Share

Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO
Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO
Penulis: Blue Rose

1. Tidur dengan Orang Asing

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 14:33:45

"Engghhh...."

Mila terbangun dari tidurnya, tapi entah kenapa saat ia bangun kali ini rasanya lebih nyaman dari biasanya.

Biasanya ia tidak tidur di atas kasur, di bawah selimut, atau di ruangan ber-AC.

Namun kali ini, ia merasakan semuanya ada dan jangan lupakan udara dan wanginya yang berbeda. Wangi parfum impiannya Rose & Oud—karena harganya mahal.

Tak hanya itu, ia merasakan sedang memeluk bantal guling yang hangat, keras tapi tak sekeras kayu apalagi batu, itu lebih seperti... tunggu, teksturnya seperti kulit manusia.

Sepertinya ia tak sedang tidur bersama Hani—temannya yang sering menginap? Tapi kenapa ada kulit manusia.

Ia juga merasa tak memakai pakaian, minimal celana dalam, tapi ini tidak.

"Han?" gumamnya masih menutup mata.

"Hem? Siapa itu Han, cowok lain?!"

'Suara siapa itu?'

Merasakan keanehan itu, Mila membuka matanya dan langsung disuguhi dada berotot seorang pria.

Kemudia iq mendongak ke atas dan melihat seorang pria bule sekitar 27 tahun, sedang menatapnya.

"Kamu siapa?!" teriaknya kaget.

Ia spontan bangun dari berbaringnya dan menatap pria itu dengan ngeri.

Pria dewasa itu terlihat sekali bingung, terlihat dari alisnya yang naik sebelah.

"Haha... Sayang, Pagi-pagi sudah menggodaku, hem?" ujarnya mencolek dagu Mila.

Mila langsung menepisnya dan menatapnya tajam.

"Jangan gila deh Om, Om perkosa aku?!" tanyanya to the point.

Tunggu, suaranya?

Mila baru menyadari kalau suaranya berbeda, lebih serak dari yang biasanya halus.

Pria itu masih bingung mengamati tindakan perempuan di depannya.

Lalu, Mila menyadari sesuatu.

Ia langsung menoleh ke segala penjuru ruangan, mencari cermin.

Cermin itu ada di meja rias, ia langsung ke sana dan melihat dirinya yang telanjang dan yang terpenting wajahnya bukan miliknya dan tubuh itu terlalu seksi untuknya yang tepos.

"Siapa ini?" gumamnya ketakutan.

Ia langsung mencari pakaiannya dan mengambilnya dengan panik, tanpa mendengarkan pertanyaan pria itu yang terus menanyakan kenapa dirinya.

"Baby, tunggu. Kenapa kamu begini?" tanyanya.

Mila memakai pakaian yang ada di lantai itu dengan buru-buru, dan juga pakaian itu terlalu seksi untuk gayanya yang biasanya tertutup.

"Hey!"

Pria itu mencekal tangan Mila yang sedang mengancingkan celananya, tapi ditepis lagi oleh Mila.

Merasa tidak diperhatikan, pria itu langsung menangkup wajah Mila dan menatapnya serius.

Sangat berbeda saat pertama kali Mila menatap wajahnya, itu terlihat lembut dan penuh kasih sayang.

"Baby, tolong jelaskan kenapa? Kenapa kamu begini?" tanyanya lembut.

Meski suaranya panik, itu tetap terdengar lembut dalam pendengaran Mila.

"Oke... aku tidak tau apa masalahmu, tapi, kenapa kamu buru-buru?" tanyanya. "Mau kuliah, udah telat?"

"Kuliah?" tanya Mila balik.

Seingatnya, ia baru saja Wisuda dan bekerja di restoran sambil mencari kerja yang lebih baik.

"Apakah bimbingan?" tanya pria itu lagi.

"Kamu siapa sih?" tanya Mila sambil menurunkan tangan pria itu dari pipinya.

Pria itu langsung berdiri dan duduk di tepi ranjang sambil mengusap wajahnya.

Sepertinya pria itu juga frustasi, lalu kenapa Mila ada di sini?

"Bella, aku tidak tau salahku apa, tapi bagaimana bisa kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya pria itu dramatis. "Sini peluk dulu, kamu minta apa? Liburan ke Bali, Swiss, Paris, atau... mau Mobil baru, apartemen baru, atau rumah, saham?"

Mila terkejut mendengar itu, hal-hal mewah yang hanya akan ia bayangkan tanpa ada kemungkinan memilikinya.

"Apa sih yang kamu katakan, kamu siapa? Aku benar-benar tidak tau kamu siapa, tiba-tiba tidur di sampingku dan kenapa aku di sini? Tunggu... namaku Mila, bukan Bella!"

"Mila? Sayang jangan bercanda," ujar pria itu tersenyum ragu.

Mila pun terkejut sendiri dengan situasi ini saat sebuah ingatan merayap di kepalanya, ia merasa pusing dan berkunang-kunang.

Detik berikutnya, ia ambruk.

"Bella!"

••

Saat membuka mata, Mila merasakan bau obat dan suasana yang cukup ramai.

Ia melenguh dan membuka matanya, seperti tebakannya, ia ada di Rumah Sakit.

"Apa yang terjadi?" gumam Mila.

Tiba-tiba pria yang tadi pagi ia lihat sudah ada di sana, ia menatapnya dengan khawatir.

"Sayang, apa yang kamu rasakan sekarang?" tanyanya sambil menggenggam tangannya.

Setelah dilihat di cahaya terang, pria itu sangat tampan, tapi tubuh yang sekarang ia tempati memang lumayan cantik, tapi agak aneh kalau pria itu memilihnya.

Maksudnya, ada yang lebih cantik dari tubuh yang ia tempati untuk ukuran ketampanan pria itu.

'Pria itu terlalu tampan, apa mungkin ia aktor Hollywood? Tapi bisa bahasa Indonesia, atau mungkin blasteran,' batin Bella sibuk dengan pikirannya sendiri.

Kemudian ia tersadar dan melihat pria itu dengan tatapannya yang sayu.

"Aku hanya sedikit pusing," jawab Mila dingin.

Pria itu kemudian duduk di samping ranjangnya dan menggenggam tangannya dengan penuh kehangatan.

Meski Mila tidak kenal, tubuh itu terasa sangat familiar seolah ini bukan pertama kalinya mereka saling berpegangan tangan.

"Dengar, aku tidak tau persis apa yang terjadi padamu karena dokter tidak menemukan tanda amnesia. Tapi... jika kamu stres, kita bisa ke psikiater. Apakah kamu bersedia?"

Mila mengangguk, sepertinya benar, ia harus ke psikiater, ia harus memastikan apa yang terjadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Blue Rose
makasih kak♡´・ᴗ・`♡
goodnovel comment avatar
蘇娜娜
ceritanya bgus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   164. Ternyata Mereka Juga Nyata

    Suasana di tepi pantai itu mendadak hening. Angin berembus lembut, hanya debur ombak yang terdengar bersahutan. Mila menatap Winona, masih dengan mata sembab setelah menangis.“Jadi… kita bertiga sama-sama sadar?” suara Mila bergetar, masih sulit percaya dengan kenyataan yang baru saja terbuka.Winona mengangguk pelan, lalu menatap laut dengan pandangan kosong. “Iya, Mil. Kita sama-sama pernah… terjebak di dunia novel itu. Bedanya, aku udah tahu sejak awal kalau semua itu bukan mimpi. Dan sejak aku balik ke dunia nyata, aku sadar satu hal, meski kita di sini, faktanya nggak ada yang berubah.”Mila menelan ludah. “Maksud kamu…?”“Baik aku maupun Bang Deva…” Winona menoleh sekilas pada Deva, lalu kembali ke arah Mila, “…kami berdua tetap dijodohkan. Sama persis kayak pola yang ada di novel. Hanya saja perannya beda. Regan dan Sheryl nggak ada lagi, tapi nama kami di dunia nyata masih terikat hal yang sama, perjodohan itu.”Deva hanya menghela napas berat, seolah tak ingin membahas lebih

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   163. Sheryl?

    Sepeninggal Andin, Mila duduk termenung. Hatinya tidak benar-benar tenang. Kata-kata perempuan itu terus menggema, tapi lebih dari itu, suara teman-teman sekamarnya pun masih mengiris-iris pikirannya. Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Mila menatap laut biru di kejauhan, matanya sayu. Sejak awal ia hanya ingin bekerja dengan baik, menikmati momen gathering, dan mungkin… membiarkan hatinya sedikit terbuka pada Edric. Namun kenyataannya, setiap kali ia mencoba merasakan kebahagiaan, selalu ada bahaya yang menimpa. Apa memang salahku kalau aku merasa nyaman dengan Edric? Kenapa seolah-olah seluruh dunia menolak kebahagiaan itu? Di tengah kebimbangannya, pesan masuk dari Jihan, sahabatnya yang bekerja di divisi berbeda. “Mil, aku tau ini berat, tapi aku harus kasih tau kamu sesuatu. Hati-hati banget sama salah satu teman sekamar kamu. Ada gosip di kantor, dia anak salah satu pemilik saham. Katanya dulu pernah terlibat kasus kriminal. Bukan cuma bully… tapi sampai menghila

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   162. Jangan Deket-deket

    Mila mengalami keseleo sehingga tidak bisa berjalan. Meski kata dokter hanya cedera ringan dan tidak sampai patah tulang, tetap saja itu cukup mengganggu. Setiap kali menapak, rasa nyeri menjalar ke pergelangan kakinya. Hal itu membuat Edric terus berada di sisinya, membantu setiap langkah kecil yang ia coba lakukan. Mila sendiri masih tidak percaya dengan apa yang barusan menimpanya. Ia tidak ingin langsung menuduh, tetapi ada sesuatu yang aneh. Tadi, saat terjatuh, ia jelas merasakan ada kaki yang “menghalangi” jalannya. Namun, siapa pemilik kaki itu? Ia tidak bisa memastikan. Yang paling dekat dengannya justru adalah teman satu timnya—orang yang seharusnya mendukung, bukan menjatuhkan. Mila menelan ludah. Hatinya masih diliputi rasa tak percaya. Kenapa mereka tega? ••• Setelah acara lomba selesai dan Mila dibawa ke kamar untuk istirahat, malamnya ia terbangun karena suara bisikan dari teman-teman sekamarnya. “Akhirnya dia cedera juga,” suara itu terdengar jelas di telinga Mil

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   161. Lomba yang Lucu

    Lapangan hijau di Ubud sudah dipenuhi suara riuh. Semua karyawan bersemangat mengikuti rangkaian lomba. Panitia sudah menyiapkan berbagai perlombaan khas tujuhbelasan, mulai dari lomba bakiak, joget balon, kelereng, lomba karung, hingga lomba memasukkan paku ke dalam botol. Udara pagi yang sejuk membuat semangat mereka semakin membara. “Baik, lomba pertama adalah Joget Balon!” seru MC. Edric maju ke depan bersama pasangan lombanya, salah satu staf HRD. Mereka harus menahan balon di antara dahi sambil berjoget mengikuti irama dangdut remix. Suasana pecah. Semua orang bersorak melihat Edric yang biasanya sangat cool, kini harus menggoyang pinggulnya dengan ekspresi kaku. Wajahnya sudah memerah karena malu. “Hahaha! Pak Edric, jangan tegang begitu!” teriak salah satu peserta dari pinggir lapangan. MC juga meledek Edric yang hari ini terlihat berbeda, harus menurunkan wibawanya. Banak karyawan yang tak mau melewatkan moment itu dan mengambil video agar bisa dijadikan kenang-kenangan

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   160. Bicara Berdua

    Malam makin larut, Mila merasa tertekan di kamar. Benar saja, kedekatannya dengan Edric membawa bencana. Meski tidak secara langsung, mereka menyindirnya dengan cara halus. Katanya ia masih baru tapi dapet tangkapan bagus. "Mila!" panggil seseorang mengagetkan Mila dari lamunan. Mila langsung menoleh dan menemukan Deva yang keluar dengan outher rajut, kaos putih polos, dan celana tidur yang santai. "Jangan ngelamun di tepi kolam, nanti kecebur," ujarnya bercanda. Deva terkekeh, "Hehe... iya, Pak."Mereka saling diam sejenak, tapi Mila perlahan munudur. Deva pun mengajak Mila duduk di kursi pantai yang ada di tepi kolam. Di sekitar sana juga masih banyak yang lalu-lalang bersantai."Kenapa, susah tidur?" tanya Deva mengulurkan botol air putih pada Mila. Mila menerimanya dengan kedua tangan sopan. Ia masih canggung di dekat Deva, tentu saja itu wajar karena Deva atasannya. "Makasih, Pak. Saya memang agak kesulitan tidur, akhir-akhir ini kayak sering insomnia.""Hem... pake terapi m

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   159. Diapit Dua Raksasa

    Jetski itu melaju kencang membelah ombak, membuat Mila berpegangan erat di belakang punggung Edric. Suaranya bercampur antara tawa gugup dan teriakan kecil setiap kali mereka menghantam gelombang.“Pak… pelan sedikit dong!” teriak Mila sambil memejamkan mata.Edric tertawa pelan, tapi bukannya memperlambat, ia justru sedikit memutar gas. “Kalau pelan, nggak seru. Tenang aja, saya nggak akan bikin kamu jatuh.”“Ya ampun, saya bisa jantungan, Pak!” Mila spontan memukul pelan bahu Edric, tapi tangannya tetap erat memeluk pinggang pria itu.Edric tersenyum lebar, seolah puas melihat ekspresi Mila yang campur aduk. “Kalau takut, pegangan yang kenceng. Nanti malah saya yang jatuh gara-gara kamu longgarin tangan.”Mila mendengus, wajahnya panas entah karena matahari atau karena malu. “Bapak nyebelin.”“Nyebelin tapi bikin kamu ketawa kan?” Edric menoleh sedikit, dan benar saja—Mila tidak bisa menahan tawa.Suasana itu… hangat, jauh lebih hangat daripada sekadar bos dan karyawan.•••Dari keja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status