Share

2. Pura-pura Amnesia

Auteur: Blue Rose
last update Dernière mise à jour: 2025-05-18 14:34:42

Ruangan tenang. Suara detik jam dinding menyelip di antara embusan halus diffuser aromaterapi.

Seorang wanita muda duduk di sofa, tangan saling menggenggam, matanya tak fokus.

Psikiater di depannya duduk tenang, menunggu dengan sabar.

"Tak perlu terburu-buru. Kita mulai pelan-pelan saja. Siapa nama Anda?"

"Mila… Mila Sari," bisiknya ragu.

"Mila ya...."

Psikiater bernama Vina itu terlihat menimbang-nimbang sesuatu sambil mencatat.

"Tapi semua catatan, orang-orang di sekitar, menyebut Anda Bella Kirana. Apa yang membuat Anda yakin bahwa Anda bukan dia?"

"Karena aku masih mengingat hidupku sebelumnya, sebelum terbangin tadi pagi. Aku Mila..."

Psikiater itu mengangguk-angguk, seolah mencoba berpihak padanya.

"Boleh minta tolong diceritakan tentang kehidupan Anda sebelum Pagi ini?"

"Ya, saya... Mila Sari, saya baru lulus kuliah, kerja serabutan di restoran kecil. Hidup saya sederhana, kadang makan cuma sekali, dan tinggal di kos-kosan kumuh di Jakarta."

"Berarti sama-sama di Jakarta ya," ujar Vina dengan nada menyenangkan.

Mila atau Bella--kita sebut sekarang--ia tersenyum tipis.

"Lalu bagaimana kejadian yang Anda ingat sehingga Anda tiba-tiba menjadi Bella?"

"Seingat saya, tadi malam sebelum tidur, saya membaca sebuah novel berjudul Sheryl dan Alex sebuah novel remaja. Ceritanya tentang anak kuliahan, genrenya Romance. Sebuah novel pasaran yang punya cerita mengenai Perjodohan antara Sheryl dan Alex. Di sana ada tokoh bernama Bella, pacarnya pria tua yang tampan dan kaya… Regan. Tapi tokoh utama sebenarnya… bukan mereka."

"Bukan? Berarti Sheryl dan Alex?"

"Iya, betul."

"Wah cerita yang menarik," ujar Vina.

"Saya harap begitu, cuma novel aja."

Vina menyadari kata-katanya salah, ia harusnya tidak mengatakan itu.

"Boleh ceritakan lagi alurnya?" tanya Vina.

Ia ingin membangun suasana di mana Bella merasa diterima dan tidak dihakimi.

"Dan saya… saya tahu bagaimana cerita itu berakhir, saya akan mati dibunuh oleh Alex. Karena Bella mencoba mencelakai Sheryl. Sheryl tidak setuju pamannya—Regan—berhubungan dengan Bella. Dan pada akhirnya… Bella jadi tokoh jahat di situ."

"Dan Anda yakin… cerita itu bukan sekadar fiksi?"

"Saya tak tahu. Tapi semuanya… terlalu persis. Nama-nama, tempat, wajah Regan—semuanya seperti keluar langsung dari buku itu. Tapi yang paling membuat saya takut… saat saya pingsan kemarin. Saya melihat kilasan. Potongan memori—tapi bukan milik saya."

"Dan menurut Anda… Anda sekarang berada di dalam cerita itu?"

"Saya tidak tahu... Tapi jika ini memang cerita, saya tahu bagaimana alurnya. Dan jika saya tetap menjadi Bella… maka saya akan mati."

•••

Setelah sesi Konseling itu, dr. Vina menyampaikan pada Regan kalau Bella berpura-pura hilang ingatan dan menciptakan skenario palsu untuk menutupi insecurity-nya bahwa ia adalah seorang Sugar Baby.

Maka, Regan memikirkan itu dan membatalkan semua meeting dan pekerjaannya hari ini hanya untuk mengawasi Bella yang mengurung diri di kamarnya.

Perasaannya juga campur aduk, apa yang disampakan Bella tidak masuk akal.

Psikiater sepertinya benar, Bella sedang stress dan lelah. Sepertinya ia akan membiarkan Bella sendiri selama beberapa hari dan meminta seseorang untuk mengawasinya.

.

Di dalam kamar yang sudah dipantau oleh Regan, Bella duduk sambil mencatat sesuatu di bukunya.

Itu buku kuliah yang tidak pernah diisi tulisan oleh pemiliknya, artinya seperti yang ada di novel, Bella sangat miskin moral.

Sudahlah malas kuliah, bayar kulah pakai uang haram, lalu ia berakhir jadi budak seks seseorang yang usianya hampir dua kali lipat di atasnya.

"Hiks... mati-matian aku banting tulang kerja serabutan dan gak kebawa arus hidup di Kota gede, malah aku masuk ke tubuh cewek gatel ini!" tangisnya sambil menulis alur yang ia ingat.

"Mak! Anakmu gak perawan, mana gak dinikahin lagi...." gumam Bella.

Ia tak bisa menerima kenyataan ini, bagaimana bisa ia jadi budak ranjang seseorang yang tak mau menikah.

Bella ingat kalau Regan ini adalah pria lajang dan kaya pada umumnya, tidak punya komitmen dan suka main wanita.

Bella merasa kalau Regan bukan tipenya, tapi kalau ingat Bella juga cewek murahan, ia tak bisa membantah.

"Gila... gila!"

Ia terus mengumpat dan mengeluh, yang tanpa sadar didengarkan oleh Regan yang memantau dari ruang tamu.

Bella harus mencari jalan keluar, ia tak mau seperti ini dan jadi Bella si Sugar Baby itu, ia akan mati kalau mengikuti alur cerita.

Dan Regan, sepertinya tidak sulit untuk kabur darinya kan?

Regan bisa mencari Sugar Baby lain dengan uangnya, pasti akan ada yang mau bersamanya seperti Bella yang asli.

Ia tidak mungkin mau menjalani kehidupan rendahan ini.

Ia memang miskin harta, tapi ia bukan orang yang rela hidup dengan menjual diri.

Itu kehidupan paling rendah yang pernah ia tau.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   EPILOG

    Pagi itu, desa kecil tempat tinggal Mila berubah menjadi lautan putih. Tenda sederhana dipasang di halaman rumahnya, dihiasi bunga melati dan mawar yang dipetik dari kebun tetangga. Semua orang sibuk, para ibu-ibu desa menyiapkan hidangan, bapak-bapak mengatur kursi, dan anak-anak berlarian bermain dengan gembira. Mila duduk di kamar dengan kebaya putih sederhana, wajahnya dihiasi riasan tipis. Ia terlihat cantik sekali, tapi matanya terus berkaca-kaca. “Tenang, Nak. Jangan gemetar begitu. Semua akan baik-baik saja,” kata ibunya sambil menggenggam tangan Mila. Di luar, Deva sudah siap dengan beskap putih dan peci hitam. Jantungnya berdebar kencang. Ia melihat wali dari Mila--paman dari pihak ayah sudah menyiapkan kursi dan meja akad. Warga desa pun sudah berkumpul, penuh rasa penasaran. Akhirnya, prosesi dimulai. Penghulu membuka acara dengan suara khidmat. Deva duduk di kursi akad, di sampingnya ada Paman Agus--wali Mila. “Ijab kabul akan segera dilakukan. Saudara Deva Arkan

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   Extra Part

    "Pih, izinkan aku menikahi Mila." Hari itu, Deva berdiri tegap di hadapan ayahnya. Jantungnya berdebar, seakan setiap detik berjalan lambat. Mila di sampingnya, terlihat menunduk dengan tangan yang dingin. Ia memegang erat jemari Deva, seakan itu satu-satunya kekuatan yang bisa membuatnya tidak goyah. Deva yakin hari ini akan menjadi hari paling berat dalam hidupnya. Ia sudah membayangkan wajah sang ayah, Teo, yang penuh amarah, penuh gengsi, menolak mentah-mentah permintaannya untuk menikahi Mila. Namun, siapa sangka jawaban yang datang justru mengejutkannya. Teo duduk di kursi empuk ruang kerjanya, menyilangkan kaki, tatapannya tajam namun tenang. “Papi tidak menolak hubungan kalian.” Deva menahan napas. Mila pun langsung mengangkat wajahnya dengan mata membesar. “Tapi…” lanjut Teo, suaranya berat. “Kalau kamu benar-benar ingin menikahi gadis ini, dia harus siap menjadi pendampingmu. Tidak hanya sekadar istri yang duduk manis di rumah.” Deva merasakan dadanya menegang.

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   180. Finally

    Deva berdiri mematung di lorong rumah. Punggungnya merapat pada dinding dingin, napasnya memburu. Kata-kata ibunya masih terlintas jelas di telinganya. "Kamu kira kamu beda jauh dari Deva? Bahkan saat kamu sudah punya aku sebagai istri, kamu tetap mengejar wanita yang kamu cintai kan? Jangan sok suci! Biarkan Deva memilih, daripada menikahi orang yang tidak ia cintai, lalu mencampakkannya seperti kamu padaku." Deg. Itu adalah kali pertama Deva mendengar Imelda benar-benar melawan Teo. Selama ini, yang ia tahu, ibunya hanyalah sosok anggun, kalem, dan selalu menjaga kehormatan keluarga. Tidak pernah sekalipun ia membayangkan bahwa wanita yang ia kagumi itu menyimpan luka begitu dalam. Suara ibunya bergetar, penuh luka. “Hampir empat puluh tahun kita bersama, dan aku hidup denganmu hanya sebagai pajangan. Kamu tidak pernah menanyakan perasaanku saat kamu bahagia dengan wanita lain, sementara aku kesepian sampai akhir. Saat ini aku sudah tidak peduli lagi, tapi tolong jangan ego

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   179. Pertunangan Keyla dan Deva Berakhir

    Udara siang itu terasa berbeda bagi Deva. Tidak hanya karena sinar lampu sorot yang menyorot tajam di atas panggung kecil, tapi juga karena beratnya keputusan yang sebentar lagi ia dan Keyla akan umumkan. Di aula besar perusahaan baru yang akan diluncurkan hari itu, tamu undangan sudah ramai berdatangan. Wajah-wajah familiar dari para rekan bisnis, pejabat daerah, hingga media memenuhi ruangan. Balon-balon silver dan putih menghiasi dinding, sementara pita merah besar terbentang di depan pintu masuk kantor pusat perusahaan baru mereka. Deva menatap Keyla di sampingnya. Mereka masih terlihat serasi, sama-sama mengenakan pakaian formal elegan. Senyum profesional terpampang di wajah mereka, seakan semua baik-baik saja. Mereka bahkan bergandengan tangan—seperti pasangan idaman yang hendak meresmikan kerja keras mereka. Namun hanya mereka berdua yang tahu, genggaman itu bukanlah genggaman cinta. Itu genggaman terakhir sebelum mereka melepaskan peran yang selama ini mereka mainkan. "

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   178. Asal Ada Kamu

    Ruang rawat itu terlalu putih, terlalu hening, dan terlalu mengintimidasi bagi Mila. Aroma obat-obatan menyeruak tajam begitu ia melangkah masuk bersama Edric. Langkahnya tertahan di ambang pintu, jantungnya berdetak kencang, bukan hanya karena cemas dengan keadaan Deva, melainkan juga karena seseorang yang berdiri tak jauh dari ranjang rumah sakit itu. Wanita itu. Imelda. Ia tampak anggun seperti biasa, mengenakan blus putih sederhana namun berkelas, rambutnya disanggul rapi, dan senyumnya terjaga seolah dunia ini baik-baik saja. Padahal Mila tahu betul, di balik senyum itu tersimpan ancaman yang masih menancap dalam kepalanya. Ancaman agar ia menjauh dari Deva. Ancaman yang membuat Mila beberapa kali menangis sendirian. Langkah Mila melemah, hampir tak mampu mengangkat kakinya untuk masuk lebih jauh. “Masuklah,” bisik Edric, mencoba memberi dorongan halus. Ia sendiri menatap Imelda dengan sorot mata penuh kehati-hatian. Namun berbeda dari perkiraan Mila, Imelda sama sek

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   177. Mengalah

    Malam itu, angin Jakarta berhembus lembut. Lampu-lampu jalan menyala, menyoroti wajah Mila yang masih tegang. Ia duduk berhadapan dengan Edric di sebuah café kecil dekat kantor. Tempat itu sepi, hanya ada mereka berdua dan beberapa pengunjung yang sibuk dengan urusan masing-masing. Edric diam cukup lama. Tangannya memainkan gelas kopi yang sudah dingin, seakan mencari kata-kata yang tepat. Mila menatapnya dengan waspada, hatinya diliputi rasa penasaran sekaligus cemas. “Jadi… kamu serius waktu itu? Soal Leon?” suara Mila pecah dalam keheningan. Edric menghela napas panjang. Ia menegakkan tubuhnya, lalu menatap Mila dengan tatapan yang dalam, tak lagi dengan senyum liciknya seperti biasanya. “Aku nggak bercanda, Mila.” ia berhenti sebentar. “Aku memang Leon.” Darah Mila seakan berhenti mengalir. Bibirnya terkatup rapat, jantungnya berdegup keras. “Aku… Leon di dunia novel itu?” ia berbisik, masih berusaha mencerna. Edric—atau Leon—mengangguk pelan. “Aku sendiri baru sadar

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status