Pesawat yang baru saja lepas landas melayang di udara, membawa Leo dan rekan-rekannya juga banyak penumpang lainnya.Lu memang sengaja menggunakan pesawat umum ketimbang pesawatnya pribadi."Semoga perjalanan ini lancar!" gumam Leo dalam hati sembari mengulas senyuman kepada rekan-rekannya.Di saat mereka berada di ketinggian yang cukup tinggi, tiba-tiba terdengar suara ledakan kecil yang membuat suasana menjadi tegang.Leo merasa hatinya berdebar-debar ketakutan, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan mengumpulkan keberanian. Penumpang lain juga terlihat cemas, mencari-cari tanda-tanda bahaya di sekitar mereka. Para awak kabin pun mencoba menenangkan dan juga arahan.Setelah beberapa waktu, si burung besi melayang di udara akhirnya bersiap untuk landing di tempat tujuan. Namun, tiba-tiba kembali terdengar ledakan yang lebih dahsyat.Duarrr!****Setelah kejadian itu, tubuh Arda terasa panas, dan Mona segera memanggil dokter untuk memeriksanya. Dokter mengatakan bahwa bayi Arda akan
Mendengar kabar yang mengejutkan, Leo mengalami kecelakaan yang tragis, Bu Salina terkena serangan jantung yang merenggut nyawanya."Oma, Oma bangun Oma. Sadar Oma?" Martin menggoyang-goyang tangan omannya yang kini sudahkah aku tak bernyawa.Mona menatap Nana ke arah Marfin dan sang ibu mertua yang sudah tidak bergerak lagi."Marfin, Ibu ke-na-pa?" Suara Mona terpatah-patah merasa terkejut ini nyata atau cuma ilusi semata.Salah satu bodyguard nya Ibu Salina mengecek urat nadi sang majikan yang memang sudah berhenti. Menempelkan punggung di depan hidung Ibu Salina tetap sama tak ada hembusan nafas yang terasa."Tuan muda, nyonya muda besar sudah tiada!" Ucap sang Bodyguard. Sementara Bodyguard satu lagi sedang menjemput dokter di depan.Marfin sangat shock, menatap wanita yang selama ini sangat menyayanginya dari hiasan masa kecil, dan ternyata kini telah tiada."I-Ibu sudah meninggal. Ya ampun!" Mona menutup mulutnya Yang menganga. Mona yang masih merasa terpukul dengan berita insid
Baby Arda menangis histeris, membuat Mona panik, dan akhirnya mereka membawanya ke rumah sakit. Di sana, mereka menemukan bahwa baby Arda harus dirawat karena mengalami pembengkakan di pahanya."Kenapa bisa seperti itu, Dok?" tanya Mona pada dokter yang menangani baby Arda."Kami memerlukan waktu untuk proses pemeriksaan lebih lanjut. Mohon untuk bersabar dan terus berdoa semoga bayi Anda tidak mengalami masalah serius," ucap dokter, memberikan harapan dan semangat.Sebenarnya, Mona merasa hancur saat ini. Suaminya dirawat di rumah sakit yang jauh dari sana, dan sekarang baby Arda juga harus dirawat. Semua ini sangat tidak menyenangkan bagi Mona. Di rumah, mereka juga masih berkabung atas meninggalnya ibu mertua.Dari kejauhan, terlihat Marfin berjalan mendekati tempat di mana Mona berdiri."Gimana keadaan baby Arda?" tanya Marfin sambil mendekati Mona dan mendengarkan cerita tentang kondisi baby Arda yang katanya harus dirawat."Katanya harus dirawat. Aku nggak tahu kenapa. Cobaan in
Mona yang terburu-buru membawa langkahnya untuk memenuhi sang suami yang katanya sudah dipindahkan ke kota ini, sangat terkejut dengan pemandangan yang dia lihat."Om?" panggil Mona dengan suara bergetar saat melihat Leo dipeluk oleh Alexa."Mona, kau sudah datang," balasnya, menatap ke arah Mona.Rasanya dada Mona sesak, tak ada ruang untuk bernafas, melihat sang suami yang berapa lama di luar kota dan sekarang berada di sini. Malah berada dalam pelukan wanita lain.Dengan pandangan yang berkaca-kaca, Mona menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk ia hembuskan secara perlahan, mencoba memenangkan diri dan berpikir positif."Aku senang, Om, sudah ada di sini," ucap Mona, sembari mengayunkan langkahnya, mendekati sang suami.Alexa mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi Mona dan Leo."Om, sudah agak baikan kan? Apa yang sakit?" tanya Mona, setelah beberapa saat memeluk Leo."Sudah agak mendingan, sayang," jawab Leo dengan cepat."Syukurlah," ucap Mona, menatap sang suaminya sangat l
Hari ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi Leo karena dia pulang berbarengan dengan Baby Arda, yang telah diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya semakin membaik.Setibanya di halaman, Leo langsung menghampiri dan mengambil Baby Arda yang tampak anteng, sementara Mona menggendong Baby Ardi dengan perasaan kangen yang sangat besar, ingin memeluk dan menciumnya."Hai sayang, kamu sehat-sehat aja kan? Mama kangen sama kamu, muah," Mona menciumi Baby Ardi dengan penuh kelembutan. Sambil ia tersenyum dan melihat gigi-gigi kecil yang belum tumbuh.Lalu Leo menggendong Baby Ardi yang tampak bengong, menatap papanya. "Sayang, papa kangen sama kamu."Baby Ardi memandang dengan mata berbinar pada Leo."Mam-mam!" celoteh Baby Ardi.Kedua bibir Leo terangkat ke samping, menunjukkan senyuman yang bahagia saat dia melihat putranya yang sehat dan ceria.Setelah itu, Mona mendorong kursi roda Leo ke dalam lift, menuju lantai 3 di mana kamar mereka berada."Selamat datang di rumah kita
Suatu hari, Mona sedang keluar untuk membeli keperluan untuk beby kembarnya. Sementara itu, Leo baru saja pulang dari kantor dan tiba di rumah. Dia terkejut melihat Alexa sedang mengasuh cucunya, Mandala."Kau sudah pulang?" sapa Alexa.Leo mengangguk. "Iya."Mandala merengek dan meminta digendong oleh kakeknya. Tanpa ragu, Leo membungkuk dan mengambil anak itu ke dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang."Halo, Mandala kecil. Kau mirip dengan papamu," ucap Leo dengan senyuman yang mengembang."Itu benar, kan? Kalau Mandala mirip, Marfin waktu kecil," tambah Alexa, dan sekali lagi Leo menganggukkan kepala."Kamu terlihat sangat capek. Sementara istrimu sedang keluar. Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tawar Alexa, tetapi dengan kerendahan hati, Leo tidak ingin merepotkan Alexa. Lagian ada bodyguard yang selalu setia menemaninya.Leo kemudian memberi perintah kepada sang bodyguard untuk mengantarnya ke kamar.Setelah memberikan Mandala pada Alexa dan menitipkannya kepada suster, Leo pun
Setibanya di Mension, Laksmi tentu saja langsung mencari keberadaan putranya yang kini sudah berusia 8 bulan dan sudah belajar berdiri, sebentar lagi akan belajar berjalan."Mana anakku? Anakku mana?" suara Laksmi terdengar dengan cepat berlari ke kamarnya.Dan di kamarnya, ada seorang anak laki-laki yang sedang diasuh oleh seorang suster dan sedang belajar berdiri serta berjalan beberapa langkah saja."Dia anakku?" Laksmi langsung bertanya kepada Marfin sebelum memeluk anak itu untuk meyakinkan dirinya."Iya, dia baby Mandala," jawab Marfin saya menganggukkan kepalanya pelan."Anakku, aku kangen banget sama kamu. Akhirnya kita bisa bertemu. Kamu tetap muka seperti ini," Laksmi memeluk sangat erat putranya yang malah menangis histeris.Mungkin aku merasa asing dengan ibunya sendiri yang baru kali ini bertemu dan tatap muka, karena selama ini paling Laksmi melihatnya dari foto saja.Hati Laksmi mencelos, sang buah hati yang selama 9 bulan dia kandung dan melahirkan yang seharusnya deka
Saat ini, Mona tengah mengasuh kedua bayi kembarnya di taman belakang mension. Dari jauh, terlihat Laksmi sedang menggendong bayi Mandala berjalan menuju ke taman tersebut."Mona, gimana kabarmu? Lama kita tidak bertemu, ya? Putramu ganteng-ganteng," ucap Laksmi sembari mengulurkan tangannya pada Mona."Baik, kabarku baik. Dan anak-anak? Begitulah, gimana kabar sebaliknya?" sambut Mona."Seperti yang kamu lihat, ternyata berdiam diri di balik baju besi itu tidak menyenangkan. Susah-senangnya lebih enak di alam luar," jawab Laksmi sembari mengembuskan nafasnya."Itu pasti. Dan jadikan itu sebagai pengajaran, bahwa hidup ini harus penuh dengan kehati-hatian," sambung Mona."Ya, dan aku minta maaf. Mungkin aku terlalu banyak salah padamu, dan aku sudah mendapatkan balasannya," ucap Laksmi dengan kepala yang sedikit tertunduk."Untuk saat ini, aku berharap kehidupanmu akan lebih bahagia bersama Marfin dan anakmu. Dan kita akan jalani hidup ini masing-masing, tanpa ada kebencian atau permu