Share

CHAPTER 6

Happy reading!!

Atland menatap datar pria yang tergeletak tak berdaya di lantai dengan muka yang sudah penuh dengan bekas pukulan dan Atland dapat menebak kalau itu adalah hasil dari pukulan Aphrodite tadi.

“Apa salahku tuan? Aku tidak pernah menghianatimu dan bekerja dengan giat,” kata mantan anak buahnya mengelak karena dia tidak yakin Atland tidak mengetahui tentang kembarannya yang telah dia bunuh untuk masuk kedalam mansion yang super ketat ini.

Atland mengeluarkan smirknya dan mengambil belati dan melemparkannya ke bahu pria itu. “Kau pikir aku bodoh?” tanya Atland dengan nada pelan sambil mengeluarkan smirknya yang mengerikan sehingga mampu menggentarkan musuh yang ada didepannya ini dan bahkan seluruh orang yang ada didalam ruangan tersebut.

Atland melangkahkan kakinya dan setiap ketukan dari sepatunya membuat pria yang sudah tergeletak tak berdaya menahan napasnya dengan susah payah.

“Rasanya sudah lama sekali aku tidak mengukir tubuh seseorang,” kata Atland dalam hatinya dan tersenyum mengerikan. Atland mengeluarkan belati dari sakunya dan memulai karyanya di tubuh orang itu.

Suara teriakan menggema didalam ruang bawah tanah itu tetapi orang-orang didalam sana hanya menatap datar pemandangan didepannya karena mereka sudah biasa melihat tuan mereka menghukum musuh.

Bahkan lemparan belati tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan hukuman yang sebelumnya di rasakan oleh para musuhnya.

Tanpa perasaan Atland menekan belati tersebut dan memutarnya sehingga pria itu merasa ingin mati saja. “Ampuni saya tuan,” kata pria itu sambil menangis dan membuat Atland tersenyum mendengar melodi indah yang selalu menemani kehidupannya.

“Aku bukan Tuhan yang mengampuni kesalahan seseorang,” kata Atland dengan smirk yang ada di bibir seksinya

Atland mengambil sapu tangannya dan menghapus tangannya yang terkena noda darah. “Cambuk dia seratus kali,” Kata Atland sambil duduk dikursi tadi.

Alat cambuk yang mereka gunakan bukanlah cambuk sembarangan tetapi cambuk yang digunakan oleh orang Roma zaman dahulu untuk menghukum seseorang.

“Kau harus berhitung ketika cambuk ini mencambuk badanmu,” kata salah pengawal dengan smirknya dan melemparkan senyuman yang membuat lawannya menjadi ketakutan.

Atland menutup matanya sambil mengantuk jarinya di penyangga kursi seperti sedang menikmati alunan melodi tapi tentu saja alunan melodi yang didengar Atland adalah suara penyiksaan pria tadi. Bahkan bunyi cambukan membuat Atland merasa sangat senang.

Setelah mencapai seratus kali cambukan Atland mengangkat tangannya tanda berhenti dan kemudian mengambil sapu tangan dan menghapus noda darah yang ada di wajahnya karena cipratan dari tubuh pria itu ketika mendapat cambukan.

Anak buahnya yang tadi mencambuk pria itu berhenti dengan napas yang tetap teratur tetapi terdapat kepuasan didalam hati mereka karena menghukum pria yang berani mengusik tuan mereka.

“Sekarang katakan padaku siapa yang mengirimmu kemari?” tanya Atland

Atland sebenarnya sudah bisa menebak siapa yang mengirim penyusup kedalam kediamannya tetapi Atland ingin mendengar langsung dari orang suruhannya.

“Siram dia pakai air cuka,” Kata Atland karena melihat pria itu yang terlalu lama menjawab padahal sebenarnya pria itu ingin menjawab tetapi lidahnya terasa keluh karena mengalami penyiksaan tadi.

“Aku akan memberitahumu tuan tetapi tolong jangan menyiksaku lagi karena ini sangat menyakitkan,” Kata pria itu dengan susah payah karena pria itu sudah tidak sanggup lagi menanggung penyiksaan yang diberikan Atland padanya. Bahkan air matanya mengalir dengan sangat deras.

Setelah mendengar nama orang yang selalu mengusiknya Atland mengeluarkan smirknya dan Dames tahu kalau pria itu tidak akan lepas dari Atland kali ini.

“Penggal kepalanya dan kirimkan kepalanya pada orang itu dan juga bakar masker mereka yang ada di bagian timur,” kata Atland dan membuat Dames mengangguk dengan patuh.

Atland berjalan ke arah kamarnya tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Adnan yang sedang melangkah kearahnya. “Selamat malam tuan, saya sudah mengobati nona Aphrodite dan juga lukanya tidak terlalu parah. Saya juga sudah memberikan beberapa obat dan vitamin untuknya,” kata Adnan dengan sopan.

“Baik, kau boleh pergi dan minta Paman Stiv untuk mengirimkan uang kepadamu,” kata Atland dan dokter Adnan langsung tersenyum senang dan membungkukkan badannya tanda terima kasih.

“Baik tuan terima kasih banyak.” Atland hanya mengangguk dan berjalan ke arah kamar Aphrodite yang berada di ujung ruangan. Tanpa ketuk Atland masuk kedalam kamar Aphrodite dan mendengar suara gemircik air yang berasal dari dalam kamar mandi.

Atland duduk di salah satu sofa yang ada di sudut ruangan dan menunggu Aphrodite keluar dari kamar mandi sambil menghirup aroma kamar Aphrodite yang terasa sangat wangi.

Tak berapa lama kemudian aphrodite keluar dari kamar mandi dan teriakan Aphrodite menggema ketika melihat Atland yang sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan datar. “Apa yang sedang kau lalukan di kamarku tuan?” Aphrodite mengeratkan pegangannya pada handuk yang menutup tubuh telanjangnya.

Atland menelan ludahnya dengan susah payah ketika melihat tubuh sintal Aphrodite yang sangat menggoda apalagi tubuhnya yang masih basah sehingga menambah keseksian dari Aphrodite.

Atland bangun dari duduknya dan berjalan ke arah Aphrodite yang sudah mulai melangkah mundur. “T-tuan tolong pergi dari sini,” kata Aphrodite sambil menahan tangannya pada dada Atland dan Aphrodite bisa merasakan dada Atland yang sangat keras.

Atland mengelus sudut bibir Aphrodite yang terluka dan membuat Aphrodite merasa gemetar karena baru kali ini ada pria yang menyentuhnya apalagi dengan posisi yang sangat intim seperti ini.

Atland menyusuri wajah Aphrodite dengab tangannya dah membuat Aphrodite terlena. Aphrodite membuka matanya ketika Atland mengelus bibir pinknya. “Apakah kita pernah bertemu?” tanya Atland dengan suara serak.

Aphrodite merasa jantungnya berpacu dengan cepat. “Apa maksudmu tuan?” Tanya Aphrodite pura-pura tidak mengerti padahal saat Inu Aphrodite merasa snagat ketakutan.

Aphrodite merasa lega ketika Atland menjauhkan tubuhnya dari Aphrodite. “Istirahatlah karena besok aku akan melatihmu dengan keras,” kata Atland dan setelahnya langsung keluar dari kamar Aphrodite.

Aphrodite menyandarkan tubuhnya di tembok dan menetralkan deru napasnya. “Tidak bisakah dia menyuruhku beristirahat sebentar saja padahal aku sedang terluka,” kata Aphrodite sambil mendumel didalam hatinya.

Atland mengguyur tubuhnya untuk menghilangkan rasa sesak di antara pahanya ketika melihat tubuh sintal Aphrodite yang sangat menggiurkan. “Sial sial sial.” Umpatan keluar dari mulut Atland karena rasa frustasinya karena selama ini tidak ada yang bisa membangunkan adik kecilnya dan hanya melihat tubuh sintal Aphrodite adik kecilnya langsung bangun.

“Tidak mungkin Aphrodite adalah wanita itu karena mereka mempunyai warna mata yang berbeda,” kata Atland sambil menggeram rendah dan mulai menyelesaikan ritualnya untuk menenangkan adik kecilnya.

Atland tidak dapat melihat warna mata Aphrodite karena Aphrodite hanya melepasnya ketika mandi dan sebelum tidur. Aphrodite tadi memakai kembali lensanya karena Aphrodite belum mengunci pintu kamarnya.

Aphrodite mengambil ponselnya dan ingin menelpon ibu panti tetapi niatnya diurungkan ketika kakaknya menelpon dirinya. Aphrodite sebenarnya merasa malas ketika berbicara dengan kakaknya tetapi Aphrodite tidak mempunyai pilihan lain selain mengangkat panggilan dari kakaknya.

“Hallo sweetheart bagaimana kabarmu?” Tanya pria itu dan membuat Aphrodite mendengus. “Aku tidak baik-baik saja karena setiap hari aku harus bangun pagi untuk melatih bela diriku,” kata Aphrodite dengan nada lemah berharap kakaknya berubah pikiran dan menjemput dirinya.

“Kakak senang mendengar hal itu Reyn sehingga kau bisa menjaga dirimu dan sebentar lagi kakak akan kembali untuk menjalankan misi.” Aphrodite sangat senang mengetahui bahwa kakaknya akan pulang.

“Tetapi jangan pernah menunjukkan bahwa kau mengenal kakak selama dimansion dan juga jangan menghubungi siapapun selain kakak,” kata pria itu dan membuat Aphrodite menghela napasnya dengan malas.

“Apa kau paham sweetheart?” Kata pria itu setelah menunggu beberapa saat dan tidak mendapat jawaban dari adik tersayangnya. “Baik kak,” kata Aphrodite dengan nada malas-malasan.

Bersambung…

Haii semua makasi udah baca chapter ini semoga kalian suka yahh 😉

Jangan lupa tinggalin vote dan komentar di chapter ini yahh supaya author semakin semangat ngetik ceritanya ;)

Salam hangat Mrs Styles ^_^

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status