Share

5. A Kiss

Ethan punya kebiasaan yang sedari dulu sudah mengakar di dirinya. Ia sebagai seorang pria normal, sering kali tertarik kepada banyak wanita. Tetapi, ketertarikannya bukan berarti ia suka secara keseluruhan, melainkan hanya fisik. Pria mana yang tidak suka melihat seorang wanita dengan tubuh yang begitu ideal?

Namun, bukan berarti Ethan tidak pernah merasa tertarik yang benar-benar tertarik. Ia pernah merasakannya dan itu bersama Delphi, sahabatnya sendiri.

Ketika ia mencium wanita lain, ia tidak merasakan degupan kencang di jantungnya, meskipun ia tertarik pada wanita itu. Tapi ketika ia melakukannya dengan Delphi, ia merasa jantungnya hendak melompat keluar dari dadanya. Hanya saja, karena terhalang status sahabat, perasaan yang dimiliki Ethan untuk Delphi lama kelamaan memudar.

Dan sekarang, ia merasa tertarik kembali pada Elea. Ia merasa harus memastikan apakah ketertarikan ini hanya ketertarikan biasa atau luar biasa. Dan untuk mengetahuinya, Ethan harus memberi kecupannya.

Pertama kali melihat Elea menuruni undakan anak tangga, Ethan sudah menjatuhkan hatinya. Untuk kesan pertama, Elea sudah melakukan yang amat sangat terbaik.

Awalnya Ethan tidak merasa ia akan tertarik pada salah satu wanita di sana, tetapi pemikirannya dipatahkan begitu Elea tiba.

Elea seperti memiliki magnetnya tersendiri dan Ethan terseret olehnya. Apalagi Elea tampak sedikit tidak acuh padanya, hal ini malah memicu rasa penasarannya menjadi semakin kuat.

"Guys coba lihat ini!"

Suara kencang dari Kevin terdengar begitu Ethan masuk ke dalam vila.

Kevin berdiri didekat pintu halaman belakang dengan sebuah kertas di tangannya yang ia angkat ke atas.

"Ada surat!" teriak Kevin lagi, meminta perhatian dari yang lainnya.

"Bacakan saja." Arabella menyahut, ia duduk di sofa dengan tangan merangkul bahu Azalea.

"Okey." Kevin membuka hati-hati isi surat itu. "Aku akan bacakan."

"Ayo cepat, Kev. Aku penasaran!" seru Grace tertawa kecil.

"Selamat datang, para pencari cinta! Selamat datang di pulau yang indah. Sekarang, kalian bebas menentukan teman seranjang. Nikmati hari pertama yang istimewa ini dengan berkumpul di perapian dan bermain jenga!"

Begitu Kevin usai membaca, mereka semua bertepuk tangan dan bersorak. Hal tersebut terdengar seru, mereka akan duduk mengelilingi perapian sembari bermain tantangan.

"Tunggu, ada kertas satu lagi." Kevin kembali berujar, ia menaruh kertas yang baru di bacanya kembali ke kotak. "Kalian juga wajib membuka kotak surat setiap pagi karena akan ada instruksi-instruksi atau tantangan yang harus kalian lakukan. Pemenang akan mendapatkan hadiah kencan dengan orang yang disukainya! Semoga beruntung!"

"Wooo!" Arabella yang bersorak paling kencang. "Ini menyenangkan, guys. Benar-benar menyenangkan. Aku rasa aku akan baik-baik saja walau beberapa waktu tidak tersentuh dunia luar, tidak memegang ponsel," ujarnya menatap rekannya yang berada didepannya.

"Sepertinya kita harus melihat kamar tidurnya lebih dulu." Theo berpendapat. "Sekaligus memilih teman tidur."

"Ide bagus. Ayo, aku sudah tidak sabar." Freya berjalan lebih dulu, memimpin mereka semua ke arah kamar tidur yang begitu luas.

Kesan pertama melihat kamar tidur yang begitu besar dan terlihat mewah tentunya akan terpesona. Namun mereka terkejut saat melihat ada lima ranjang dengan ukuran double bed yang rasanya akan sempit untuk dua orang dewasa.

"Apa tidak salah?" Elea heran. "Ranjangku di rumah saja berukuran queen size, aku tidak yakin aku tidak menendang orang di sebelahku," lanjutnya dengan raut khawatir.

Max tertawa mendengarnya. "Tapi aku tahu, maksud diberi ranjang sekecil ini untuk dua orang adalah agar semakin dekat. Paham maksudku, kan? Apalagi jika pria dan wanita, harus berpelukan atau setidaknya berdekatan agar tidak jatuh," jelasnya.

"Aku juga berpikir hal yang sama," sahut Azalea menganggukkan kepalanya.

"Tapi bagaimana cara kita menunjuk orang yang kita inginkan seranjang dengan kita? Bisa saja orang yang kita mau diinginkan orang lain juga, kan?" Grace menyuarakan kebingungannya.

"Hanya ada lima tempat tidur. Mau tidak mau semua berpasangan. Untuk saat ini aku masih malas, jadi aku akan terima siapapun yang ingin seranjang denganku." Theo memilih tempat tidurnya langsung, yang berada paling ujung kanan. "Silakan kalian diskusikan mau dengan siapa."

Arabella tertawa puas melihat tingkah Theo, ia jadi ingin seranjang dengan pria itu. Tapi, sebenarnya ada pria lain yang menempati posisi teratas di hatinya saat ini dan ia ingin seranjang dengan pria itu.

"Aku ingin dengan ...." Adrian menatap satu persatu wanita di sana. "Dengan Elea." Dan tatapannya berakhir pada Elea.

"Haha tunggu." Kevin tertawa menutup mulutnya dengan dua jarinya. "Jadi langsung katakan saja?"

"Aku juga Elea." Ethan yang sedari tadi paling diam, kini bersuara mengungkapkan yang diinginkan hatinya.

Max mengangguk-angguk, ia memperhatikan Ethan, Adrian dan Elea sesaat sebelum menggenggam tangan Azalea. "Aku akan tidur bersama Azalea," ujarnya mutlak. "Bagaimana? Kau mau, kan?"

Sikap Max yang seakan tidak ingin ada penolakan itu terasa lucu, dan Azalea tidak bisa menyembunyikan kegeliannya. Namun, ia kemudian mengangguk menerima ajakan Max, pria yang memang sudah mencuri perhatiannya.

Dan sekarang, Elea dipersilahkan untuk memilih. Namun, memilih salah satu diantara dua pria sungguh membingungkannya.

"Ayo Elea, ikuti kata hatimu." Grace memberitahukannya, mendukungnya karena tahu pasti sulit diharapkan dengan dua pilihan seperti ini.

Sementara itu, Freya dan Arabella memperhatikan lekat Elea. Mereka berdua berharap jika bukan Ethan yang dipilih hingga ada kesempatan untuk seranjang dengannya.

"Aku pilih Ethan."

Dan harapan mereka berdua langsung hancur lebur ketika Elea menentukan pilihannya. Wajah Arabella dan Freya sama-sama masam sekarang.

Ethan sendiri tersenyum senang karena dipilih Elea. Ia menggenggam tangan dingin Elea dengan erat dan membisikkan kalimat yang membuat Elea semakin berdebar.

"Tidak apa. Pilihanmu sudah benar."

Kembali ke Adrian. Karena ia ditolak, maka ia memutuskan untuk bergabung dengan Theo, menyisakan satu pria dengan tiga wanita di sana.

Sebenarnya, karena hal usia, Grace agak yakin jika ia yang akan dipilih oleh Kevin. Tapi entahlah, Grace menyerahkan semua keputusan pada Kevin.

"Baiklah, aku sudah memutuskan." Kevin menggesekkan kedua telapak tangannya. "Aku akan berpasangan dengan ... Arabella," ujarnya menunjuk Arabella yang wajahnya mendadak cerah karena akhirnya ia dipilih.

Arabella mendekat pada Kevin dan tanpa basa-basi langsung memberi kecupan tepat di bibir, yang tentunya mengejutkan semua orang di sana.

"Setidaknya dia pasanganku saat ini dan aku ingin memberinya sedikit kesan," ujar Arabella sedikit manja, ia juga langsung menempel pada Kevin.

Tapi bukannya risih, Kevin menunjukkan wajah riang. Ia juga membalas pelukan Arabella sebelum membawa gadis itu ke ranjang mereka.

Grace, wanita itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Ada perasaan yang berlawanan di sana. Ia ingin kecewa, tapi ia juga tidak mau sedih secepat ini. Lagipula, ia merasa dengan usianya saat ini, ia harus lebih dewasa, jangan mudah kecewa dengan hal-hal yang sebenarnya juga tidak perlu dikecewakan.

"Jadi, kita berdua." Freya memanyunkan bibirnya menatap Grace. "Aku akan minta maaf sekarang, jaga-jaga jika semisalnya tidurku tidak tenang nanti malam."

Grace terkikik geli. "Santai saja. Kalau kau menendangku, maka aku akan menendangmu balik."

"Wah, tipe pendendam!" seru Adrian dengan wajah pura-pura terkejut dan hal itu malah memicu tawa serentak dari yang lainnya.

**

Setelah puas mengelilingi vila, melihat fasilitas apa saja yang tersedia, para pria dan para wanita membentuk grup privat membincangkan banyak hal supaya mereka semakin dekat.

Tak jauh-jauh dari apa yang baru mereka lalui, pertanyaan pertama adalah lawan jenis yang paling memikat hati mereka.

"Semuanya." Arabella menjawab cepat. "Tapi kalau pilih satu, yang teratas menurut aku adalah Ethan."

"Sama." Freya berujar setelahnya. "Aku suka wajahnya, tubuhnya, aromanya, suaranya."

"Kalau begitu semuanya?"

Sahutan Grace itu membuat mereka tertawa lepas. Memang, pada akhirnya, kebanyakan orang akan menilai fisik seseorang lebih dulu.

"Aku suka Kevin. Selain seusia, dia cukup sesuai sama tipe ideal," ujar Grace. "Ethan juga tampan, sangat malah. Tapi, aku juga takut sama yang terlalu tampan haha."

Elea mengangguk-angguk. Ia berpikir jika ternyata Ethan banyak digemari para wanita.

"Aku ada banyak, karena mereka semua sangat fit." Elea memulai pelan. "Adrian, Kevin, Ethan, aku suka. Theo juga."

"Mm jangan terlalu mesra dengan Ethan, ya?" Freya memasang wajah memelasnya, seperti wajah anak anjing yang makanannya tidak ingin dimakan anjing lain.

Elea tahu Freya bercanda, kalau begitu ia akan membalas dengan hal yang sama.

"Aku tidak bisa janji. Dia terlalu seksi untuk tidak dijamah," jawab Elea dengan mimik yang sama dan disambut sorakan meriah dari yang lain karena dianggap mematahkan harapan Freya.

"Aku ...." Azalea menunduk dan tersenyum malu. " Aku suka Max."

"Sudah diduga." Grace menepuk tangannya. "Kalian memang cocok."

Elea memperhatikan wajah Azalea sebentar dan ada yang bersemu di sana, ia langsung tahu jika Azalea sudah menjatuhkan hatinya pada Max. Ke Grace, Elea akui wanita satu ini pembawaannya dewasa, dan Elea suka, membuatnya teringat akan Emma.

"Kalau kau Freya?"

Pertanyaan itu membuat Elea sadar dari lamunannya dan kemudian menatap Freya yang ternyata juga menatapnya cukup lekat.

"Jujur, kesan pertama Ethan yang paling bagus. Aku langsung tertarik dengannya. Hanya saja, ia berpasangan dengan Elea. Tapi, itu bisa berubah. Iya, kan?" Freya tertawa pelan, tangannya menutup mulutnya. "Jadi, aku tentu akan berusaha mengalihkan perhatian Ethan. Dan Elea, sepertinya kita akan rival."

Elea merasakan hawa panasnya. Elea juga sadar di acara seperti ini, dengan tempat tertutup seperti ini, pasti akan ada peperangan diantara dua orang yang menginginkan hal yang sama.

"Pasti." Elea menyahut riang, menyembunyikan sedikit kegelisahan yang timbul di hatinya.

Freya tersenyum lebar, pancaran energinya sangat terasa dari wajahnya. Ia bersemangat merebut perhatian Ethan, sebagaimana pria itu telah merebut perhatiannya. Ia tidak peduli dengan Elea, sama sekali. Ia juga tidak khawatir apapun, karena mereka di sini mencari cinta, bukan teman.

"Hm ya, ini baru permulaan. Semua bisa saja berubah," sahut Arabella yang kini terlihat tenang, tidak seperti tadi yang begitu jelalatan.

Grace mengangguk-angguk. Kalau begitu hubungannya dengan Kevin, bisa saja berubah, bukan?

"Iya, kita juga setidaknya harus berusaha mendapatkan apa yang kita mau. Termasuk pria di sini. Kadang orang lain penting, tapi dalam hal seperti ini, jelas kita harus mementingkan diri kita lebih dulu," ucap Azalea mendukung ucapan Arabella.

"Aku jadi bersemangat!" seru Freya diiringi kekehan kecil.

Grace tersenyum tipis. "Aku juga."

Di sisi lain, para pria berkumpul di area dapur. Tidak seperti para wanita yang asik berbincang, pria-pria ini malah saling diam.

"Sepertinya kita punya selera yang sama," gumam Adrian tersenyum penuh arti. "Nyatanya Elea memang memenuhi definisi dewi. Wajah, tubuh, semuanya cantik."

"Tapi tidak denganku, tipeku sedikit berbeda. Dan para gadis di sini tidak ada yang sesuai, jadi aku tidak punya debaran apapun," ujar Theo santai, menikmati ketegangan diantara empat pria lainnya.

"Tapi tidak Elea saja, aku juga tertarik pada Azalea. Dia menawan." Max mengungkapkan perasaanya. "Kalau kau bagaimana, Ethan? Aku rasa kau yang akan paling populer di sini."

Ethan tertawa dan melambaikan tangannya. "Tidak tidak, aku biasa saja," ujarnya membantah tanggapan Max ke dirinya. "Kalau aku. Selain Elea, aku juga suka Arabella dan Freya. Mereka seperti menantang, dan aku cukup suka wanita seperti itu."

"Aku hanya Elea. Aku akan mencari tahu persamaanku dengan dia. Tapi kurasa kami akan cocok." Adrian memiliki 100% kepercayaan diri pada Elea. "Kau bagaimana, Kevin?"

"Elea dan Grace. Elea punya wajah sempurna dan Grace, aku suka kedewasaan yang terpancar dari dirinya," ujar Kevin meraba wajahnya sendiri, menjelaskan di bagian mana Grace terlihat dewasa.

"Tapi kau memilih Arabella sebagai teman tidurmu."

Celetukan Ethan itu membuat tawa para pria pecah. Sedangkan Kevin tersenyum malu menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Benar yang dikatakan Ethan. Kau suka Grace tapi memilih Arabella. Kenapa bisa seperti itu?" Adrian tertawa terbahak-bahak saking gelinya.

"Oke oke aku akan luruskan sedikit." Kevin mengangkat kedua tangannya. "Aku memang tertarik dengan Grace. Sejujurnya akupun bingung saat memilih tadi. Tapi, pesona dan daya tarik Arabella begitu kuat, aku tidak tahan untuk tidak memilihnya. Kalian tahu maksudku, kan? Dia tipe wanita yang sering membuat lelaki penasaran."

"Ya dan tadi dia langsung menciummu didepan kami semua."

Lagi-lagi celetukan yang membuat wajah Kevin merah karena malu dan membuat tawa mereka meledak. Tapi, justru hal ini akan membuat mereka lebih dekat.

Bahkan para wanita yang duduk di dekat kolam, melirik ke dapur, penasaran kenapa para pria terdengar begitu bahagia di sana.

Tiba malam hari. Mereka bersepuluh mulai bersiap-siap menyiapkan diri dengan penampilan terbaik. Beberapa pria juga meminta ke beberapa wanita untuk sedikit memoles wajahnya agar semakin tampan.

Setelah selesai, mereka berjalan ke arah perapian outdoor. Di sana, sudah tersusun rapi dan tinggi balok kayu yang mereka akan mainkan, dan juga sepuluh gelas berisi air berwarna biru dengan masing-masing nama mereka tertulis di setiap gelas.

Mereka kemudian mengambil gelas dengan nama masing-masing dan mengangkatnya ke atas.

"Ini hari pertama kita. Ada tiga belas hari yang harus kita lalui dan aku harap kita bisa bekerja sama melewatinya. Jangan ada permusuhan, karena kita adalah keluarga. Cheers!" seru Grace di akhir kalimatnya, disusul dengan seruan yang lainnya dan mengadukan gelas-gelas mereka sebelum menyesapnya.

"Baiklah kita mulai permainannya."

Mereka duduk di sofa berbentuk U. Ethan duduk di paling ujung, disebelahnya ada Theo, kemudian Grace, Azalea, Max, Arabella, Freya, Elea, Adrian, dan terakhir Kevin yang juga diujung.

Ethan memperhatikan Elea yang memakai dress diatas paha berwarna silver dengan model v neck. Cantik dan seksi. Belahan itu pas dengan sedikit memamerkan belahan dadanya.

Berbeda dengan Ethan yang terang-terangan menatap Elea. Elea malah mencuri-curi pandang pada Ethan. Entah kenapa Elea suka dengan penampilan Ethan yang memakai kemeja dua kancing teratasnya terbuka. Seksi saja di matanya. Apalagi pria itu memiliki dada yang indah, dan semakin sempurna dengan kalung berbandul persegi panjang berwarna hitam di lehernya.

"Aku rasa kita mulai dari Ethan saja," ujar Max dan disetujui semuanya.

Ethan pun berdiri dan mengambil balok kayu terbawah. Sengaja agar susunannya cepat runtuh dan permainan ini selesai. Ia ingin menggunakan waktunya untuk mengobrol berdua saja dengan Elea karena sedari tadi mereka tidak punya waktu untuk itu.

Ethan membalik balok kayunya dan tersenyum kemudian.

"Kenapa dia tersenyum?" Azalea tertawa menunjuk wajah Ethan. "Apa tantangannya?"

"Cium gadis yang paling dekat dengan tipe idealmu," ujar Ethan membaca kembali tulisan dari balik balok kecil itu.

"Ah aku tahu siapa." Theo melipat tangannya di dada. "Ini sepertinya akan seru."

Ethan meletakkan balok kayunya di susunan teratas dengan posisi berbaring. Ia kemudian berjalan ke arah Freya dan Elea. Langkahnya tidak ragu, bahkan ia tidak memikirkan dulu siapa yang ia ingin cium.

Beda Elea, beda Freya. Elea tidak berani menatap Ethan, sedangkan Freya menatapnya terang-terangan. Keduanya sama-sama berdebar keras karena salah satu diantara mereka akan dipilih Ethan.

Tapi Ethan tidak mau lama. Ia menegaskan langkahnya ke arah Elea dan membungkukkan badannya.

Sebelah tangan Ethan menumpu pada kepala sofa di belakang Elea, sedangkan sebelahnya menarik wajah Elea, mengarahkan bibirnya ke bibir Ethan.

Awalnya Ethan hanya mengecup lembut, tapi ia tak sabar dan membuka mulutnya untuk ciuman yang lebih dalam. Tak disangka, Elea mengerti dan melakukan apa yang Ethan lakukan.

Ciuman itu cukup intens karena mereka melakukan deep kiss yang melibatkan lidah didalamnya.

Dada Ethan bergemuruh. Bibir Elea begitu lembut hingga ia tidak ingin menyudahinya. Tangannya bahkan sudah berpindah dari rahang Elea ke pinggangnya, meremas pelan bagian itu hingga Elea sedikit bernafsu.

Yang lain menatap mereka dengan mata membesar. Ada yang ikut senang, ada juga yang kesal, contohnya Freya. Apalagi ia disamping Elea, ia bisa melihat jelas bagaimana dua insan itu asik berciuman.

Setelah sedikit puas, mereka menyudahi ciuman panas itu. Ethan mengusap bibir basah Elea dengan jarinya sebelum berbalik ke tempat duduknya.

"Bagaimana Ethan?" tanya Kevin dengan bibir tersenyum menggoda.

"Aku ingin lagi."

"Haha mesum sekali!" Grace tidak tahan untuk tidak tertawa. "Tapi ya kuakui, ciuman kalian hebat," ujarnya mengacungkan kedua ibu jarinya.

Selanjutnya adalah Theo, ia diberi tantangan menari dengan tubuh hampir telanjang. Dan ia tentu melakukannya.

Tantangan Grace yaitu melakukan lap dance dengan lelaki yang seumuran dengannya, yang tak lain adalah Kevin. Dan hal itu cukup panas hingga Kevin mendaratkan ciumannya ke bibir Grace. Memang hanya kecupan ringan, tapi Arabella sebagai wanita teman seranjangnya tetap merasa ada yang aneh.

Azalea mendapat tantangan twerk didepan lelaki, dan ia memilih seseorang yang ia suka, ia adalah Max.

Arabella harus mencium lelaki yang belum ada dipilih dan orang itu adalah Adrian.

Selanjutnya adalah Freya. Ia mendapat tantangan mencium pria yang menurutnya paling seksi.

Freya tidak ragu, ia berjalan ke arah Ethan menuntaskan balas dendamnya karena tidak dipilih oleh pria ini tadi.

"Aku boleh duduk di pangkuanmu?" Freya menunjuk paha Ethan dan agak menghebohkan karena Freya sangat gamblang.

Freya seolah mendapat lampu hijau saat Ethan mengangguk. Ia segera naik dan duduk di pangkuan Ethan. Freya mendekatkan wajahnya dan segera menyambar bibir Ethan.

Berbeda dengan ciuman Ethan Elea yang perlahan tetapi mematikan. Ciuman Ethan Freya brutal seolah tak ada lagi hari esok, mereka berdua seakan sedang sama-sama bernafsu.

Tangan Freya bahkan menyentuh dada Ethan dengan sensual, dan hal itu tak luput dari penglihatan Elea yang merasa pahit melihatnya.

Ciuman mereka selesai cukup lama. Freya mengusap bibir basahnya dengan punggung tangannya, dan ia juga mengusapkan ujung bibir Ethan yang basah karena salivanya.

Freya memberi senyuman nakal sebelum turun dari pangkuan Ethan, ia hendak kembali ke tempat duduknya, namun ia teringat kalau ia harus meletakkan balok kayu ke bagian teratas.

"Kalian benar-benar ...." Theo menggelengkan kepalanya. Tangannya menutupi mulutnya yang tertawa. "Ah, mataku begitu kotor sekarang," gumamnya yang mendapat kekehan kecil dari Ethan.

Freya berpikir sebelum meletakkan balok kayunya. Setelah ia giliran Elea, entah apa yang akan didapat wanita itu tapi Freya merasa tidak rela. Jadi, Freya sengaja meletakkan balok kayunya di tempat rawan dan akhirnya susunan jenga runtuh tak berbentuk.

"Ah maaf." Freya berlagak seolah ia tidak sengaja melakukannya, wajahnya sedih menatap tiga orang terakhir yang belum bermain.

"Tidak apa. Santai saja." Adrian menjawabnya. "Karena sudah selesai. Ayo kembali ke dalam vila!"

Mereka berdiri kemudian dan satu persatu meninggalkan perapian lalu masuk ke dalam vila yang hangat.

Ethan menghampiri Elea dan mengulurkan tangannya, berniat membantunya berdiri. Dan tanpa pikir lama, Elea menerimanya.

"Ada ingin berbicara denganmu," ujar Ethan menatap Elea lekat.

"Tentang apa?"

"Apa saja."

"Kita bisa membicarakannya di tempat tidur."

Ethan agak kecewa mendengarnya. Ia inginnya mereka berbicara sekarang, tapi ia akan menghargai keputusan Elea.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan bergabung dengan para pria." Ethan mengecup cepat bibir Elea sebelum mereka berpisah.

Sembari melangkah, Ethan diam-diam tersenyum. Jantungnya masih berdegup kencang, sudah lama sekali ia tidak seperti ini. Akhirnya ia kembali tertarik yang benar-benar tertarik ke seseorang. Ia akui ciuman dengan Freya cukup panas, tetapi jantungnya biasa saja. Berbeda dengan Elea yang membuatnya ketagihan. Dan jelas, Ethan akan melakukannya lagi nanti.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status