“Terima kasih, Hubby,” ucap Adelia yang kini membenamkan wajahnya di dada Alex yang masih berkeringat.
“Untuk apa?” tanya Alex seolah tak mengerti.
Adelia mendongak, menatap kedua mata Alex yang juga menatapnya. “Untuk semuanya. Terutama untuk Jenny,” ucapnya bahagia.
Alex menjatuhkan kecupan di bibir Adelia yang membengkak. “Tapi itu semua tidak gratis, Baby.”
“M-maksudmu apa?”
“Kamu harus membayarnya.”
Adelia semakin tak mengerti ke mana suaminya bicara. Biasanya ia akan cepat tanggap jika Alex mulai memberi umpan. Tapi kali ini otak cantiknya tak bisa menebak.
“Lalu, aku harus membayar menggunakan apa?” Adelia menyerah. Tenaganya sudah habis dan otaknya tak mau berpikir lagi.
Alex menarik dagu Adelia. Memaku kedua mata wanita itu hanya untuk memandangnya seorang.
“Kamu harus menjadi istriku selamanya, Baby. Bahkan jika kita dilahirkan kembali di dunia yang berbeda. Kamu harus menjadi milikku.” ucap Alex
Gerald menatap malas kepada seorang wanita mengunjunginya. Ia mengambil tempat duduk yang disediakan dan mengambil gagang telepon agar mendengar apa yang wanita itu ucapkan. “Sepertinya kau baik-baik saja di sini.” “Memang aku harus bagaimana? Harus menangis atau bunuh diri?” balas Gerald santai. “Lupakan dendammu, Gerald! Semua yang kau dengar tidak benar. Aku sudah mengumpulkan semua bukti asli dari kasus Ibumu.” Gerald membulatkan kedua matanya. Ekspresi malas yang sempat ia tunjukkan berganti dengan cepat. “Benarkah?” Wanita itu mengangguk. “K-kamu tidak berbohong?” tanya Gerald seraya bangkit dari kursinya karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. “Aku tidak pernah membohongimu, Gerald. Aku sudah memastikan semuanya sebelum mengatakan padamu,” ucapnya bersungguh-sungguh. “Aku akan menunggumu keluar dari sini dan menunjukkan semuanya padamu,” ucap wanita itu sambil mengelus perut ratanya
“Kosongkan jadwalku Jumat besok, Tom!” “Baik, Mr. Johnson. Apa ada lagi yang Anda perlukan?” “Datanglah ke rumah malam nanti! Ada yang ingin Daddy bicarakan denganmu,” “Ada apa?” tanya Tommy heran. Helaan nafas Alex terdengar. “Datang saja. Nanti kau akan tahu sendiri.” “Baiklah. Saya permisi Mr. Johnson, mari Mrs. Johnson.” Tommy keluar, meninggalkan ruangan Alexander. Adelia yang baru saja keluar dari kamar pribadi Alex mengambil tempat duduk di paha sang suami. “Ada apa Daddy memanggil Tommy?” “Mungkin akan dinikahkan dengan Jenny,” jawab Alex, santai. “Menikah?” beo Adelia bingung. “Tommy dan Jenny?” Alex memberikan kecupan di bibir Adelia yang terpulas lipstik merah. “Kamu tidak ingin menjelaskan padaku?” selidik Adelia seraya mengerucutkan bibirnya. Alex tertawa. “Daddy ingin tahu seberapa dekat hubungan Tommy dengan Jenny.” “Sejak kapan mereka dekat?” tanya Adelia heran.&nb
Terima kasih aku ucapkan kepada pembaca setia kisah Adelia Giovanni dan Alexander Johnson sejauh ini.Besar harapanku agar bisa update setiap hari, namun karena akhir-akhir ini pekerjaan terlalu padat, menyebabkan aku lambat update nya. Mohon dimaklumi ya readers.Jika kalian menyukai cerita ini, bisa bantu author untuk memberikan ulasan positif dan rate bintang lima di depan cover. Aku selalu membaca komentar-komentar kalian, entah itu di bab atau di depan cover.Pemberitahuan update aku tulis di Page official : Kumpulan Novel AR_Merry, Inst@gram : ar_merry92, dan F@cebook : Merry Anna.Ke depannya, aku akan merevisi pelan-pelan pada bab sebelumnya yang ada kalimat rancu ataupun typo yang mengganggu.Jangan lupa mampir ke ceritaku lainnya ya, Kak.1) My Destiny (Tamat/masih masa revisi)2) My Sweet Wife (On going)3) Perjalanan Cinta Nana (On going) akan mulai aku kerjakan bulan Desember. Kalian bisa menambah
“A-Apa Dad?” William membuka matanya. Menatap putri kesayangannya dengan tatapan lembut seorang ayah. “Kalian harus menikah secepatnya.” Kali ini Jenny tak akan merasa salah mendengar atau pun berkhayal. Ucapan William kedua kalinya cukup membuatnya percaya. Ini sebuah kenyataan. “Daddy tidak salah bicara?” tanya Jenny hati-hati. Alih-alih menjawab, William malah melayangkan pertanyaan lain.“Kenapa? Kamu tidak mau menikah dengannya?” Jenny gugup. Bukannya ia tak mau menikah. Hanya saja, ia takut jawabannya akan diputar balikkan oleh Daddynya. Seperti tadi.Tak ubahnya dengan Tommy yang juga gugup. Sungguh memalukan bukan? Untuk ukuran pria yang selalu bermain wanita, dia bisa merasakan gugup hanya karena pertanyaan itu. Jelas saja gugup. Bagaimanapun juga, dia ini meminta seorang putri kesayangan dari ayahnya. Dan yang lebih parah, sang ayah seperti memainkan ucapannya. “Kalau kamu tidak mau ...” “Jen
Jenny tak henti-hentinya melebarkan senyuman di bibirnya. Tentu saja itu merujuk pada jawaban Tommy 3 jam yang lalu. Sebuah jawaban yang membuatnya bahagia dan terharu. Dalam mimpinya, ia tak membayangkan jika jodoh yang diimpikan selama ini, sudah berada di dekatnya sejak dulu. Tiga jam yang lalu .... “Saya ....” Tommy menatap Jenny yang tersenyum kepadanya. Dalam satu tarikan nafas dan penuh keyakinan, pria itu lanjut berkata. “Siap menikahi Jenny sesuai keinginan Anda.” Tak ada yang bisa mengukur seberapa bahagianya perasaan Jenny. Pun juga dengan Tommy. Karena perasaan, hanya mereka berdua yang tahu. Tanpa basa-basi Jenny bangkit dan berhambur ke arah Tommy. Memeluk pria itu seerat mungkin. Bahkan tak segan-segan ia memberikan kecupan di bibir Tommy. “I Love You, Honey,” bisik Tommy lirih di dekat bibir Jenny. Wajah Jenny memerah. Panggilan kesayangan yang pria itu berikan mampu membuat gadis itu tersipu.
“Baby?” Adelia tak bergeming. Tetap pada posisinya sejak 20 menit yang lalu. Tidur memunggungi Alexander. “Maafkan aku, Baby,” ucap Alex dengan nada memelas.Adelia tak tersentuh sama sekali. Yang ia lakukan hanya memejamkan mata dengan harapan cepat tertidur. Tapi entah mengapa matanya sulit terpejam. Mungkin karena ucapan Alex yang spontan tanpa sadar atau karena hal lain. Perasaannya tak menentu akhir-akhir ini. Alex memberanikan diri mengulurkan tangannya seraya merapatkan diri. Memeluk sang istri dari belakang. Tak ada respon yang diberikan Adelia membuat dirinya semakin merasa bersalah. “Maafkan aku, Baby. Aku ...” Ucapan Alex menggantung di udara tatkala Adelia beranjak bangun. Berjalan menuju kamar mandi.Alex terduduk di atas tempat tidur dan mengacak-acak rambutnya.“Sial!” umpatnya. Lima menit, sepuluh menit, Adelia tak kunjung keluar. Membuat Alex menjadi resah. “Buka pintunya, Bab
Alex meneguk ludahnya kasar. Bisikan manja istrinya beberapa menit yang lalu sukses menyihirnya masuk ke dunia lain.Terbang melayang ke angkasa tanpa sayap. Hingga tanpa sadar, tubuhnya sudah terlentang di atas tempat tidur berukuran king size.Untuk beberapa menit lamanya, pria itu linglung. Tak tahu jika yang dia alami saat ini adalah sebuah kenyataan. Apalagi saat ini, tubuh indah Adelia yang hanya terbalut lingerie merah sudah berada di atasnya. Memberitahu bahwa dialah satu-satunya wanita yang akan memiliki dirinya. Selamanya. Alex membuka matanya, mendapati bagaimana Adelia mulai bergerak meraih kancing jas beserta kemejanya. Menyingkirkan tanpa mau melepaskan. Tangan lentik Adelia mulai menari di atas dada polos Alex. Bermain-main, mengirimkan getaran tak kasat mata yang menuntun gairah dalam diri pria itu bergejolak. Namun sialnya, Alex tak mempunyai kuasa untuk membalikkan keadaan. Ia hanya bisa pasrah, menerima hukuman ata
“Kenapa Baby?” Alex yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk di pinggangnya, menghampiri Adelia yang termenung di depan meja rias. Pria itu memberikan kecupan di puncak kepala Adelia. Kecupannya turun menuju leher dan memberikan sedikit isapan di sana. “Felix?” lirihnya. Alex menghentikan pergerakannya. “Kenapa? Ada yang mengganggumu, hm?” tanyanya seraya memandang wajah ayu sang istri di dalam pantulan cermin. “Aku gugup, Hubby,” jawabnya pelan. Helaan nafasnya menandakan wanita itu tidak dalam keadaan baik-baik saja. “Tidak usah gugup, Baby. Semuanya akan baik-baik saja,” hiburnya. “Tetap saja aku gugup. Bagaimana mungkin aku bertemu dengan orang-orang yang sudah mencelakaiku. Membuatku melupakanmu dan kenangan kita,” desah Adelia pelan. Alex tahu ini akan menyakiti hati Adelia. Yang bisa ia lakukan adalah memeluk tubuh sang istri erat. Menyalurkan kepercayaan diri dan kehangatan. Mengu