Home / Fantasi / Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO / 7. Menjalani Kehidupan Bella

Share

7. Menjalani Kehidupan Bella

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2025-05-19 22:00:29

Pagi ini, Bella tidak melihat Regan di sisinya, padahal ia tau, harusnya pria itu di sana karena tadi malam mereka tidur bersama.

Harusnya Bella menyadari kalau Regan memang harusnya bersikap demikian kan, mengingat Bella bukan orang penting di hidupnya.

Ia pun segera bersiap untuk kuliah, menjalani kehidupan seorang Bella.

Pagi ini ada kuliah dan ia harus bergegas.

Entah kenapa ia bisa mengendarai mobil, hanya sana ia sedang tidak mood untuk memakainya. Jadi ia memilih berjalan menuju halte dan naik Bus Trans Kota menuju ke kampusnya yang memiliki posisi sangat stratehis itu.

"Bella!"

Suara itu, "Yash?" gumamnya menoleh.

Benar saja, ia bersama teman-temannya di sana.

"Gue ke kelas dulu!" ujarnya.

Bella tersenyum dan mengacungkan jempol. Yasha sendiri hanya nyengir dan berjalan pergi, ia kelihatan digoda oleh teman-temannya tentang hubungan mereka.

Rasanya lega melihat itu, Yasha tidak benar-benar menjauhinya.

Ia tak berharap lebih dan merupakan hak Yasha untuk meninggalkannya setelah memgetahui jati dirinya, jadi ia merasa sangat senang ketika tau ternyata Yasha masih mau menyapanya.

Sederhana tapi bermakna.

Di dunia yang asing ini, mendapati orang yang tulus pada Bella yang asli sudah merupakan hal membahagiakan baginya.

Meskipun ia hidup dari uang Regan, tapi rasanya ia tak mendapatkan rasa aman darinya. Hanya seperti bos dan karyawan, tidak ada ikatan pasti.

Andai Bella yang asli tidak punya perasaan pada Regan, mungkin ia sudah sangat membenci pria dewasa itu.

Meski begitu, Bella juga menyadari kalau Regan juga menyelamatkan hidup Bella yang asli, kalau tidak mungkin sekarang ia sudah menjadi pekerja seks di Kasino tempat pertama kali mereka bertemu.

.

Menjalani hari-hari sebagai Bella adalah hal yang sulit bagi Bella versi Mila yang sederhana.

Hidup hedon Bela dan teman-temannya yang suka menghambur-hamburkan uang itu bikin ia semakin tertekan.

Tiap pulang ke kampus, teman-temannya selalu mengajak ke Mall.

Belum lagi dengan standar-standar makanan yang harus mahal. Bagi Bella, itu buang-buang uang.

Ia terbiasa makan apapun yang penting kenyang, tapi sekarang harus ikut teman-teman Bella yang asli ke restoran.

Makan Sushi yang harganya satu biji saja 100.000 lebih, sudah begitu mereka sering pesan banyak menu yang akhirnya tidak habis.

Ia sampai berpikir, apa sih yang mereka pikirkan dengan uang sebanyak itu dan hanya untuk makanan yang tidak habis mereka makan?

Habis ke retoran mereka ke Mall lagi dan lagi.

Bella hanya duduk di kursi kecil di sebuah butik yang ada di dalam Mall, menonton teman-temannya heboh memilih baju.

Ia sangat malas melihatnya, tanpa sadar ia menghela napas dan menarik perhatian seorang pramuniaga.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya.

Bella menatapnya kemudian tersenyum tips, "Enggak ada, saya cuma nemenin teman-teman saya."

"Anda bukannya Pacar dari Tuan Regan ya?" tanya Pramuniaga itu.

Bella tersenyum tak yakin, "Hem...."

"Kami ada produk Lingerie terbaru yang bisa Anda pilih, Nona."

Bella bingunya, "Lingerie?"

Ia memproses nama itu di kepalanya dan terkejut sendiri ketika mengingat benda apa itu.

"Ya... Anda biasanya mencari itu di sini," jelas Pramuniaga tersebut.

Akan tetapi Bella malah hanya terkekeh dan kemudian berdiri.

"Makasih Kak, tapi gak dulu."

Ia lalu menghampiri teman-temannya dan berkata pada mereka.

"Gue duluan ya, ada urusan."

Mereka yang pikirannya hanya uang dan sumber uang, pun langsung menyeringai dan mengizinkan Bella pergi dari sana.

"Sebel banget! Kek udah melekat banget vibes Lontai-nya nih tubuh anjrit!" gumamnya kesal sendiri.

Bahkan sampai rumah ia badmood dan tidak mau keluar kamar. Itu disebabkan oleh kejadian tadi, ia sangat malu.

.

Niatnya sih setelah sampai ia akan tidur, tapi Bi Yeyen mengetuk pintu dan bilang kalau Regan memintanya untuk ikut ke acara nanti malam.

Tidak hanya itu, seorang penata rias dan penata bsana sudah datang jam 17.50 WIB dan segera mengajaknya berdandan.

Ia bingung sendiri tapi tak tau harus bagaimana, karena ia tidak bisa menolak.

Namun seolah tubuhnya terbiasa dengan itu, Bella langsung menempatkan diri di depan meja rias dan membiarkan seorang penata rias meriasnya dengan baik.

Ia juga diminta memilih gaun, tapi karena terlalu terbuka ia harus bernegosiasi dengan Regan dulu. Untunglah Regan menyetujuinya dan membiarkannya memakai pakaian sesuai keinginannya.

Awalnya dress itu seksi, dadanya seolah tergencet sehingga menonjolkan setengah payudaranya, punggungnya terpampang, dan ada belahan panjang di kakinya, setelah dress itu dirombak jadinya agak tertutup terutama bagian dadanya.

Sekarang penampilannya terlihat lebih manis tapi memperlihatkan kesan kuat.

Hair Style-nya Half Updo dengan pita Merah maroon di belakangnya, ia juga membawa tas selempang merah kecil, dengan dress selutut berwarna merah maroon dengan potongan dada yang tidak terlalu rendah dan tidak memperlihatkan belahan dadanya, tentu itu setelah hasil revisi.

Setelah Regan sampai apartemen untuk menjemput pasangannya, ia terkjut melihat hasilnya.

"It's very beautiful, Baby."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   164. Ternyata Mereka Juga Nyata

    Suasana di tepi pantai itu mendadak hening. Angin berembus lembut, hanya debur ombak yang terdengar bersahutan. Mila menatap Winona, masih dengan mata sembab setelah menangis.“Jadi… kita bertiga sama-sama sadar?” suara Mila bergetar, masih sulit percaya dengan kenyataan yang baru saja terbuka.Winona mengangguk pelan, lalu menatap laut dengan pandangan kosong. “Iya, Mil. Kita sama-sama pernah… terjebak di dunia novel itu. Bedanya, aku udah tahu sejak awal kalau semua itu bukan mimpi. Dan sejak aku balik ke dunia nyata, aku sadar satu hal, meski kita di sini, faktanya nggak ada yang berubah.”Mila menelan ludah. “Maksud kamu…?”“Baik aku maupun Bang Deva…” Winona menoleh sekilas pada Deva, lalu kembali ke arah Mila, “…kami berdua tetap dijodohkan. Sama persis kayak pola yang ada di novel. Hanya saja perannya beda. Regan dan Sheryl nggak ada lagi, tapi nama kami di dunia nyata masih terikat hal yang sama, perjodohan itu.”Deva hanya menghela napas berat, seolah tak ingin membahas lebih

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   163. Sheryl?

    Sepeninggal Andin, Mila duduk termenung. Hatinya tidak benar-benar tenang. Kata-kata perempuan itu terus menggema, tapi lebih dari itu, suara teman-teman sekamarnya pun masih mengiris-iris pikirannya. Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Mila menatap laut biru di kejauhan, matanya sayu. Sejak awal ia hanya ingin bekerja dengan baik, menikmati momen gathering, dan mungkin… membiarkan hatinya sedikit terbuka pada Edric. Namun kenyataannya, setiap kali ia mencoba merasakan kebahagiaan, selalu ada bahaya yang menimpa. Apa memang salahku kalau aku merasa nyaman dengan Edric? Kenapa seolah-olah seluruh dunia menolak kebahagiaan itu? Di tengah kebimbangannya, pesan masuk dari Jihan, sahabatnya yang bekerja di divisi berbeda. “Mil, aku tau ini berat, tapi aku harus kasih tau kamu sesuatu. Hati-hati banget sama salah satu teman sekamar kamu. Ada gosip di kantor, dia anak salah satu pemilik saham. Katanya dulu pernah terlibat kasus kriminal. Bukan cuma bully… tapi sampai menghila

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   162. Jangan Deket-deket

    Mila mengalami keseleo sehingga tidak bisa berjalan. Meski kata dokter hanya cedera ringan dan tidak sampai patah tulang, tetap saja itu cukup mengganggu. Setiap kali menapak, rasa nyeri menjalar ke pergelangan kakinya. Hal itu membuat Edric terus berada di sisinya, membantu setiap langkah kecil yang ia coba lakukan. Mila sendiri masih tidak percaya dengan apa yang barusan menimpanya. Ia tidak ingin langsung menuduh, tetapi ada sesuatu yang aneh. Tadi, saat terjatuh, ia jelas merasakan ada kaki yang “menghalangi” jalannya. Namun, siapa pemilik kaki itu? Ia tidak bisa memastikan. Yang paling dekat dengannya justru adalah teman satu timnya—orang yang seharusnya mendukung, bukan menjatuhkan. Mila menelan ludah. Hatinya masih diliputi rasa tak percaya. Kenapa mereka tega? ••• Setelah acara lomba selesai dan Mila dibawa ke kamar untuk istirahat, malamnya ia terbangun karena suara bisikan dari teman-teman sekamarnya. “Akhirnya dia cedera juga,” suara itu terdengar jelas di telinga Mil

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   161. Lomba yang Lucu

    Lapangan hijau di Ubud sudah dipenuhi suara riuh. Semua karyawan bersemangat mengikuti rangkaian lomba. Panitia sudah menyiapkan berbagai perlombaan khas tujuhbelasan, mulai dari lomba bakiak, joget balon, kelereng, lomba karung, hingga lomba memasukkan paku ke dalam botol. Udara pagi yang sejuk membuat semangat mereka semakin membara. “Baik, lomba pertama adalah Joget Balon!” seru MC. Edric maju ke depan bersama pasangan lombanya, salah satu staf HRD. Mereka harus menahan balon di antara dahi sambil berjoget mengikuti irama dangdut remix. Suasana pecah. Semua orang bersorak melihat Edric yang biasanya sangat cool, kini harus menggoyang pinggulnya dengan ekspresi kaku. Wajahnya sudah memerah karena malu. “Hahaha! Pak Edric, jangan tegang begitu!” teriak salah satu peserta dari pinggir lapangan. MC juga meledek Edric yang hari ini terlihat berbeda, harus menurunkan wibawanya. Banak karyawan yang tak mau melewatkan moment itu dan mengambil video agar bisa dijadikan kenang-kenangan

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   160. Bicara Berdua

    Malam makin larut, Mila merasa tertekan di kamar. Benar saja, kedekatannya dengan Edric membawa bencana. Meski tidak secara langsung, mereka menyindirnya dengan cara halus. Katanya ia masih baru tapi dapet tangkapan bagus. "Mila!" panggil seseorang mengagetkan Mila dari lamunan. Mila langsung menoleh dan menemukan Deva yang keluar dengan outher rajut, kaos putih polos, dan celana tidur yang santai. "Jangan ngelamun di tepi kolam, nanti kecebur," ujarnya bercanda. Deva terkekeh, "Hehe... iya, Pak."Mereka saling diam sejenak, tapi Mila perlahan munudur. Deva pun mengajak Mila duduk di kursi pantai yang ada di tepi kolam. Di sekitar sana juga masih banyak yang lalu-lalang bersantai."Kenapa, susah tidur?" tanya Deva mengulurkan botol air putih pada Mila. Mila menerimanya dengan kedua tangan sopan. Ia masih canggung di dekat Deva, tentu saja itu wajar karena Deva atasannya. "Makasih, Pak. Saya memang agak kesulitan tidur, akhir-akhir ini kayak sering insomnia.""Hem... pake terapi m

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   159. Diapit Dua Raksasa

    Jetski itu melaju kencang membelah ombak, membuat Mila berpegangan erat di belakang punggung Edric. Suaranya bercampur antara tawa gugup dan teriakan kecil setiap kali mereka menghantam gelombang.“Pak… pelan sedikit dong!” teriak Mila sambil memejamkan mata.Edric tertawa pelan, tapi bukannya memperlambat, ia justru sedikit memutar gas. “Kalau pelan, nggak seru. Tenang aja, saya nggak akan bikin kamu jatuh.”“Ya ampun, saya bisa jantungan, Pak!” Mila spontan memukul pelan bahu Edric, tapi tangannya tetap erat memeluk pinggang pria itu.Edric tersenyum lebar, seolah puas melihat ekspresi Mila yang campur aduk. “Kalau takut, pegangan yang kenceng. Nanti malah saya yang jatuh gara-gara kamu longgarin tangan.”Mila mendengus, wajahnya panas entah karena matahari atau karena malu. “Bapak nyebelin.”“Nyebelin tapi bikin kamu ketawa kan?” Edric menoleh sedikit, dan benar saja—Mila tidak bisa menahan tawa.Suasana itu… hangat, jauh lebih hangat daripada sekadar bos dan karyawan.•••Dari keja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status