Beranda / Romansa / Terjebak di antara Hugo bersaudara / Part 01 | Replacement models

Share

Part 01 | Replacement models

Penulis: Mrs.Juno
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-02 17:03:35

• The Berkeley Carroll School, Brooklyn.

Suara bel di siang hari menandakan pelajaran telah usai. Wanita manis di depan kelas tersebut tersenyum pada murid-muridnya yang mengeluhkan jam pelajaran terasa cepat usai. Akan tetapi, semuanya tetap tertib merapikan barang-barang dan berbaris keluar satu persatu lalu langsung disambut oleh para orang tua mereka di depan.

"Ah, Miss Stewart aku belum selesai membuat prakarya," keluh seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun sambil menunjukkan prakarya sebuah menara miniatur dari karton.

Ara menoleh pada satu-satunya murid yang tersisa di kelasnya. Wajah beralaskan bedak tipis itu tersenyum dan mendekati anak laki-laki tersebut. "Hei, Christoph. Kau bisa membawanya pulang dan menyelesaikannya dengan orang tuamu, pasti lebih menyenangkan," ujar Arabelle sedikit membungkuk dan senyuman manis tercetak di wajah berbingkai kacamata.

Namun, berbeda dengan anak yang dipanggil Christoph itu malah menunjukkan wajah murungnya dan dengan terpaksa merapikan barang-barangnya.

"Apa yang membuatmu sedih, Christoph?" tanya Ara.

Namun, anak laki-laki itu hanya menggeleng pelan. Tak lama seorang yang menjemputnya tiba di ambang pintu. Ara membiarkan bocah itu pergi tanpa menjawab pertanyaannya.

Setelah itu wanita dengan garis wajah berbentuk bulat tersebut mulai merapikan barang-barangnya. Sampai suara dari ponsel yang bergetar di meja terlihat menyala dan layar pintar itu menunjukkan panggilan dari sahabatnya.

"Ya, Chloe aku sudah selesai. Kita—"

"Ara lihat pesan yang kukirimkan. Kimber kembali berulah semalam!"

"Oh, ya Tuhan apa lagi yang dia perbuat?" keluh Arabelle dan langsung mematikan panggilan Chloe untuk melihat pesan gambar dan video dari sahabatnya itu.

Arabelle membulatkan mata dan menutup mulutnya yang menganga saat dia membuka video dari Chloe di sosial media adik tirinya itu. Terlihat video tengah berpesta yang dilakukan di apartemen Kim dan beberapa orang tampak berciuman juga meminum alkohol.

"Ya ampun, Kimber. Kali ini kau sungguh keterlaluan!" Erangnya lalu langsung menghubungi nomor adiknya, tetapi tidak tersambung.

Lantas Ara kembali menghubungi Chloe sambil bergegas membawa barang-barangnya keluar dari sekolah. Dirinya hendak meminta bantuan pada sahabatnya itu untuk mengantarnya ke pusat kota. Namun, alangkah pengertiannya Chloe yang ternyata sudah tiba di depan sekolah tempat dia mengajar.

"Thank God, aku bersyukur memilikimu, Chloe," ujarnya begitu masuk ke samping kursi kemudi.

"Aku juga membawa pakaianmu kalau saja kau tak langsung pulang malam ini. Aku mengerti seperti apa kelakuan gadis kota yang berpesta, akan sulit dibangunkan dan mungkin—"

"Chloe, please jangan membuatku semakin pusing memikirkannya," sela Arabelle seraya memijat pelipisnya yang berkedut.

Chloe lalu langsung melakukan gerakan mengunci mulut dan membiarkan Ara melakukan panggilan sia-sia pada Kimber.

Sehingga dua puluh menit sepanjang perjalanan melewati kemacetan pusat kota ke Lower Manhattan tepatnya mereka menuju Battery park city. Sampai pada akhirnya mereka tiba di apartemen Kimber yang disewa sebelum ayahnya meninggal satu bulan lalu. Kini Arabelle yang harus melanjutkan kewajiban tanggung jawab pada Kimber sesuai keinginan ayahnya di detik terakhirnya.

Hal itulah yang memberatkan Ara ketika Chloe menyarankan untuk membiarkan Kim mengurus hidupnya yang berantakan semenjak kepergian ayah mereka. Namun, Ara tahu semua kenakalan Kim adalah bentuk protes akan kehilangannya hingga mencari perhatian Ara yang memang tak ingin memanjakan Kim.

"Ara aku tak bisa membantu lebih, ayahku menyuruhku segera pulang setelah mengantarmu. Dia ingin menggunakan mobilnya," ujar Chloe begitu tiba dan menghentikan mobilnya di depan apartemen Kim.

"Tak masalah, Chloe. Sungguh aku sudah sangat terbantu atas tumpangan ini." Ara menjawab sambil memeluk sahabatnya sejenak lalu melerainya seraya mengambil tas jinjing yang berisi pakaiannya dari Chloe. "Sampaikan ucapan terima kasihku pada tuan Jefferson," ujar Ara ketika sudah keluar dan Chloe mengangguk lalu mencari jalan memutar.

Arabelle menatap bangunan di hadapannya sambil menghela napas yang terasa berat lalu dirinya masuk, berniat menggunakan kunci cadangannya. Sampai ketika ia membuka pintu sesuatu tak enak terasa pada indra penciumannya. Terendus aroma alkohol menyambutnya diselingi bau tak sedap dari tempat sampah yang semakin mengejutkan Ara saat melihat banyaknya pengaman bekas pakai yang belum dibuang.

Emosi dalam tubuh rampingnya terasa mendidih seketika, wajah khas yang berbeda dari warga lokal itu pun mulai memerah padam sambil menarik tinggi lengan kemejanya ia berjalan menuju kamar untuk memarahi adik tirinya tersebut.

"Kimber Lynn Stewart cepat bangun! Kau dalam masalah besar, Girl. Kau sungguh membuatku murka kali ini!" teriak Ara.

Namun, saat Ara membuka kamar alangkah terkejutnya dia ketika mendapati pria setengah mabuk yang menyambar tubuhnya hendak menariknya ke ranjang sambil meracau tak jelas.

"Oh, Kim akhirnya kau pulang. ke mana kau membawa mobilku. Kau tahu malam ini aku harus pemotretan dan kau juga. Kau sudah berjanji pada Jay akan menjadi model penggantinya yang sakit." Pria asing itu menggumam di bawah kaki Arabelle yang mencoba dilepaskan oleh Ara sejak tadi.

"What the— Hei, pria sinting. Buka matamu dan bicaralah lalu jawab pertanyaanku. Kenapa kau berada di sini? Sementara Kim tak ada, di mana gadis nakal itu?!" hardik Arabelle pada pria yang malah berbaring dengan mata terpejam tanpa menjawab semua pertanyaan Ara.

Sampai suara pria lain dari luar kamar terdengar.

"Oh, My God. Apakah habis terjadi perang di sini?" celetuk pria asing lainnya sambil memasuki kamar dan semakin terkejut saat melihat modelnya tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Setidaknya itu yang dipikirkan pria cepak yang berhambur membangunkan pria pertama yang sangat bodoh dimata Ara.

"Nick, apa yang terjadi padamu?!" pekiknya

"Oh, c'mon ... siapa lagi pria ini dan di mana adikku sekarang?!" bentak Ara semakin kesal karena pria yang baru saja tiba itu seolah tak menghiraukan keberadaannya, dan malah membantu pria bodoh di lantai yang sedang tertidur karena mabuk.

"Jadi Kimber adalah adikmu?" tanya pria itu menoleh pada Arabelle.

Ara memijat kepalanya dengan kedua tangan. "Tiri, dia adik tiriku. Apa kau salah satu tamu pestanya semalam, kau tahu ke mana Kim pergi dan meninggalkan tempat ini menjadi sarang pesta liar berandalan seperti temanmu itu?!" tukas Ara tak dapat mengontrol emosi. Dirinya sangat frustrasi akan keadaan di apartemen.

"Sayangnya bukan," jawab pria berambut cepak tersebut sambil mendekati Ara dengan mengeluarkan selembar kartu nama.

Ara melihatnya sambil mengeja nama yang tertera di sana. "Jayden Harvey, Agency artis dan mod—"

"Simpan ini dan hubungi aku jika Kim berhasil kau temukan," sela pria yang diketahui bernama Jayden.

Namun, bukannya mengambil kartu tersebut Ara malah mengabaikannya dan berkata bahwa dirinya tak turut campur urusan Kim. Dia datang hanya untuk memberi adiknya pelajaran agar berhenti bermain-main.

"Maaf, Tuan Harvey. Aku bukan baby sitter-nya. Jika kau ada urusan dengannya, maka lebih baik kau bantu aku mencarinya!" tandas Arabelle berjalan keluar.

Jayden akhirnya menyerah mengurus Nick setelah membaringkan pria itu ke ranjang lalu mengikuti Ara ke ruang tamu. Ditambah dengan jawaban dari Ara yang tampak membuatnya semakin kesal. Jabatannya manager, tapi dia seperti baby sitter para modelnya yang bertindak seperti berandalan.

"Asal kau tahu Nona sok tahu! Semalaman aku mencari adikmu setelah mendapat kabar dari Nick yang sudah dibuat teler demi menggunakan mobilnya. Jadi jika kau ingin tahu di mana adikmu, hubungi nomornya yang lain!" balas Jayden tak kalah sengit karena kesal sejak semalam dikerjai Kim.

Arabelle mengedikkan bahu dan mengusap kening sampai kepalanya berpikir ke mana kiranya Kim pergi, tetapi nihil. Ara tak pernah tahu tempat yang disukai Kim karena memang selama ini sang ayahlah yang mengurus Kim di sana. Memikirkannya saja membuat Ara pusing. Alih-alih memikirkan ke mana Kim pergi, Ara malah bergegas merapikan kondisi apartemen. Jayden yang melihatnya pun tak bisa hanya diam, dirinya juga tak menyukai kekacauan hingga akhirnya membantu Ara merapikan tempat itu dan berakhir kini mereka duduk di ruang tengah lalu mengambil minuman kaleng.

"Jadi bagaimana, Nona. Jika kau tahu ke mana—"

"Arabelle, jangan memanggilku begitu terus," sela Ara. "Lalu masalahnya aku tak tahu ke mana dia kiranya mau pergi. Aku bukanlah kakak yang baik selama ini. Lagi pula dia hanya adik tiriku."

Jayden membuka minuman kaleng dan menenggaknya setengah. "Saudara tiri bukan berarti kau tak peduli, melihatmu datang saat tahu Kim membuat kekacauan aku yakin kau juga mengkhawatirkannya, bukan?"

Ara melirik Jayden yang pandai menilai atau lebih tepatnya sok tahu tentang pemikirannya. "Pertama aku melakukan ini karena pesan ayahku sebelum beliau pergi. Kedua aku tak mau sia-sia mencari uang untuknya bermain-main seperti ini. Jadi di mana sisi khawatirku?" tanya balik Ara sambil meminum sodanya. "Kau sendiri, kenapa mencari Kim selain untuk mencari mobil modelmu itu?"

"Well, sebenarnya Kim sudah menandatangani kontrak sementara denganku. Dia berjanji akan membantu Nick mencapai tujuannya menjadi model ternama dan project ini adalah pemotretan pertamanya memiliki pasangan model. Sayangnya, model wanitaku terkapar sakit dan malam ini hanya Kim harapannya untuk membantu Nick."

Ara yang mendengar penjelasan Jayden hanya membuatnya semakin pusing. "Lalu bagaimana jika Kim tak datang ke tempat pemotretan?" tanya Ara.

"Biaya ganti rugi harus dibayarkan untukku mencari model lain dalam waktu enam jam sebelum pemotretan tiba," jawab Jayden seakan pasrah karirnya berakhir hari itu.

"Jay, kenapa kau tak menggantikan Kim dengannya." Suara Nick tiba-tiba muncul di ambang pintu. Pria tinggi dengan badan berbentuk atletis itu tampak lebih segar dibanding sebelumnya.

"Hei, apa kau masih mabuk?!" sinis Ara berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekati Nick untuk mencecar berbagai pertanyaan tentang apa yang terjadi tadi malam.

Nick menjawab seadanya dengan mengatakan bahwa semalam Kim hanya mengundangnya datang untuk bersenang-senang. Awalnya hanya beberapa teman wanita, tetapi dari teman-temannya itu beberapa pria datang dan mereka mulai mabuk begitu juga dengan Nick hingga tak terkendali dan berakhir dirinya ditinggalkan Kim entah ke mana. Nick hanya bisa menghubungi Jayden untuk mencari Kim lalu ia tertidur sampai Ara tiba.

"Kau benar, Nick!" seru Jayden tiba-tiba mengejutkan Ara yang fokus mendengarkan cerita Nick.

"Apa yang benar?" tanya Nick, lalu Ara juga menoleh dengan kening berkerut seolah setuju dengan pertanyaan Nick.

"Ara bisa menggantikan Kim!" tegas Jayden sejak tadi memerhatikan postur tubuh Ara saat berjalan mondar mandir mendengarkan Nick bercerita.

"Apa kau bilang?!"

o0o

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 115 | The Wedding | Epilogue

    Hamparan ladang perkebunan berumput luas di Woodstock kini tampak indah dengan lampu hias bergantung dari pohon ke pohon yang lain. Tenda-tenda berwarna putih membuat suasana kian teduh. Konsep Outdoor wedding venue menjadi pilihan bagi Leonard dan Arabelle. Beberapa meja panjang tertata lengkap dengan deretan kursi yang dilapisi kain putih lalu diikat menggunakan kain tile berwarna gading membentuk pinta disetiap sandarannya.Gaun indah yang dikenakan Arabelle begitu pas melekat di tubuh ramping dengan perut yang sedikit membuncit, membuatnya tampil menggemaskan di mata Leonard. Pria itu tak sedetik pun melepaskan rengkuhan tangannya pada pinggang Arabelle dan sesekali mengusap perut wanitanya dengan lembut. Leonard tak kalah menawan saat mengenakan kemeja putih yang dilapisi rompi dan jas hitam serta dasi kupu-kupu. Meskipun terlihat seperti setelan klasik, tetapi Leonard tetap memukau mengingat ketampanannya sudah tercipta sejak lahir. Semua gaun dan setelan jas adalah desain terb

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 114 | One day is enough! (The End)

    “Kau membuatku penasaran, Leon. Sebenarnya apa yang tengah kau lakukan?”“Menunggu posisi yang tepat beberapa detik lagi.” Leonard mengangkat sebuah benda melingkar ke hadapan Arabelle memposisikannya tepat dengan matahari yang mengisi kekosongan dari lingkaran silver tersebut. “Now, open your eyes.” Leonard melepaskan tangannya sebagai penutup mata untuk Arabelle. Seketika netra abu Arabelle menatap takjub sesuatu yang ada di depannya. Sebuah cincin bermata satu tampak bercahaya memenuhi lingkaran matahari yang membuat tampilan cincin tersebut begitu bersinar terang. Arabelle bergeming dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. “Leon, w-what this is?” tanyanya tak yakin pemikirannya salah, tetapi ia tetap ingin menanyakan kebenarannya. “A ring for you, Sweetheart.” Leonard mengubah posisi menjadi berhadapan. Setelah itu Leonard terkekeh mengingat niatnya sebelum hari ini. “Sesungguhnya sudah kusiapkan ini saat kita bermalam di pantai ketika syuting terakhir kita, tetapi huja

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 113 | He is our baby

    “Leonard?” Arabelle mendekati sosok yang dirindukannya itu. Dirinya tampak tak percaya hingga mendekat sampai ke hadapan pria itu dan meraih rahang berbulu halus Leonard. “Apa itu sungguh kau?” “Ya, Arabelle ini sungguh aku. Akhirnya aku menemukanmu, bukan?” Leonard menatap dalam netra abu Arabelle. Tak lama tatapannya turun tertuju pada perut Arabelle yang sudah terlihat sedikit membuncit dari sebelumnya tampak begitu rata. Sontak arah tatapan Leonard membuat Arabelle tersadar. Mendadak dirinya melepaskan tangannya dari rahang Leonard dan berbalik hendak menjauh. Akan tetapi, tubuhnya malah terhuyung mundur hingga punggungnya menatap dada bidang Leonard. Pelukan pun tak dapat terhindari, Leonard mendekap tubuh Arabelle dengan erat dan meletakkan kepala di bahu wanita itu seraya mengendus serta menghirup aroma tubuh Arabelle dalam-dalam. Seakan tengah melepaskan rasa rindunya selama tiga bulan lebih. “Leonard …. Aku—” “I know, Arabelle. Please, forgive me. I know it’s too late to

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 112 | Leon's arrival

    Arabelle melangkahkan kaki di atas hamparan rumput dengan pemandangan pepohonan yang mengelilingi danau. Dress putih sederhana berkibar dari tubuhnya searah angin berembus, seirama dengan rambutnya yang berterbangan. Sore hari cuaca di tempatnya itu cukup tenang dan menyejukan. Hal itu membuat wanita berbadan dua tersebut tampak menikmati waktu bersama calon buah hatinya. Arabelle duduk di atas rumput dan menatap ke sekeliling. Pandangan matanya menjurus ke bukit yang terdapat deretan pohon berdaun jingga tampak luas menyejukan mata lalu ia berbaring melihat langit cerah bertumpuk awan putih membentuk abstrak. Ia kembali mengingat kali terakhir dirinya bersama sosok pria yang kini begitu dirindukan.Setelah mengingat kejadian sebelum dirinya berakhir di sana. Dirinya hanya ingin memastikan bahwa janin yang ada di dalam kandungannya adalah benar calon anak Leonard. Arabelle tak ingin keliru mengakui semua itu, tetapi kelak kenyataannya tak ada yang tahu. Arabelle berusaha menekan per

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 111 | Pregnant

    Malam sebelum hari H launching parfum. Akibat mengkhawatirkan keadaan Arabelle malam itu, Chloe akhirnya memutuskan menginap, menemani sahabatnya mencurahkan segala pengalamannya bersama Leon hingga sampai di titik ini. Membuat Chloe mengerti kenapa Arabelle tetap berusaha untuk mendapatkan maaf pada pria itu. Keduanya pun terlelap hingga larut malam. Namun, pada keesokan paginya Arabelle mengalami mual dan muntah ketika terbangun dari tidurnya. “Hoekkk, hoeeek!” “Ara, ada apa denganmu? Apa kau sakit?!” pekik Chloe terperanjat dari tidurnya langsung bergegas menuju toilet di mana Arabelle tengah berusaha memuntahkan sesuatu. Arabelle menggeleng seraya membasuh mulutnya dengan air dan mengelapnya menggunakan tisu. Wajahnya sedikit pucat dan kepalanya terasa pusing saat menatap pantulan diri di depan cermin. Chloe mengusap punggung Arabelle, masih memasang wajah bantalnya yang mendadak panik.“Entahlah, Chloe. Mungkin karena terkena hujan semalam.” Arabelle menatap Chloe dari pantul

  • Terjebak di antara Hugo bersaudara   Part 110 | Christian effect

    “Mom, apa kau bercanda?” tanya Christian begitu melihat kertas hasil DNA-nya dengan Arabelle yang menyatakan ketidakcocokan. Awalnya Christian tak mengerti dan tak mengingat kapan mereka memeriksakan DNA. Namun, dirinya diingatkan perihal pendonoran darah dua minggu lalu.“Maafkan Mommy, Chris. Seharusnya tak aku setujui rencana mereka. Namun, Arabelle yang memintaku langsung dan Mom merasa ini adalah saat tepat untuk membantu kalian. Mom sungguh tak memihak siapa pun di antara kau dan Leon.” “W-what?” tanya Christian malah tak fokus lantaran pikirannya malah kembali saat bertemu perawat manis dan lucu di sana. Katherine menunjuk hasil tes DNA yang masih dipegang oleh putra sulungnya. “Oh, ya!” Christian kembali pada hasil tes tersebut “It’s okay. Ini kabar baik, bukan? Jadi Leon akan memiliki anak dengan Arabelle?” tanyanya setelah melihat lembar hasil DNA milik Leon. Golongan darah ayah Christian dan Leon yakni AB, hal itulah yang dengan mudahnya membedakan hasil DNA Leonard ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status