah karena dia berpikir bahwa Jace telah menganggapnya murah dan gampangan. Bagaimana bisa seorang relasi mengirim barang mewah seperti ini untuk makan malam yang hanya memiliki kepentingan sebatas urusan bisnis? Bahkan jika itu bukan urusan bisnis, dia tidak akan pernah mau datang untuk makan malam bersama pria aneh hidung belang itu.

Pikirannya yang tidak-tidak tentang malam panas Jace dan wanita yang semalam dia lihat juga semakin memiliki titik cerah. Dia semakin yakin bahwa wanita semalam bukanlah pasangan resmi dari Jace. 

Jovie kembali bergidik ngeri saat membayangkannya. Kotak yang masih terbuka itu segera dia tutup rapat, dan dilempar begitu saja ke kolong mejanya. Dia akan tetap memakai baju kerjanya. Harga dirinya sangat tinggi dan tidak mau kalah dengan menuruti permintaan aneh dari Jace meskipun pria itu adalah relasi VIP hotel ini.

Saat Jovie masuk ke dalam Resto Lounge, dia langsung bisa melihat Jace yang menatap tajam ke arahnya. Jelas sekali bahwa pria itu terlihat kecewa karena Jovie datang dengan penampilan yang tidak sesuai harapannya. Melihat hal itu, perasaan Jovie menjadi lebih baik. Setidaknya dia telah menang satu poin dari Jace.

“Kenapa pakaian yang aku berikan tidak kau pakai?” tanya Jace langsung begitu Jovie duduk di hadapannya.

Jovie menatap tidak suka pada Jace. “Buat apa? Aku bukan wanitamu yang bisa kau suruh-suruh.” Sebisa mungkin Jovie menjaga nada bicaranya tetap datar.

Mendengar itu, membuat Jace menyipitkan matanya sambil menyeringai nakal. “Ah, jadi kau mau menjadi wanitaku?”

Refleks, Jovie membulatkan kedua matanya dan hampir saja melontarkan kata umpatan pada pria tidak tahu diri di depannya itu. Namun lagi-lagi dia harus berusaha untuk menjaga sikapnya agar terlihat lebih berkelas dari Jace.

Setelah menghela napas dalam-dalam, Jovie tersenyum tipis sambil bertanya, “Sudah berapa wanita yang kau beri tawaran untuk menjadi wanitamu? Puluhan? Ratusan? Atau, kau bahkan sampai tidak bisa menghitung jumlahnya?”

Dalam hati, Jovie merasa bangga bisa membalas ucapan Jace dengan nada datar dan sindiran halus yang dia kemas sebagai pertanyaan. Namun rupanya Jace bukan menerima pertanyaan itu sebagai sindiran. Pria tampan itu bahkan berpura-pura menghitung dengan wajah serius, membuat Jovie merasa semakin kesal dengan tingkah lakunya.

“Baru dirimu,” ucap Jace sambil menatap lembut pada Jovie. “Kau pasti tidak percaya, tapi selama ini  mereka yang memintaku untuk menemani malam-malam mereka. Bahkan ada beberapa dari mereka yang sampai memohon-mohon padaku. Tapi, baru kau wanita yang pertama kali menolakku.”

Jovie tidak bisa menahan tertawanya. Sebuah jawaban yang memang sudah berada di dalam bayangannya, tapi rupanya dia tetap saja merasa geli saat mendengarnya secara langsung.

“Kau benar-benar memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, ya?” sindir Jovie secara halus.

Jace kembali menyeringai. Tatapannya semakin terlihat seduktif jika dilihat mata wanita lain, tapi tidak saat berada di bawah pandangan Jovie. “Semua hal yang kupunya sangat mendukung untuk memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, benar? Kaya raya dan ketampanan yang mutlak. Sudah jelas semua wanita menjadi tergila-gila padaku.”

Jovie memutar bola matanya malas. “Kau benar-benar pria paling percaya diri yang pernah aku kenal di muka bumi ini.”

Jace tersenyum penuh arti, mengamati lekat paras cantik Jovie. Sejak awal pertemuan dia sudah memiliki ketertarikan dengan paras cantik wanita itu. Tanpa diduga, Jace mendekat ke arah Jovie, menundukkan wajahnya, bersejajar ke wajah wanita cantik itu.

“Kau cantik, Nona Montgomery,” bisik Jace di depan wajah Jovie.

Jovie menjadi salah tingkah mendapatkan pujian dari Jace. Dia bangkit berdiri bermaksud mundur menjauh, tapi sialnya heels-nya tersangkut di karpet. Refleks, tubuh Jovie terhuyung ke belakang nyaris terjatuh—dan dengan sigap Jace menangkap tubuh Jovie dengan erat.

“Aaaa—” pekik Jovie terkejut.

Jace tersenyum penuh arti. “Tenanglah. Aku berhasil menangkapmu, Nona Montgomery. Kau aman bersamaku.”

Jovie menelan salivanya susah payah dan langsung mendorong dada bidang Jace. “Kurang ajar! Beraninya kau memelukku! A-apa kau tidak diajarkan sopan santun?!”

Kening Jace mengerut dalam. “Jika aku tidak memeluk pinggangmu, maka kau akan terjatuh. Kau ingin terjatuh di lantai dan menjadi bahan tawaan banyak orang?” balasnya meledek.

Jovie salah tingkah. Apa yang dikatakan Jace benar. Jika pria tampan itu tidak menangkapnya, sudah pasti dia akan menjadi bahan tawaan banyak orang karena terjatuh di lantai. Shit! Jovie membenci dirinya yang bodoh dan ceroboh.

Jovie memutuskan untuk duduk, menarik kursi sedikit jauh dari Jace. “Kita langsung saja pada intinya, apa tujuanmu mengajakku makan malam?”

Jace mengambil vodka yang diantar oleh sang pelayan seraya menyandarkan punggungnya di kursi. “Karena aku ingin mengajakmu makan malam.”

Mata Jovie mendelik. “Tuan Sherwood, aku tidak memiliki banyak waktu untuk main-main. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jika kau—”

“Aku akan menghubungi Corey.” Jace mengambil ponselnya, mencari nomor Corey, dan menghubungi temannya itu.

“Corey, aku bersama dengan Jovie. Aku ingin membahas tentang Luxio Hotel. Kau tidak marah, kan?” tanya Jace santai kala panggilan terhubung. Tak lupa pria itu menekan tombol loudspeaker agar Jovie mendengar.

“It’s okay. Kau bisa bertanya apa pun pada Jovie. Dia adalah orang kepercayaanku,” jawab Corey tenang dari seberang sana.

Thanks, Corey. See you!”

“See you!”

Panggilan tertutup. Jace meletakan ponselnya ke tempat semula. Tampak raut wajah Jovie berubah mendengar percakapan antara bos besarnya di kantor bersama dengan Jace Sherwood. Tunggu! Apakah dirinya benar-benar tertimpa sial?

“Nona Montgomery, kau mendengar apa yang dikatakan bosmu, kan? Aku berhak berbicara denganmu. Jangan lupa aku adalah investor di Luxio Hotel. Aku memiliki kendali,” jawab Jace angkuh seraya menggerak-gerakkan gelas di tangannya.

Napas Jovie memburu seraya mengepalkan tangannya dengan kuat. Umpatan dan makian lolos di dalam hatinya. Dia memang mengakui kesalahannya salah masuk kamar, tapi kenapa malah dirinya harus terkena sial bertubi-tubi seperti ini. Hal gila adalah Jace Sherwood menggunakan kekuasaannya untuk mendesaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Lima – ENDING SCENE

    “Jovie, Kiddos! Bisakah kalian berkumpul di ruang santai sebentar?!” teriak Jace, sepulang dari kantor, di awal liburan musim panas yang telah dinantikan oleh keluarganya.Judith dan Jonan bahkan sampai hampir begadang semalaman karena merayakan hari bebasnya untuk libur selama musim panas. Jika saja Jovie tidak mengomel dan menghentikan paksa kegiatan mereka, sudah dipastikan bahwa mereka berdua tidak akan beranjak dari ruang bermainnya.Tak lama kemudian, Jovie yang sepertinya baru saja selesai mandi, berjalan tergopoh dengan wajah bingung. Rambutnya bahkan masih setengah basah, tidak sempat berlama-lama dikeringkan dengan hair dryer karena teriakan dari Jace. Sementara Judith dan Jonan, mereka berlari dengan tatapan antusias, bercampur dengan sedikit takut. Mungkin saja, hari ini mereka akan dimarahi oleh Jace karena semalam tidak segera tidur.“Ada apa, Jace? Apa ada masalah?” tanya Jovie waspada.Jace tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Hal itu membuat Judith dan Jonan sedi

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Empat

    Keluarga bahagia Jovie telah beberapa bulan ini tinggal di mansion. Sekarang, Judith dan Jonan telah memiliki halaman yang luas untuk bermain. Kamar mereka pun telah masing-masing. Selain itu, Jace juga memperkerjakan beberapa pelayan dan pengasuh pribadi untuk kedua anaknya.Hal itu membuat Jovie menjadi lebih banyak waktu bersantai. Seperti saat ini, ketika dia menemani Jace yang sedang berenang. Wanita itu duduk di kursi malas di pinggir kolam renang, bersantai sambil membaca novel.Setelah beberapa kali putaran bolak-balik, Jace naik dari kolam, menuju ke istrinya yang telah memandangnya sambil tersenyum.“Di mana anak-anak?” tanya Jace.“Sedang tidur bersama pengasuh. Dari pagi mereka membuat para pengasuh kewalahan karena harus menuruti keinginan mereka untuk camping dadakan di halaman depan,” jawab Jovie.Jace tertawa, membayangkan bagaimana sibuknya mengurus dua anak yang sangat aktif itu. “Kurasa mereka tidak akan bangun sampai sore nanti.”Jovie mengangguk setuju. “Tampaknya

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Tiga

    “Hei, Honey. Bisa minta tolong panggilkan Judith dan Jonan untuk makan? Dari tadi mereka terlihat sibuk di kamarnya. Makan siang sebentar lagi akan selesai,” ucap Jovie tanpa mengalihkan pandangannya dari wajan yang berdesis berisik karena potongan daging yang baru saja dia masukkan.“Sure,” ucap Jace.Hari minggu yang cerah, tidak ada jadwal yang mengharuskan mereka untuk pergi. Dari pagi Judith dan Jonan telah sibuk, entah apa yang sedang mereka lakukan. Sementara Jace menikmati waktu santai dengan melihat film dan sesekali bermain game di ponsel.Semenjak berkeluarga, dia benar-benar membuat hari minggu sebagai hari bebas kerja. Entah itu urusan pekerjaan kantor, ataupun urusan di klub. Dia hanya ingin fokus pada keluarga kecilnya.Jace mengetuk pintu kamar si kecil yang masih sharing bedroom. Saat pintu dibuka, Judith dan Jonan melonjak kaget, sambil berusaha menyembunyikan sesuatu di balik tubuh kecil mereka.Jace menyipitkan kedua matanya, kemudian menutup pintu dan mendekat pad

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Dua

    “This is for you, Mom,” ucap Judith, memberikan sebuah surat pada Jovie yang akan dibawa ke ruang operasi oleh perawat.Hari ini adalah jadwal operasi kelahiran anak kedua dari Jovie dan Jace. sementara Judith yang baru datang bersama dengan orang tua Jace, terlihat sangat antusias untuk menyambut kehadiran adiknya.“Apa ini, Sayang?” tanya Jovie, dengan nada lembut yang selalu dia ucapkan pada anaknya.Judith tersenyum, menampilkan gigi kelincinya yang lucu. “Untuk Mom agar semangat. Aku akan menunggu Mom dan adik bayi di sini.”Jovie tersenyum, sambil membuka lipatan kertas berwarna pink muda itu.*Mommy yang paling cantik, semangat ya. Judith tunggu adik bayi lahir. I love you, Mommy!*Senyum haru terukir di wajah Jovie. Dia kemudian merengkuh Judith, dan memeluknya erat. “Terima kasih, Sayang. I love you too.” Ucapnya, kemudian mencium kedua pipi Judith dan kening putrnya tersebut.Orang tua Jace mendekat, memeluk Jovie bergantian dan mengatakan untuk tidak khawatir. Jovie mengang

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Extra Chapter Satu

    Kepulan asap tipis membumbung tinggi dari cangkir berisi kopi yang sedang dipegang oleh Jovie. Rutinitas pagi yang selalu dia lakukan di pagi hari. Menikmati morning coffe time di kursi balkon, sembari menunggu suami dan anaknya bangun untuk sarapan.Satu tangan menelusup lembut melalui belakang lehernya, mengalung dan menggantung di depan dadanya. Detik berikutnya, kecupan pagi mendarat di pipi dari Jace yang tidak pernah dia lewatkan selama lebih dari empat tahun pernikahan mereka.“Good morning, Nyonya Sherwood. Apakah tidurmu semalam nyenyak?” tanya Jace, bermanja di pundak Jovie.Jovie meletakkan cangkirnya di atas meja, lalu menarik Jace untuk berada di depannya. Pria tampan itu pindah, berjongkok dengan satu lutut sambil menatap penuh cinta pada Jovie. Meskipun pernikahan mereka telah berlangsung lama, tapi tidak memudar sedikit pun rasa cinta Jace pada istrinya tersebut. Bahkan, setiap hari bertambah lebih besar.“Tentu saja, Tuan. Kau membuatku tidur dengan sangat nyenyak,” u

  • Terjebak Pesona Tuan Muda (Jace&Jovie)    Bab 50. Perfect Ending

    “Bisakah sore ini aku ke tempatmu?” tanya Jace, dengan raut wajah serius dengan ponsel menempel di telinganya. Sementara sorot kedua matanya tetap fokus pada laporan penjualan yang tertera di layar monitor.“Oh, great! Aku akan ke sana sekarang. See you soon!”Jace menghela napas, kemudian berdiri dan menyambar kunci mobil yang tergeletak di dekat gagang telpon interkom ruang kerjanya. Langkahnya bergegas cepat, seakan sedang mengejar hal penting yang tidak boleh sampai dilewatkan.Tak lama kemudian, Jace telah sampai di halaman sebuah mansion. Helaan napas kembali terdengar, mengawali raut gelisahnya yang semakin terlihat. Meskipun begitu, kakinya terlihat tegas saat mulai memasuki pintu masuk mansion.“Kalian sudah berada di sini semua?!” Jace tak percaya melihat Zayn dan Andre yang telah duduk santai di sofa ruang santai.Kedua rekannya itu melambai singkat, tanpa beranjak dari posisi duduknya masing-masing. Dari arah dapur, Vintari menyapa Jace sambil membawa satu nampan penuh ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status