/ Lainnya / Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter / BAB 5: Selamat Tinggal Kimberly

공유

BAB 5: Selamat Tinggal Kimberly

작가: Asayake
last update 최신 업데이트: 2022-04-18 13:08:09

Kimberly membuka matanya perlahan dan mengeliat dengan kesusahan, cuaca pagi ini sangat cerah membuat Kimberly terbangung lebih cepat karena tidak nyaman.

Cukup lama Kimberly terdiam, pikirannya berkelana memikirkan apa yang sudah terjadi hari kemarin. Tangan Kimberly perlahan terangkat untuk memastikan bahwa apa yang terjadi hari kemarin masih terjadi kepada dirinya sekarang.

Kimberly menahan napasnya dengan berat melihat tangannya masih sama besarnya dengan kemarin malam, itu artinya saat ini jiwanya masih terperangkap di dalam tubuh Winter Benjamin.

“Aku masih ada di tubuh Winter,” gumam Kimberly napas yang sesak di landa rasa lega bercampur kesedihan.

Kimberly menarik napasnya dalam-dalam mencari ketenangan yang masih tersisa di dalam dirinya untuk menjalani situasi yang kini dia hadapi.

Perlahan Kimberly terbangun dan melihat seisi ruangan kamar yang berantakan, dengan susah payah Kimberly bergeser dan turun dari ranjang, Kimberly segera pergi ke kamar mandi.

Kimberly berdiri di depan cermin kamar mandi dan memperhatikan penampilannya sendiri yang terlihat aneh.

Napas Kimberly terdengar sangat berat, dia tidak bisa berhenti memandangi wajah barunya yang sangat cantik namun ada sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Wajah yang kusam, rambut yang tidak terurus, kulit yang kering, tubuh yang tidak begitu jelas bentuknya dan sangat lemah, semuanya harus di perbaiki secara besar-besaran.

Kimberly harus menguruskan tubuh Winter, mungkin Kimberly harus menurunkannya lebih dari empat puluh kilogram berat badannya dan melakukan banyak perawatan.

Kurus ideal bukan hanya karena untuk tampil cantik karena kecantikan juga harus dari hati.

Kimberly adalah mantan super model yang sangat menjaga penampilan dan wajahnya, dia juga sangat menyukai olaharaga, dia akan sangat frustasi bila berolahraga dengan lancar dan tidak bisa memakai pakaian cantik sesuka hatinya karena halangan bentuk tubuh.

Perlahan Kimberly menarik ke atas gaun tidurnya dan melepaskannya, Kimberly tersenyum samar melihat tubuh yang kini terpampang lebih jelas di cermin.

Winter yang harus Kimberly tangani.

“Aku harus bertemu dokter gizi dulu sebelum olahraga dan diet,” kata Kimberly seraya melihat-lihat tubuh Winter yang tidak enak dia pandang dari sudut manapun.

Kimberly membuang napasnya dengan berat, Kimberly semakin berdiri lebih tegak di depan cermin memandangi mata indah Winter dalam-dalam.

Sungguh cantiknya mata Winter, wajahnyapun begitu sempurna di setiap sudut dan lekukannya meski kini tertimbun lemak, sangat di sayangkan Winter tidak menyadari seberapa cantiknya dia. Tidak mengherankan seberapa cemburu dan irinya Paula pada kecantikan dan semua yang di miliki Winter.

Kimberly sudah bertekad semalam.

Tuhan sudah memberikan jawaban apa yang Kimberly khawatirkan.

Pagi ini Kimberly tetap masih hidup dengan tubuh Winer. Itu artinya mulai pagi ini Kimberly harus menerima diri dan belajar menjadi Winter seutuhnya.

“Selamat pagi Winter. Selamat tinggal Kimberly.” Sapa Kimberly pada tubuh barunya.

***

Benjamin dan Vincent duduk saling berhadapan di meja makan, keduanya hanya diam memandangi banyaknya makanan untuk sarapan pagi. Semua jenis kue makanan berat kesukaan Winter memenuhi meja, namun Winter tidak muncul sejak kemarin bahkan Winter tidak mau memakan apapun selain minum teh.

Semalam Benjamin dan Vincent sudah mendiskusikan banyak hal mengenai Winter. Bila Winter masih bersikap aneh sampai hari ini, dengan terpaksa mereka akan membawa Winter pergi ke rumah sakit.

Tangan Vincent yang berada di atas meja saling bertautan, pria itu terlihat gelisah karena pagi ini Winter belum muncul juga, Vincent khawatir jika Winter akan kembali mengurung diri seperti hari kemarin.

“Aku sangat khawatir dengan Winter, sebaiknya kita hubungi psikolog lagi jika dia tidak mau berbagi cerita kepadaku maupun Ayah mengenai masalah yang dia hadapi.”

“Lakukan apapun yang bisa membuat Winter kembali seperti semula,” jawab Benjamin dengan sedih.

“Apa kita akan membawanya ke rumah sakit bila pagi ini dia tetap mengurung diri?”

“Kita harus berkonsultasi dulu dengan dokter. Ayah khawatir bila apa yang terjadi pada Winter sekarang bagian dari traumanya di masa lalu yang kembali muncul.”

Dengan berat hati Vincent mengangguk setuju.

“Selamat pagi.” Suara Winter dengar tegas menyapa membuat Benjamin dan Vincent langsung mengangkat kepala mereka dan beranjak berlari ke arah Winter.

“Winter, astaga” Vincent langsung memeluk Winter dengan erat dan merapalkan kata terima kasih karena lega akhirnya Winter keluar dari kamarnya dan tidak mengurung diri lagi. “Aku sangat senang akhirnya kau keluar kamar juga.”

Winter tersenyum memaksakan dengan napas begitu Vincent melepaskan pelukannya. Di detik selanjutnya giliran Benjamin yang memeluk Winter dan membuat Winter kembali sesak.

“Winter sayang, apa yang terjadi? Apa harimu sangat berat? Harusnya kau mengatakannya kepada ayah jika kau tidak kuat menjalani harimu. Puteriku yang cantik, ayah sangat khawatir padamu.” Benjamin terdengar seperti menahan tangisan sedihnya, namun di waktu bersamaan dia sangat lega karena puterinya baik-baik saja.

Winter terpaku kaget, tubuhnya terasa bergetar.

Dulu, saat berada di kehidupan Kimberly, dia hanyalah seorang wanita cerdas dan selalu bekerja keras sepanjang waktu karena dia terlahir tanpa di ketahui identitas keluarganya.

Kimberly memulai segalanya dari nol tanpa sosok orang tua.

Saat masih bayi, seorang suster menemukan Kimberly di tengah malam dan di tinggal begitu saja di depan panti asuhan.

Akhirnya Kimberly hidup di panti asuhan hingga tumbuh dewasa, hidup di panti asuhana membuat Kimberly selalu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia.

Kerja keras Kimberly akhinya membuat dia mencapai titik tersukses dalam kariernya dengan menjadi seorang super model meski pada akhirnya berakhir dengan tragis.

Kimberly tidak pernah merasakan di khawatirkan dengan tulus oleh sosok yang bernama keluarga. Kini Kimberly merasakan bagaimana rasanya di khawatirkan oleh sosok keluarga, rasanya sangat menakjubkan dan hangat.

Tanpa sadar Kimberly membalas pelukan Benjamin, sesaat dia teringat bahwa hari ini dia bukan lagi seorang Kimberly, namun Winter Benjamin.

“Katakanlah, apakah kau memiliki masalah di sekolahmu?” tanya Benjamin seraya melepaskan pelukannya.

Mata Winter bergerak kecil melihat Benjamin dan Vincent bergantian, pikirannya berkelana memikirkan alasan apa yang harus dia berikan karena Kimberly sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Winter Benjamin yang asli di temukan tidak sadarkan diri di atap gedung sekolah.

“Aku tidak memiliki masalah apapun,” jawab Winter dengan terbata.

“Setelah sadar dari tidur panjangmu, kau bersikap aneh Winter, kau tidak perlu menyembuyikan apapun karena kakak dan Ayah akan selalu membantumu jika kau membutuhkan bantuan,” kata Vincent dengan serius.

“Kemarin aku kelelahan, jadi emosiku tidak stabil. Maafkan aku karena sudah membuat kalian khawatir.”

Mendengar jawaban Winter membuat Benjamin dan Vincent langsung saling melihat dan bertanya-tanya apakah Winter menjawab dengan jujur atau berbohong.

“Apa kamu yakin? Kakak tidak sengaja mengetahui bahwa kau memiliki masalah di sekolah, kau jangan khawatir, kakak sudah menuntut pihak sekolah atas pembullyan dan bodyshaming yang kau terima. Jadi, percaya dirilah, kau mengerti?” kata Vincent terdengar sangat hati-hati.

“Tidak perlu, aku akan mengatasinya sendiri.”

“Tapi Winter.”

“Aku baik-baik saja.” Winter tersenyum misterius, dia tidak akan membiarkan orang-orang yang pernah memanfaatkan dan menyakiti Winter berakhir dengan hukuman biasa.

Winter akan membalas mereka dan mempermalukan mereka satu persatu hingga mereka tidak bisa melewati hari esok lagi.

“Ehem, kau pasti lapar. Ayo, duduklah” Benjamin menepuk pundak Winter dan membawanya menuju meja makan, dengan penuh perhatian Vincent ikut membantu menarikan kursi.

Mata Winter bergetar menatap ngeri semua makanan berat yang tersedia di meja, hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Winter langsung tidak berselera, malah tenggorokannya terasa langsung mual mencium aroma gula, pengembang, telur, cream di mana-mana.

“Winter minumlah.” Vincent memberikan segelas susu.

“Air mineral,” jawab Winter dengan penuh tekanan untuk mengoreksi kesalahan Vincent yang sudah mengambil segelas susu.

Vincent terlihat kaget, namun dia tidak bertanya. Vincent mengambilkan gelas air mineral dan memberikannya, Winter langsung mengambilnya dan meminumnya hingga habis.

“Lagi.”

Vincent menelan salivanya merasa bingung, dengan penuh perhatian dia tetap mengambilkan segelas air mineral lagi.

Winter meminumnya lagi hingga habis.

Itu adalah salah satu kebiasan Kimberly di masa lalu, dia akan minum dengan banyak agar ketika memakan sesuatu, dia menjadi cepat kenyang. Apalagi ketika akan runaway melakukan peragaan busana, Kimberly sangat menjaga berat badannya.

“Kau mau memakan apa Winter? Biar ayah ambilkan” Benjamin tersenyum lebar.

Dengan tegas Winter menggeleng, mulutnya menekan kuat menahan umpatan dan teriakan keras untuk tidak memaki karena semua jatah makanannya adalah makanan berat, sementara Benjamin dan Vincent memakan salad.

“Aku mau juss brokoli dan dua potong wortel,” jawab Winter dengan penekanan.

Vincent dan Benjamin tercengang, kini mereka benar-benar yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Winter. Winter tidak suka sayuran, di setiap kali sarapan dia hanya memakan makanan kue yang mengandung banyak gula dan cream.

Jika kue dan creamnya kesukaannya tidak di sediakan, Winter akan menangis dan merajuk seharian.

Vincent kembali berdiri dan memeluk Winter dengan erat sambil mengusap kening Winter untuk memastikan bahwa bahwa adiknya baik-baik saja. “Winter, kakak akan segera memanggil dokter, sepertinya kepalamu terbentur saat pingsan.”

“Aku baik-baik saja” jawab Winter dengan senyuman masam dan kepala yang memiring karena terus di usap Vincent.

Dengan terpaksa Vincent kembali duduk di kursinya, menatap Winter dengan sedih penuh kekhawatiran.

Benjamin dan Vincent sangat mencintai Winter, mereka sangat protektif dengan Winter semenjak kepergian ibunya Winter.

“Winter, katakanlah dengan jujur, Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Benjamin.

To Be Continue..

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 230: END

    Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 229: Harapan Baru

    Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 228: Lembaran Baru

    Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 227: Vincent Tahu

    Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 226: Kepergian Marvelo

    Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 225: Merelakan Marius

    Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status