Share

BAB 6: Perkara Rokok

Author: Asayake
last update Last Updated: 2022-04-18 13:08:55

Tangan Winter sedikit membasah karena gugup, dia sangat ingin menggebrak meja dan mengomel berkata jujur jika berat badannya sangat mengganggu. Namun kini Winter harus menahan makian dan umpatannya dengan berpura-pura menjadi anak baik seperti Winter yang sesungguhnya.

Winter menggaruk pipinya yang tidak gatal.

“Semalam aku berpikir keras mengenai bentuk tubuhku. Aku merasa sangat kesulitan sepanjang waktu dengan tubuhku, aku tidak bisa berjalan dengan cepat, aku juga tidak bisa memakai pakaian indah seperti gadis lain, aku kesulitan melakukan banyak hal, aku juga merasa cepat lelah saat melakukan sesuatu, aku jga khawatir dengan kesehatan tubuhku jika aku semakin gemuk. Aku berpikir sebaiknya aku memulai hariku yang baru, aku akan mulai melakukan diet untuk menurunkan berat badanku.”

Benjamin dan Vincent saling memandang dengan wajah pucat pasi.

“Aku ingin bertemu dokter gizi untuk melakukan diet dengan tepat,” kata Winter lagi.

Vincent menekan batang hidungnya dengan kuat, sangat sulit untuk Vincent menerima perubahan Winter yang tiba-tiba menjadi tidak seperti Winter yang dia kenal.

“Pak Han, Tolong siapkan juss brokoli dan beberapa potong wortel untuk Winter!” Panggil Vincent yang langsung memanggil koki pribadi, Vincent kembali melihat Winter dan tersenyum. “Jika itu yang kau pikirkan, kakak tidak akan ikut campur selama itu membuatmu nyaman.”

“Vincent, ikut aku.” Benjamin segera berdiri dan membungkuk mengecup kening Winter sekilas.

Tanpa bertanya Vincent ikut beranjak dan pergi mengikuti Benjamin meninggalkan Winter sedirian.

***

Benjamin bersedekap dan berpikir keras mengenai sesuatu setelah perbincangan kecilnya bersama Winter. Nampaknya bukan hanya dia yang kini di buat menjadi bertanya-tanya, Vincent juga tampak berpikir keras.

Winter sangat benci beraktifitas fisik setelah mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu, Winter juga tidak pernah sedikitpun memikirkan diet meski tubuhnya kian membesar.

Sangat mengejutkan begitu mendengar Winter langsung berpikir ingin diet dan menjalani kehidupan yang sehat. Apakah ini hanyalah keinginan sesaat Winter yang labil?.

Banyak pertanyaan langsung muncul memenuhi kepala Benjamin.

“Ayah” Vincent menahan ucapannya seketika, sorot matanya memancarkan keraguan untuk berkata-kata. Tangan Vincent terkepal kuat mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang di pikirannya kepada Benjamin. “Apa mungkin Winter yang dulu sudah kembali?.”

Kening Benjamin mengerut samar, “Dulu, saat mengalami kecelakaan, dokter bilang Winter akan sembuh dan menemukan kembali ingatannya namun membutuhkan waktu yang sangat lama. Ini sudah tujuh tahun lebih lamanya setelah kecelakaan itu.”

“Mungkinkah ini sudah waktunya?”

Benjamin terdiam.

Sepuluh tahun yang lalu, Winter adalah gadis yang sangat periang, cerdas dan sangat bersinar karena kecantikan dan keramahannya. Semua itu hancur dalam semalam ketika Winter dan ibunya mengalami kecelakaan mobil.

Di kecelakaan malam itu, ibu Winter meninggal dunia usai menyelamatkan Winter.

Karena kecelakaan dan kehilangan ibunya, Winter mengalami trauma yang sangat berat hingga membuat dia mengalami banyak perubahan termasuk dengan wataknya. Winter mulai melarikan semua traumanya ke makan dan hanya mengurung diri di dalam kamar, gadis itu menjadi sangat pendiam dan selalu banyak meminta maaf meski dia tidak bersalah.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ayah?” tanya Vincent lagi.

“Kita ikuti keinginan Winter. Untuk sementara waktu, tolong jaga Winter karena ayah harus pergi ke Singapur dalam waktu beberapa hari. Kita harus memantaunya,” kata Benjamin dengan serius.

Vincent mengangguk tanpa suara.

***

“Winter tunggulah di sini. Kakak sudah harus membuat janji dengan dokternya dan ingin menemuinya lebih dulu untuk membicarakan sesuatu.” Kata Vincent yang hari ini mengantar Winter pergi ke tempat terapi khusus untuk melakukan berbagai penyembuhan.

“Baiklah, terima kasih Kakak,” jawab Winter dengan nada merendah bersikap sedikit manja.

Begitu Vincent pergi, Winter juga pergi menuju halaman tempat terapi.

Setiap kali melangkah, beberapa kali Winter harus memukul mulutnya sendiri karena kakinya tersandung. Biasanya saat masih hidup sebagai Kimberly, dia akan mengumpat dan memaki, namun kali ini dia harus menahannya karena masih berada di bawah umur.

Orang-orang akan akan memandang negatif Winter jika kebiasaan terburuk Kimberly masih di bawa-bawa.

Butuh waktu yang sedikit lebih lama lagi bagi jiwa Kimberly untuk bisa beradaptasi menggunakan tubuh barunya dalam beraktifitas karena semuanya tidak sama lagi seperti dulu.

Winter menuruni beberapa anak tangga sebelum menginjak rumput taman. Kaki Winter melangkah lebih hati-hati sambil melihat-lihat ke sekitar memperhatikan banyak orang yang berjalan-jalan, beberapa di antara mereka terlihat sedang latihan di temani oleh pendamping khusus.

Perhatian Winter terpaku melihat seorang pria muda duduk di kursi roda tengah merenung.

Bila di perhatikan, tubuh pemuda itu terlihat sangat sehat bugar, pakaiannya rapi dan mewah, pria itu terlihat muda dan sedikit mencolok karena pesonanya yang mudah untuk menjadi pusat perhatian banyak perempuan meski duduk di kursi roda.

Winter segera duduk di bangku kosong dekat pria itu, kaki Winter terangkat menumpang ke satu kakinya lagi dengan sedikit kesulitan.

Mata indah Winter melirik ke sisi, dia kembali melihat pria itu karena ketampanannya sedikit mencuri perhatiannya. Winter menyadari bahwa kemungkinan pria itu hanya memiliki jarak usia beberapa tahun lebih tua darinya.

Pandangan Winter tiba-tiba terjatuh pada jaket yang di kenakan pria itu.

“Bung” panggil Winter dengan alis sedikit terangkat.

Pria itu menengok dan menatap Winter dengan tatapan dinginnya.

Seketika Winter bergeser ke ujung kursi lainnya dan membuat mereka menjadi sedikit lebih dekat. Winter memeriksa ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar. Tubuh Winter mencondong dan menempatkan tangannya di sisi mulutnya, Winter langsung berkata, “Kau punya rokok?” bisik Winter dengan serius.

Pria itu langsung tercengang mendengar pertanyaan Winter yang tidak terduga. “Aku tidak merokok.”

Winter berdecih malas mendengar jawaban yang tidak dia inginkan terdengar, padahal kepalanya sangat suntuk butuh merokok.

“Kau tidak berbohong kan?”

“Meski aku memilikinya, aku tidak akan mungkin memberikannya pada anak di bawah umur.”

Kening Winter mengerut bingung karena pria itu mengetahui bahwa dia masih berada di bawah umur, dengan tenang Winter tersenyum miring meremehkan, “Bung, aku seorang mahasiswa.”

“Bukannya kau anak Sekolah Menengah Atas yang minggu kemarin ramai di perbincangkan?” Tanya balik pria itu dengan tatapan tajam tidak kalah meremehkan karena Winter sudah ketahuan berbohong kepadanya.

Senyuman Winter memudar, Winter sedikit gugup karena pria itu tahu bahwa minggu lalu Winter menjadi terkenal di sekolahnya karena dia menyatakan cinta kepada seorang pria lalu di balas dengan di permalukan.

“Dari mana kau tahu?”

“Aku, anak kepala sekolah tempat kau sekolah,” jawab pria itu dengan senyuman jahatnya.

To Be Continue..

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
udah ketemu cees wkkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 230: END

    Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 229: Harapan Baru

    Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 228: Lembaran Baru

    Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 227: Vincent Tahu

    Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 226: Kepergian Marvelo

    Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 225: Merelakan Marius

    Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status