共有

4. Kesan Pertama

作者: keyrara
last update 最終更新日: 2022-04-17 21:56:41

Angin berhembus lembut di cuaca yang cukup terik. Sepuluh orang dengan aura dan wajah yang bukan main itu saling mengobrol ringan sembari menggoda satu sama lain. Masih belum ada instruksi apapun, membuat mereka masih berdiri di tempat.

Elea mengobrol dengan dua pria yang ia ketahui bernama Adrian dan Kevin. Elea tidak akan berbohong jika dua pria didepannya ini amat sangat menyejukkan matanya. Bagaimana tidak jika Adrian dan Kevin sama-sama mempunyai wajah rupawan dan juga dada yang bidang. Tinggi mereka juga lumayan, membuat Elea sedikit mendongak untuk bisa memperhatikan ketika mereka berbicara.

Jika dilihat-lihat, kelima pria di sana memang semuanya memiliki tubuh yang menjulang ke atas, bukan hanya Adrian dan Kevin. Pesona mereka juga sungguh tidak bisa dihiraukan begitu saja. Kalau begini ceritanya, Elea sebagai wanita yang normal tidak tahu mampu bertahan atau tidak, entah ia mampu menahan hatinya atau tidak. Karena ini semua ... terlalu besar untuk ia tanggung.

"Elea? Mikirkan apa?"

Elea tersentak kecil dan terkekeh pelan. "Tidak ada," jawabnya sembari menyesap minuman berwarna merah di gelas yang berada dalam genggamannya.

"Katanya kita selalu diawasi, tapi aku tidak melihat satupun kamera di sini." Kevin bersuara dengan pandangan yang ia edarkan.

"Mungkin tersembunyi," jawab Adrian cepat. "Tapi sepertinya di sana akan beda lagi, dari jauh saja sudah terlihat ada banyak kamera di sana," sambungnya dengan mata menyipit mencoba memperjelas pandangannya.

Elea mengikuti kemana arah pandangan Adrian dan tiba-tiba saja ia merasa mulas. Memang tidak ada orang selain mereka bersepuluh, tetapi ada begitu banyak kamera yang sudah terpasang. Elea harus siap akan privasinya yang tidak menjadi privasi lagi. Kehidupannya selama beberapa hari ke depan akan begitu terekspos.

"Sepertinya kita harus bergabung dengan yang lain." Kevin bersuara pelan, ia kemudian mengedikkan kepalanya dan berjalan lebih dulu ke arah tujuh orang yang tengah berkumpul membentuk lingkaran sembari bercerita ria.

Elea menolehkan kepalanya ke belakang dan baru menyadari jika hanya mereka bertiga yang terpisah, sementara yang lainnya bergabung menjadi satu. Elea kemudian memutar kepalanya lagi, menghadap ke Adrian yang masih berdiri didepannya. Namun, ia langsung terkesiap ketika secara tiba-tiba Adrian merangkulkan lengannya di sepanjang bahu Elea.

"Ayo." Adrian membawa Elea ke arah delapan orang yang kini memusatkan perhatikannya ke mereka berdua.

Elea bukannya tidak senang, tentu ia senang karena seseorang sudah merasa nyaman dengannya. Hanya saja, rasanya ini masih terlalu cepat, jadinya malah sedikit awkward. Tapi, Elea memutuskan untuk tidak begitu peduli kemudian. Toh, ini baru permulaan.

Elea mendongakkan pandangannya menatap ke semua orang yang kini tengah memperhatikan mereka berdua. Ia tidak tahu alasan mengapa mereka tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Elea pun mengukir senyum kecil di bibirnya. Hanya saja, senyum itu sedikit surut ketika matanya berpapasan dengan pria tadi. Pria yang membuat debaran di jantungnya lebih kencang dari biasanya.

"Kita belum berkenalan dengan baik tadi," ujar seorang wanita dengan mini dress berwarna kuning cerah yang cukup terbuka. Ia juga menarik Elea dari sisi Adrian.

Elea terkekeh pelan namun tidak menolak tarikan itu. Ia menatap sesaat semua orang di sana dan ia akui ia memang belum tahu siapa nama mereka semua, hanya tiga diantara lima pria dan satu dari empat wanita lainnya.

"Aku rasa memang harusnya kita memperkenalkan diri kita masing-masing sebelum intruksi datang. Ya, kan?" Arabella memberikan tanggapannya dan disahut riuh oleh yang lainnya.

"Baik, aku saja yang pertama." Wanita yang tadi menarik Elea berdeham dan tersenyum tipis yang menggoda. "Aku Azalea dan umurku 27 tahun."

Semuanya berdeham dan bertepuk tangan kecil. Elea juga mengangguk-angguk paham, para wanita di sini memang sudah tampak dewasa semua, sesuai dengan umur mereka. Elea jadi sedikit khawatir bagaimana reaksi mereka semua ketika ia menyebutkan umurnya nanti.

"Aku Freya, umur 28."

"Aku Grace, umur 30."

"Bohong." Arabella langsung menyahut, ia tertawa dan jari telunjuknya mengacung ke arah Grace. "Kau sama sekali tidak terlihat wanita berumur 30, kau kelihatan seperti 25!"

Grace. Wanita dengan kulit kecoklatan itu memang tampak tidak cocok dengan umurnya, ia terlihat jauh lebih muda. Tidak heran jika ada yang komplain dan menuduhnya berbohong seperti Arabella.

"Tidak." Grace menggelengkan kepalanya. "Aku kelahiran tahun 92, jadi ya sudah 30 di tahun ini."

"Kau awet muda kalau begitu," celetuk Kevin yang disambut ucapan terima kasih oleh Grace.

"Okay, selanjutnya aku." Arabella tersenyum pura-pura sombong. "Perkenalkan, aku Arabella dan umurku 26 tahun. Sepertinya aku yang termuda, ya." Dan senyuman pura-pura sombongnya semakin melebar hingga ia tertawa.

"Kita belum mendengar perkenalan diri seseorang lagi, by the way." Azalea menginterupsi, menyurutkan senyuman Arabella.

"Ehem." Elea berdeham pelan, tiba-tiba ia gugup karena semua mata mengarah padanya, ia juga membasahi bibirnya yang terasa kering sebelum berbicara. "Aku Elea, umurku 23 tahun."

"Apa kubilang!" Azalea menepuk tangannya dan tertawa cukup kencang, menertawai percaya diri Arabella yang terlalu tinggi tadi dan juga tampang lesunya karena mengetahui fakta jika ia bukan yang termuda.

"Hanya beda tiga tahun, tidak begitu jauh," ujar Elea menghibur Arabella.

"Benar." Grace melipat tangannya didepan tubuhnya. "Bagaimana pula denganku yang bedanya sampai tujuh tahun?"

"Okay okay." Arabella mengibaskan lengannya pelan. "Aku tidak apa. Ya walaupun sebenarnya menjadi yang termuda itu menyenangkan. Tapi kalian tidak usah khawatir, aku tidak iri, hanya saja sudah merasa tidak muda lagi."

Azalea terkekeh dan mengalungkan lengannya ke leher Arabella. Mereka tampak sudah dekat dalam waktu singkat. "Kau denganku juga masih muda dirimu. Jadi tidak usah dipikirin. Umur hanya angka, tidak begitu penting. Lihat, kita semua berbeda umur, tapi wajah hampir sama, kan? Tidak berbeda jauh."

Arabella tahu itu, hanya saja ia tipe orang yang begitu peduli dengan angka umur. "Okay. Sekarang giliran para pria yang mengenalkan diri. Ayo cepat, aku tidak sabar mengingat nama kalian masing-masing." Dan mood Arabella berubah dengan sangat cepat menjadi ceria kembali.

Lima pria yang berdiri didepan para wanita ini mempunyai pesona yang tak tertahankan, kelimanya punya bentuk tubuh yang bagus juga wajah yang rupawan, sepertinya mustahil mereka bisa melewatkan empat belas hari ini tanpa menaruh hati pada salah satu diantara pria itu.

"Aku akan mulai," ujar pria yang memakai kemeja bermotif daun khas musim panas. "Aku Theo, tahun ini 29 tahun."

Grace membuka mulutnya dan mengangguk. "Aku harap diantara kalian ada yang lebih tua dariku," gumamnya dan disambut gelak tawa.

"Pasti ada." Freya mengusap pelan lengan Grace.

"Adrian. Umur 27. Senang bertemu kalian semua." Adrian memberi senyum manisnya, sepertinya senyum itu adalah senjata andalannya.

"Kevin. 30 tahun." Pria ini menatap Grace, matanya bersinar jenaka. "Kita seumuran."

"Akhirnya!" Grace mengepalkan tangannya di udara, hampir berteriak saking senangnya. "Oke lanjutkan," ujarnya ketika kegirangannya usai, ia juga terkikik kecil kemudian.

Pria yang berdiri disamping Kevin adalah pria yang tadi mampu membuat darah Elea berdesir. Pria berkemeja putih yang tampaknya akan menjadi yang terpopuler di sana. Ia baru mau berbicara saja sudah dinantikan oleh beberapa wanita.

Arabella dan Freya terang-terangan menunjukkan ketertarikan mereka, mata mereka tidak bisa lepas dari sosok pria itu, sudut bibir mereka juga tertarik dan tangan yang saling meremas, mungkin tidak sabar mendengar nama dari pria yang berhasil menangkap hati mereka dalam sekali pandang.

"Semoga diatasku, please." Arabella bergumam begitu pelan, hingga hanya dirinya yang mendengar.

"Aku Ethan."

Dan sudut bibir Arabella juga Freya semakin tertarik ke atas setelahnya.

"27 tahun."

Arabella tidak mampu lagi menahan sudut bibirnya hingga akhirnya tertawa, sedangkan Freya sebaliknya. Senyum Freya surut menyadari fakta jika Ethan satu tahun di bawahnya. Tapi bukankah umur hanya angka? Lagipula hanya berbeda satu tahun, tidak begitu jauh. Freya membangun kembali sisi percaya dirinya dan masih berada di tujuan awalnya, mendekati Ethan.

"Ethan. Bisa aku bertanya?" Theo tiba-tiba bersuara, ia menatap Ethan dengan mata penasaran. "Siapa diantara para gadis ini yang paling memikatmu? Siapa yang paling ingin kau dekati setelah ini?"

"Hey pertanyaan apa itu?!" Grace berseru. "Akan lebih cocok jika para wanita yang bertanya, bung."

"Aku kan hanya penasaran." Theo menjawab cukup cuek, sembari menyesap minuman dari gelas di tangannya.

Sementara itu, Ethan berpikir sebentar dan bibirnya yang berwarna soft pink itu tertarik. "Apa aku boleh menyebutkannya?" tanyanya balik.

"Tahan dulu." Kevin menepuk dada Ethan. "Kita akan bicarakan nanti. Aku rasa ini akan menarik karena diantara kita, pasti ada yang suka dengan gadis yang sama."

Keheningan menyambut setelah Kevin menyuarakan pendapatnya. Max yang tahu hal itu tidak boleh berlangsung lebih lama pun akhirnya membuka suara melanjutkan perkenalan diri yang sempat tertunda.

"Jadi, aku yang terakhir, kan?" Max menatap semuanya sesaat. "Aku Max. 28 tahun. Salam kenal."

Semua bertepuk tangan, tapi ada seseorang yang bertepuk tangan sedikit lebih keras dan juga senyum yang mengembang lebar. Dia adalah Azalea. Wanita itu sedari awal memang sudah tertarik pada Max, dan ia sangat bersyukur usia Max masih berada di atasnya.

"Sekarang, bagaimana?" Theo mengutarakan kebingungan yang lainnya. Masih tidak ada aba-aba dan mereka juga tidak bisa berbuat seenaknya.

"Halo, semua."

Suara yang tiba-tiba terdengar entah dari mana itu mengejutkan mereka semua. Mereka mengedarkan pandangan kesana-sini mencoba mencari seseorang itu, tapi tidak ketemu.

"Siapa yang berbicara?"

Elea memicingkan matanya ke satu benda berwarna putih berbentuk tabung yang diletakkan di sebuah meja kecil. "Apa mungkin itu?" gumamnya menunjuk benda tadi.

"Em okay ... jadi kita dikendalikan oleh sebuah pengeras suara?" Azalea mengernyit, tampak tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

"Silahkan masuk ke dalam vila. Tentukan siapa pasangan tidur kalian. Dan jangan lupa, cek kotak surat yang ada didekat pintu masuk."

"Ayo. Ikuti saja apa arahannya." Adrian melambaikan tangannya, ia juga mengambi langkah pertama dan kemudian diikuti oleh yang lainnya.

"Astaga aku sangat bersemangatt!" Arabella mengguncang kecil tubuhnya dengan tangan yang mengepal. "Kau tidak begitu, Elea?" tanyanya kemudian pada Elea yang berjalan bersisian dengannya.

Elea menggerakkan bola matanya melirik Arabella. Jujur saja, Elea tidak merasa ia begitu bersemangat. Sebaliknya, ia malah khawatir. Khawatir karena sedari tadi sejak ia datang kesini, jantungnya tidak berhenti berdebar kencang. Elea jadi bertanya-tanya apa ia punya riwayat penyakit jantung, mungkin?

"Elea? Kau dengar tidak?"

"Aku merasa biasa saja."

Mata Arabella yang tadinya melengkung berubah jadi datar mendengar jawaban Elea. "Jangan begitu. Kau sekarang ada di pulau yang isinya banyak pria seksi. Jangan sia-siakan itu. Oke?"

Elea hanya menarik nafas panjang tanpa menjawab lagi. Ia menyentuh pelan dadanya dan masih berdebar. Tangan mengepal, memukul pelan dadanya juga debaran itu tak kunjung hilang. Sampai tiba-tiba Elea merasa ada sesuatu yang menyangkut di rambutnya. Ia kemudian berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Dan cukup terkejut mengetahui Ethan berdiri tepat di belakangnya dan memberi senyum tipis padanya.

"Aku suka rambutmu."

Ujaran Ethan itu membuat Elea sadar kalau ternyata Ethan lah yang memelintir ujung rambutnya, dan hal ini bukan pertanda baik karena setelahnya debaran jantung Elea semakin menggila.

"Aku dengar ranjang yang ada di kamar itu ada lima. Kau sudah menentukan akan tidur dengan siapa?"

Sebenarnya nada bicara Ethan terdengar biasa, tapi entah kenapa Elea tidak tahan mendengarnya. Seperti ada yang berat didalam suara itu. Dan sepertinya bukan hanya jantung Elea yang bermasalah sekarang, tetapi telinganya juga.

"A-aku tidak tahu. Mungkin bersama Arabella," jawabnya asal, yang padahal Arabella sendiri yang mengatakan kalau mereka harus bersenang-senang di sana. Dari kalimat itu, sudah pasti Arabella akan memilih seranjang dengan seorang pria.

Ethan sendiri mengangguk kecil, matanya yang berwarna abu gelap menatap Elea dengan lekat dan bibirnya menipis membentuk senyum kecil. Kedua mata Ethan sebetulnya sudah bisa menggambarkan jika Ethan pun tertarik pada Elea.

Elea sendiri menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya. Telapak tangannya basah karena keringat, belum lagi kegugupannya yang amat sangat hingga ujung jari kelingkungnya bergetar kecil.

"Baiklah kita masuk saja."

Elea mengangguk kaku. "A-ah iya." Elea lalu berbalik dan berjalan cepat. Wajahnya mengernyit merasa malu dengan dirinya sendiri. Ia menyentuh pipinya yang terasa lebih panas dari cuaca yang terik saat itu.

Sedangkan di belakang, Ethan masih berdiri di tempatnya. Dahinya mengernyit samar dan ia menghela nafas melalui mulutnya sebelum bergumam kecil dengan bibir tertarik, "Aku jadi ingin menciumnya."

***

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   42. Kembali Ke Kehidupan Normal

    Setelah acara Sexy Singles sudah benar-benar selesai dan mereka sudah kembali ke kota awal, kota dimana mereka tinggal, mereka sempat ditahan sebentar karena harus diberi sedikit perintah. Diantaranya adalah seperti mereka yang belum boleh membocorkan hubungan mereka saat ini, mau itu berpasangan ataupun tidak sebelum tayangan dari Sexy Singles selesai di layar kaca. Kemudian, tetap menjaga rahasia tentang Ethan dan Coco, karena hal tersebut bisa merusak nama baik agensi. Dan tentu ada sanksi yang harus diterima Coco, dia mendapatkan denda dan juga ditahan untuk waktu yang belum ditentukan.Beruntungnya, Ethan tidak menindaklanjuti masalah itu. Ia memaafkan Coco. Kalau Ethan tidak terima dan menuntut, mungkin hukuman yang diterima Coco lebih besar lagi.Setelah barang-barang mereka dikembalikan, mereka saling memberi nomor pribadi dan juga akun media sosial. Banyak yang terkejut karena rata-rata mereka adalah orang yang cukup terkenal dengan pengikut puluhan sampai ratusan ribu dalam

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   41. Hari Akhir

    Setelah para pria menjalankan tugas mereka, kini saatnya para wanita membuka box masing-masing dan mencari tahu apakah ada tiket kepulangan yang terselip di dalamnya. Jika mereka menemukan tiket tersebut dan menerimanya, maka mereka harus menemui pasangan mereka yang sudah menunggu di luar vila, kemudian pergi bersama dengan helikopter yang sudah menunggu di ujung sana.Orang pertama yang terjun adalah Delphi. Dia melangkah gugup dengan seruan memotivasi dari teman-temannya. Dalam hati, ia antara yakin dan tidak yakin apakah Prince memilihnya atau tidak. Karena, orang pertama yang menarik perhatiannya kan Arabella, bukan dirinya.Delphi lalu membuka hati-hati penutup kotaknya. Dengan wajah datar, ia kemudian kembali menutupnya dan sontak saja empat wanita lainnya yang melihat wajah murung Delphi jadi kaget dan menebak-nebak apa yang sedang terjadi."Delphi? Kau tak apa?" Arabella mengkhawatirkannya. Sebab Delphi tampak kecewa.Tapi, Delphi tak bisa menahan ekspresinya lebih lama karen

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   40. Suasana Yang Membaik

    Situasi antara Arabella dan Grace bisa dibilang lumayan berkembang dari waktu itu. Dua wanita itu tampak berbincang walau sedikit-sedikit. Ini dikarenakan Grace yang tadi siang mengajak Arabella berbicara, ia juga meminta maaf amat sangat padanya. Meskipun Arabella tampak enggan, namun akhirnya ia luluh dan berkata kalau sekarang pun ia sudah memindahkan perasaan pada Noah. Jadi, Arabella dan Grace sudah baik-baik saja. Hanya saja, yang sudah terluka akan meninggalkan bekas. Begitupun Arabella. Mungkin ia dan Grace tampak berbaikan. Tapi jauh di dalam hatinya, masih ada waspada yang begitu besar dan ia pun tak akan pernah sama lagi seperti ia pada awalnya untuk Grace. Semua orang tampak cerah ceria sekarang, kecuali Ethan dan Elea. Terkhususkan dua orang itu, memang agak berbeda karena Elea sendiri yang membuat batasan dengan Ethan. Mereka tidak tahu apakah Ethan dan Elea akan berbaikan atau tidak, atau mungkin ke arah yang lebih buruk. Padahal besok sudah menjadi akhir perjalanan m

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   39. Cukup Berantakan

    Setelah Coco dibawa pergi oleh tim karena dia harus berhadapan dengan tim pusat yang akan menginterogasi dirinya lebih lanjut, kini waktunya untuk mereka mengucapkan selamat tinggal untuk para asisten. Yang mana agak memilukan karena meskipun tidak jadi kekasih, sang asisten sudah menjadi teman yang baik dan menemani mereka selama tiga hari dalam pengasingan-palsu."Aku pasti akan merindukanmu, Andrew." Elea memeluk Andrew begitu erat. Pria ini sudah dianggap seperti seorang kakak. Andrew mirip sekali dengan Emma hingga ia merasa sudah memiliki satu kakak wanita dan satu kakak pria."Pastinya, El. Aku akan menunggumu di sana." Andrew membalas pelukan Elea tak kalah eratnya. Ia tahu Elea tak membalas perasaannya, tapi mereka masih bisa dekat, kan. Dari jauh, Andrew bisa melihat Ethan tengah berdiri memandang dirinya dan Elea. Mendadak Andrew bisa merasakan seberapa rindunya Ethan pada Elea. Apalagi sekarang posisi Ethan cukup serba salah walaupun ia bukan yang bersalah. Jelas Elea aga

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   38. Hari Ke-13

    Pagi itu suasananya cukup sibuk, mereka harus berkemas singkat karena mobil sudah menjemput para peserta beserta asisten mereka agar segera dibawa kembali ke vila. Memang cukup gila memikirkan jika esok hari adalah hari terakhir mereka, sekaligus jadi hari penentuan akan bersama siapa keluar vila. Sedangkan saat ini saja keadaan mereka masih begitu berantakan, ada begitu banyak kesalahpahaman yang harus diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu hari saja.Saat mereka semua sampai di vila. Hanya beberapa yang saling peluk dan hanya para wanita anggota vila saja. Sementara wanita dan pria yang berstatus pasangan seperti Noah dan Arabella, Delphi dan Prince, tidak melakukan kontak fisik apapun karena cukup canggung, terlebih ada asisten mereka berdiri berjajar di sana."Ngomong-ngomong di mana Ethan?" Delphi celinguk ke kanan dan kirinya, namun masih tak bisa menemukan Ethan.Mendengar nama Ethan disebut, pikiran Elea jadi kembali terlempar ke momen tadi malam. Ia tak akan m

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   37. Tayangan Meresahkan

    Selamat malam semuanya. Bagaimana tiga hari kalian selama berada di kota terpencil ini? Aku James, produser kalian, akan membongkar semuanya. Chelsea mengernyit, kepalanya berputar memandang Jeremy yang tampak biasa saja. "Apa maksudnya?"Jeremy hanya tersenyum kecil. "Ayo tonton saja," jawabnya sekaligus memerintah. Dan mau tidak mau Chelsea harus menurutinya.Sama sekali tidak ada virus atau penyakit apapun di pulau ini. Hal itu hanya alibi karena kalian sudah berada di titik dimana harus menjalani ujian terberat. Sudah sesuai rencana jika kalian akan diasingkan ke Temptation Zone. Di sana kalian tinggal bersama seorang asisten lawan jenis yang sudah kami siapkan. Nantinya, mereka akan meluncurkan godaan dan melihat seberapa jauh kalian akan terpengaruh. Jika terpengaruh, maka kalian tidak setia dengan pasangan kalian di vila. Jadi, agar makin jelas, mari saksikan video yang sudah kami rangkum dari seluruh aktivitas sepuluh peserta dalam tiga hari ini.Terima kasih.Dan layar lapt

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status