“Panggil Pak Kana kemari!” perintah Jayid pada Rizal dan asisten itu segera memanggil pria yang dimaksud oleh atasannya. Dialah orang yang bertanggung jawab dalam produksi itu.Setelah berhadap-hadapan dengan Kana—salah satu bawahannya—itu, pun menjelaskan jika pekerja lepas seperti Nawa, bukanlah pegawai tetap, yang hanya dipekerjakan bila target penyelesaian menumpuk dan kepala divisi membutuhkan pekerja tambahan harian.Setelah menjelaskan tentang keadaan para pekerja, pria itu pergi dari hadapan Jayid, untuk menemui salah satu kliennya yang akan mengambil pesanan, di ruang pribadi nya sendiri. Sayangnya, pesanannya belum selesai.“Maaf, Pak Han! Anda datang terlalu cepat, jadi, kami belum mengemasnya, bukankah perjanjian kita barang akan diambil sore ini?” kata Kana, pria gemuk itu memelas pada Marhan, laki-laki yang menjadi mitranya.Marhan sengaja datang lebih cepat hari itu untuk mengambil barang rancangnya sendiri, karena dia akan pergi bersama Aida sore harinya. Jabatan p
Wanita Rendah Nama seperti membeku mendapatkan perlakuan seperti itu dari dengan terang-terangan laki-laki itu mengakui dirinya sebagai istri. Keadaan seperti ini kembali terulang, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu, setiap kali menatap mata laki-laki itu selalu terhipnotis.Kali ini Nawa tidak bisa berbuat apa-apa selain bertingkah laku benar-benar menjadi istri Jayid dan, dengan lembut melingkarkan kedua tangan ke pinggang pria itu, seraya tersenyum manis kepadanya.Ada di sir halus yang mereka rasakan secara bersamaan namun keduanya tidak pernah mengakui perasaan aneh itu satu sama lain, justru yang ada adalah menutupi nya dengan keegoisan masing-masing.Dari sikap tak berdaya yang ditunjukkan Nawa ada seseorang yang tersenyum melihatnya dari balik kaca, dia adalah Rizal, laki-laki itu melipat kedua tangannya di depan dada, sambil menggelengkan kepala. Padahal baru saja dia berencana untuk membuat Nawa bersedia dengan sukarela menjadi istri yang sesungguhnya bagi maj
Menjadi AsistenYa, itu adalah kebetulan yang berulang saat dia bertemu dengan orang yang menghinanya, pasati Jayid muncul dengan pembelaan terhadap dirinya. Tiba-tiba Nawa merasa berhutang Budi dan harus membalas kebaikan pria yang bahkan, kemarin, Jayid sudah membuatnya membawa barang-barang belanjaan tanpa harus membayar. “Jadi, kamu boleh pergi dari sini, kalau orang itu sudah pergi! Jadi, kamu tidak perlu bertemu dengannya lagi! Kata Jayiid sambil duduk di kursinya sedangkan Nawa dibiarkan berdiri di dekat pintu, dia melepaskan pelukannya begitu masuk ke dalam ruangan.“Teriama kasih!” kata Nawa dengan suara lirih dan menundukkan kepalanya.“Apa ? Aku tidak dengar!” kata Jayid lagi.Nawa melangkah mendekatinya, sambil berpikir jika perusahaan tempatnya bekerja itu kemungkinan milik Jayid. Kebetulan sekali dia berada di sana menjadi salah satu karyawannya, maka, mau tidak mau dia harus bersikap sopan kali ini.“Maaf, Tuan Jay. Terima kasih sekali atas bantuan Anda! Saya kebe
Pria Penggoda “Duduklah, itu mejamu! Kau tidak perlu mengerjakan apa pun di sini,” kata Jayid, sambil menunjuk sebuah meja, di sebelah ruangannya yang hanya disekat oleh sebuah dinding kaca, hingga apa pun yang dilakukan masing-masing orang akan terlihat satu sama lain. Dia meminta Nawa menempati posisinya yang, dulu ditempati oleh seorang sekretaris tetapi, wanita yang memiliki jabatan itu kini dipecat karena berusaha menggodanya. Namun, kalau saja kali ini Nawa yang menggodanya maka dia dengan senang hati akan menyerahkan diri padanya. Sementara di sini dialah yang akan menggoda Nawa nantinya, di mana dia akan membuat gadis itu jatuh cinta.Setelah Nawa duduk dan membuka aplikasi sosial medianya, dia mengabaikan Jayid yang mulai sibuk dengan dokumennya sambil menghubungi seseorang. Jayid tampak tidak bersemangat mendengar suara seorang wanita yang terdengar begitu antusias menerima panggilannya.“Hai Jay! Tumben meneleponku, ada apa? Kuharap kau sudah merubah pendirianmu dan
Pikiran MisellaNawa melihat ke arah Della dengan tersenyum tipis, kalau hanya berkenalan saja tidak masalah, pikirnya.“Nawa Lawira!” Nawa menerima uluran tangannya sambil menyebutkan nama. Seketika Della tertegun mengetahui nama gadis dihadapannya, lalu, dia menyalakan perekam pada ponsel.“Sejak kapan kau mengenal Jay? Aku sudah lama tertarik padanya tapi, sepertinya dia menyukaimu!”“Apa kau ke sini hanya untuk menginterogasiku, karena kau khawatir aku akan merebut pria itu darimu?”“Tidak ... aku hanya ingin mengenal lebih dalam, dengan pegawai pacarku!”“Oh, baiklah kalau begitu aku akan menjawab pertanyaanmu satu persatu ... aku belum lama mengenalnya, dan kau tidak perlu khawatir sebab tidak mungkin pria seperti dia menyukai perempuan seperti diriku! Sebaiknya kau berusaha lebiih keras!”“Jangan bilang kau menyukainya tapi tidak mengungkapkannya! Aku tidak mau hubunganku dengannya kau ganggu!”“Tidak, jangan kuatir aku tidak akan menganggu kalian, karena aku benci pria pengkhi
Terjebak Suami BohonganMisella membiarkan suaminya pergi lebih dahulu untuk kembali ke kantornya, karena pekerjaan yang diberikan Jayid jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, Jonu tidak mengeluh karena di perusahaan itu dia hanyalah direktur biasa, maka, dia tidak bisa berbuat seenaknya.Sementara Misella, pergi beberapa saat kemudian setelah membayar makanan, dia ke kantor Jayid dengan maksud untuk membicarakan sesuatu yang belum tuntas di telepon kemarin. Namun, kedatangannya di suguhi pemandangan mengejutkan, karena wanita yang akan menjadi topik pembicaraan mereka, justru menempati salah satu ruang yang dekat dengan adiknya itu.Dia ingat dahulu, pernah ada seorang sekretaris cantik yang bekerja di ruang yang kini digunakan oleh Nawa, tapi dengan tidak hormat Jayid justru mengusirnya, karena berpenampilan dan bersikap menggoda. Menurut Misella, Jayid terlalu berlebihan padahal dia bisa memanfaatkan wanita seperti itu untuk bersenang-senang.“Apa yang dia lakukan di sini, Jay?
Pekerjaan Baru Misella membiarkan suaminya pergi lebih dahulu untuk kembali ke kantornya, karena pekerjaan yang diberikan Jayid jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, Jonu tidak mengeluh karena di perusahaan itu dia hanyalah direktur biasa, maka, dia tidak bisa berbuat seenaknya, pada adik ipar sekaligus bos-nya.Sementara Misella, pergi beberapa saat kemudian setelah membayar makanan, dia ke kantor Jayid dengan maksud untuk membicarakan sesuatu yang belum tuntas di telepon kemarin. Namun, kedatangannya di suguhi pemandangan mengejutkan, karena wanita yang akan menjadi topik pembicaraan, justru menempati salah satu ruang yang dekat dengan adiknya itu.Dia ingat dahulu, pernah ada seorang sekretaris cantik yang bekerja di ruang yang kini digunakan oleh Nawa, tapi Jayid justru mengusirnya dengan tidak hormat, karena berpenampilan dan bersikap menggoda. Menurut Misella, adik laki-lakinya itu terlalu berlebihan padahal dia bisa memanfaatkan wanita seperti itu untuk bersenang-senang.“Ap
Dia BerlebihanNawa langsung berdiri dan terlihat gugup dia pun berkata, “Maafkan saya, Nyonya ... waktu itu saya pergi tanpa pamit!”“Kau tahu kesalahanmu? Itu bagus! Tapi, ingat! Kau tidak akan bisa bersikap seenaknya seperti itu di sini! Apa kau mengerti?”“Baik, Nyonya!” kata Nawa sambil membungkuk hormat.“Jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau menyukai Jay, adikku?”Nawa mengangkat wajahnya dan menatap Misella heran, sebab pertanyaannya sama sekali tidak masuk akal. Dia melirik Jayid sekilas dan pria itu pun tengah menetap ke arahnya.“Maaf, Nyonya. Mana berani saya melakukannya, saya cukup tahu diri siapa saya!” kata Nawa, padahal dalam hati dia kesal setengah mati pada keluarga Solomon sedangkan Misella adalah salah satunya. Perasaannya seperti berperang, dalam hati, apakah harus tetap mencintai atau menuruti nurani untuk membenci.“Apa kau tidak tertarik sama sekali dengan adikku itu, dia tampan, kan?”“Ya! Anda benar!”“Lalu, apa yang menghalangimu untuk tidak meny